klik disini untuk dapatkan dollar secara gratis!

Monday 7 March 2016

Sejarah Islam Puritan dan Perkembangannya


Oleh Arif Saifudin Yudistira*)
     Saat ini, banyak gerakan Islam yang mencoba mengembalikan Islam kepada preseden jaman Nabi dan Rasul mulai marak. Gerakan ini menilai bahwa Islam yang ada saat ini sudah kehilangan ruhnya, sudah rusak. Karena itulah, gerakan ini menilai bahwa apa yang mereka bawa dengan panji-panji Islam puritan itulah yang diyakini kebenarannya. Gerakan Islam puritan ini memiliki sifat keras, kaku dan intoleran. Mereka membawa dalil dan menafsirkan teks secara kaku sebagai legitimasi untuk mengabsahkan dan membenarkan apa yang mereka lakukan. Salah satu contoh gerakan Islam puritan ini yang nampak di eras sekarang adalah ISIS (Islamic State of Iraq and Syria). Gerakan ini mencoba menggali kembali nilai-nilai Islam yang meyakini adanya tanah yang diramalkan akan menjadi tempat kejayaan Islam. Dari keyakinan itulah, mereka mencona mendirikan negara yang diidentikkan dengan negara madinah ala nabi di masa itu. Dengan perekrutan massif, dan melakukan perang, mereka mencoba mendirikan negara madinah ala nabi dulu.
            Perkembangan gerakan Islam puritan saat ini mengalami berbagai modifikasi dan juga evolusi strategi yang lebih terlihat lebih halus. Mereka membuat program dan jaringan yang kuat tak hanya didukung oleh system ekonomi dan pendanaan yang kuat. Tetapi di sisi lain, mereka menampakkan dengan wajah lembut dan politis untuk menggalang dukungan. Maka tak heran, kita bisa melihat adanya gerakan Islam puritan ini terkadang merupakan bentuk persaingan eksistensial. Khaled Aboe El Fadl menyebut dalam buku ini bahwa di awal abad 20, gerakan puritan ini mulai mencari dukungan dan bantuan mulai dari Amerika, untuk mempertahankan eksistensi mereka dari rong-rongan yang mencoba menggulingkan pemerintahan mereka (h.113).
            Gerakan Islam puritan ini tak sekadar membawa narasi teks sebagai dasar, tetapi secara sepihak menggugurkan narasi atau perbandingan teks lain. Klaim kebenaran dari gerakan ini menuntut semacam kesetiaan yang menganggap lawan atau golongan diluar mereka wajib diberantas dan diperangi. Buku Sejarah Wahabi&Salafi (2015) ini mengurai bagaimana sejarah gerakan Wahabi dan Salafi yang semula berseberangan menjadi bergandengan untuk mempertahankan visi mereka. Tetapi, pada perkembangan selanjutnya, gerakan salafi yang dibawa oleh Muhammad Rashid Ridho dan Jamaluddin Al Afghani ini mengalami penyesuaian dan modifikasi yang lentur. Sehingga gerakan purifikasi Islam ini membawa islam yang lebih teduh dan menenteramkan. Gerakan salafi ini kemudian dibawa oleh K.H.Ahmad Dahlan menjadi gerakan berbau social kemasyarakatan dan pendidikan. Melalui perombakan dan evolusi pemikiran Ahmad Dahlan inilah, kita mengenali islam puritan dengan model Muhammadiyah.
            Tetapi berbeda dengan gerakan Islam puritan yang tak mengenal kompromi dan mediasi. Gerakan Islam puritan ini membawa satu model keyakinan bahwa Islam bisa lebih maju melalui negara (teokrasi). Sistem teokrasi ini kemudian membawa singgungan dan konflik dan terror yang seringkali mengusik eksistensi sebuah negara. Sebagai negara pancasila, negeri ini punya keyakinan dan cara tersendiri dalam menanggapi faham Islam puritan ini. Karena itulah, gerakan Islam puritan yang melawan eksistensi negara dan mengobarkan faham teokrasi ini seringkali dinilai tidak sesuai dengan visi kebangsaan kita.
            Buku Sejarah Wahabi&Salafi (2015) ini juga menjelaskan bagaimana ciri gerakan Islam puritan yang ditengarai berbahaya bagi persatuan dan kesatuan kita. Menurut penulis, kaum puritan membesarkan peran teks dan memperkecil peran aktif manusia yang menafsirkan teks keagamaan (h.98).Lebih lanjut menurut kaum puritan ini, wawasan, estetika, dan pengalaman moral manusia yang menafsir teks dinilai tidak relevan dan tidak berguna.
            Dari ciri-ciri inilah kita bisa memahami bahwa gerakan Islam puritan yang selama ini membawa nama islam tak memahami peran islam sebagai rahmatan lil ngalamiin (rahmat bagi seluruh alam). Selain itu, mereka juga tak menyadari bahwa otoritas tafsir dan preseden-preseden Islam ala nabi yang mereka bawa tanpa pemikiran yang jernih membuat persatuan dan kesatuan umat justru semakin terpecah belah. Gerakan Islam puritan inilah yang kini sedang menyusun kekuatan untuk membangkitkan semangat Islam yang anti kritik. Mereka mengkampanyekan Islam dengan senjata dan perang, kini gerakan mereka lebih halus dan lebih massif. Membaca buku ini, kita semakin mengerti, bahwa pemahaman Islam yang tak menggunakan akal akan membuat kita semakin tak memahami esensi Islam sebenarnya. Dari buku ini, kita semakin bisa mengerti sejauh mana dan seperti apa jenis Islam puritan yang dianggap radikal yang kini marak dan kerap melakukan perekrutan sampai ke negeri ini. Tentu agama Islam bukanlah seperti yang digambarkan sebagaimana yang ada dalam pemahaman kaum puritan yang memaksakan keyakinan dan melakukan kekerasan untuk menjalankan dan memperjuangkan keyakinannya itu. Bukankah Islam kita adalah islam yang toleran, membawa kedamaian dan tak memaksakan keyakinan kita dalam praktek keagamaan?.





*) Penulis adalah Pegiat Tadarus Buku Bilik Literasi SOLO, Pengelola doeniaboekoe.blogspot.com
           




No comments:

Post a Comment