klik disini untuk dapatkan dollar secara gratis!

Monday 28 January 2013

Jagad Einstein


Judul Buku     : Einstein ;Kehidupan dan Pengaruhnya Bagi Dunia
Penulis            : Walter Isaacson
Penerbit         : Penerbit Bentang
Hal                  : 700 halaman
ISBN                : 978-602-8811-86-6
Harga              : Rp. 109.000,00

Jagad Einstein
Oleh arif saifudin yudistira*)
           
Siapa yang tak mengenal ilmuwan ini. Ia seperti gabungan antara kepopuleran, kegencaran publisitas hingga kebesaran penemuannya. Kepopuleran, publisitas, hingga penemuan terbesarnya bukanlah ia tempuh dengan tiba-tiba. Eksperimen dan kecanggihan pikirannya mengamati hal-hal ganjil sudah bermula sejak kecil. Einstein kecil yang dikisahkan dalam buku ini adalah anak yang sebenarnya tak menunjukkan sebagai anak-anak yang normal seperti yang lainnya. Ia mengalami keterlambatan bicara, dan ia begitu menggigil ketika menemukan jarum kompas dan terus-menerus melakukan penyelidikan dan rasa keingintahuannya.
Minat dan keingintahuannya pun menjadi unik manakala digabung dengan bagaimana kenakalan dan keriangannya. Ia sering mengulangi kata-kata dan sesuatu yang dianggap unik. Dari kecerdasan itulah einstein memperoleh nilai yang memuaskan ketika ia mengalami masa-masa di sekolah. Pendidikan yang ia tempuh di masa kecilnya itulah yang juga memberikan pelajaran terbesar bagi kehidupannya sebagai ilmuwan dan guru besar. Ia mengalami trauma ketika melihat guru-guru ibarat jenderal-jenderal. Ia pun menguraikan pengalamannya ini : “gaya militer di sekolah,latihan sistematis untuk mendewakan otoritas yang bertujuan membiasakan disiplin militer pada murid sejak dini, benar-benar tak menyenangkan“.
Gaya pendidikan yang penuh otoritas, penuh aturan dan tak membebaskan cara berfikir ini kelak akan ditentangnya ketika ia mengajar di universitas yang ia ampu ketika ia memperoleh predikat guru besar. Ia menerapkan sistem mengajar yang keluar dari kebiasaan, tapi ia menekankan bagaimana mahasiswanya berdiskusi dan terkadang melakukan lelucon di sela-sela ceramah dan kuliahnya. Metode ini sering dinilai buruk oleh berbagai rekan dan kerabat yang ada di almamater tempat ia bekerja. Akan tetapi perlawanan terhadap otoritas sudah menjadi kebiasaan yang melekat pada diri einstein.
 Karena sikap perlawanan itu pula ia pun tak mau terbawa pada identitas bawaan atau keyahudiannya. Sehingga pernah ia melepas kewarganegaraan jermannya dan meninggalkan identitas keyahudiannya walaupun kemudian ia ikut dalam gerakan zion karena ia beranggapan bahwa yahudi berhak untuk mendapatkan tempat tinggal. Ia menggunakan prinsip internasionale daripada nasionalisme.  Di masa-masa awal ia adalah pemuda dengan prestasi yang gemilang. Ia sudah menguasai geometri dan diferensial semenjak SMA. Hasrat dan keingintahuannya belum berhenti dan berlanjut hingga ia tua.

Ilmu Pengetahuan

            Buku ini mengurai bagaimana penemuan-penemuan einstein diceritakan dengan kisah dan pergulatan yang manusiawi. Penemuan einstein yang kelak mengejutkan dunia adalah perpaduan menarik antara pasangan yang sempurna yakni antara Einstein dan Mileva Maric. Pernikahan keduanya tak direstui orangtuanya, karena orangtuanya melihat sisi keturunan dan darah yahudi dan melihat bentuk fisik mileva-kekasih Einstein. Einstein bagaimanapun juga hidup di tengah masa-masa sulit dan ujian berat kala itu sebelum penemuan terbesarnya tentang relativitas khusus dan umum. Suatu usaha berat untuk memecahkan misteri dari alam semesta hingga penciptaannya.
            Einstein digambarkan begitu mesrah dengan Mileva di bukit salju yang membawa kisah cinta mereka. Einstein dan mileva pun digambarkan sebagai pasangan yang serasi sama-sama menarik dan saling memiliki keterkaitan yang sama dan sifat yang hampir sama. Einstein menyebut Mileva dalam suratnya sebagai penyihir kecil. Sedang Mileva memanggil einstein sebagai berandal kecil. Sebutan itu sama-sama menjelaskan bagaimana keakraban dan hubungan intim mereka hingga akhirnya mereka menikah. Selama bersama dengan Mileva, Einstein terus-menerus melalukan penelitian dan hasrat terbesarnya melakukan penemuan teorinya tentang realtivitas khusus dan umum. Dan ketika dia berhasil dan mencapai kepopulerannya, justru Mileva harus menanggung kepedihan untuk menerima tawaran cerai dari Enstein karena ada kekasih lain yakni Elsa.
            Di masa-masa penemuan terbesarnya ia menghadapi berbagai rintangan dan debat dan serangan luar biasa dari para ilmuwan-ilmuwan terdahulunya. Einstein dan semangat untuk memecahkan persoalan sudah ia peroleh semenjak kecil. Semangat itulah yang akhirnya membuahkan nobel di bidang efek foto elektrik dan bukan penemuannya mengenai relativitas. Meski demikian semangat einstein untuk memecahkan misteri alam ini tak berhenti hingga akhir hayatnya.
            Isaacson menggambarkan dalam buku ini bahwa Einstein sering mengalihkan betapa ilmu pengetahuan (Sains) adalah pelarian dari konflik, dan masalah pribadinya. Ia merasa bisa berdiam dan tenang setelah kembali kepada sains. Meski demikian, penemuan Einstein tak bisa dilepaskan dari jasa-jasa mileva dan temannya Marcell Grossman yang memiliki keahlian dalam matematika. Di akhir hayatnya pun ia merenungi dan menyesal tak memiliki keahlian matematika yang bisa dielaborasikan dengan penemuan fisikanya.

Sisi Manusiawi Einstein

            Dunia Einstein dan kehidupannya tidak kemudian mulus-mulus saja. Einstein sebagai suami seringkali mementingkan bagaimana dia menyelesaikan penelitian dan penemuannya, sehingga saat-saat bersama dengan Mileva dan anaknya menjadi lebih sedikit. Bahkan di akhir-akhir hubungan mereka, tempat tinggal mileva pun jauh dari Einstein. Einstein adalah sosok yang sering disebut sebagai sosok yang penyendiri. Maka dari itu, meski ia berkeluarga, ia tak pernah merasa sepenuhnya menikmati itu, ia lebih menekankan sikap kebebasannya. Maka ketika Elsa mendesak untuk segera menikahinya, ia lebih memilih ikatan tanpa pernikahan.    Meski demikian, ia adalah sosok ayah dan pria yang bertanggungjawab, hingga akhirnya setelah penerimaan nobel, hadiah nobel di serahkan pada Mileva dan Einstein memutuskan untuk menikahi Elsa.
            Di sisi lain, Einstein pun menaruh perhatian pada sikap dan kontribusinya menyerukan semangat federalisme dunia dan semangat anti perang. Ia adalah bagian dari tokoh yang menolak bom. Meskipun penemuannya pun sangat berkaitan dan bahkan dasar sebelum orang membuat bom. Sisi manusiawi Einstein yang lain adalah yang berhubungan dengan penemuan terakhirnya yang menjelaskan bagaimana relasi antara penemuannya dengan tuhan. Einstein memaknai ada kekuatan di luar ktia yang tak bisa dikendalikan, dan ia justru yang mengendalikan alam itu, ia menyebut ini sebagai keyakinan religius. Tak bertuhan tapi religius. Hingga ia menyimpulkan kalimat yang populer di dunia agama tanpa pengetahuan rapuh, pengetahuan tanpa agama buta. Di akhir hayatnya, ia pun memilih untuk berkelana menjadi seorang pelancong dan memutuskan untuk menjalani masa akhirnya setelah teman terdekatnya meninggal. Ia tak takut menjalani kematian sebagaimana konsekuensi dari hidup dan apa yang sudah ia capai selama ini. Ia pun menyesal sedikit karena ia belum sempat mendalami matematika.
            Akhirnya buku yang ditulis Isaacson ini memberikan cerita menarik bagaimana jagad Einstein dikisahkan utuh dan mampu mengungkap sisi manusiawi Einstein sebagai ilmuwan. Sebagai ilmuwan ia telah membuktikan etos dan spirit keilmuan yang saat ini jarang dalam dunia akademik kita. Sebagai manusia pada umumnya, ia pun tak bisa dilepaskan dari watak-watak manusiawi seperti kesendiriannya dan ketenangan yang ia peroleh dengan isteri-isteri dan anak-anaknya.



*) Penulis adalah Mahasiswa UMS pegiat di Bilik Literasi Solo 
*)Dimuat di Kendari Pos 27 januari 2013 


Tuesday 15 January 2013

Pedagogi Reflektif Sang Guru





Judul    : Menjadi Guru untuk Muridku
penulis : ST. Kartono
Penerbit : Kanisius, Yogyakarta
Cetak     : 2011 
Tebal     : 271 halaman

Suatu wacana sekaligus realitas yang akan menyadarkan kita semua, terutama dalam ranah pendidikan. Kiranya, pernyataan berbasis refleksi diri dari pembaca itu yang memang pantas disematkan dalam buku berjudul Menjadi Guru Untuk Muridku (2011) karya ST. Kartono.

Sekilas, buku ini merupakan kumpulan esai (bunga rampai) refleksi ST. Kartono tentang dunia pendidikan, khususnya bagi guru. Esai-esainya selalu menggugah perasaan pembaca, terutama bagi kalangan pendidik dan peserta didik. Dan, dari buku ini, kita akan mengetahui bahwa tanpa disadari guru sering menjadi guru untuk aparat pemerintah, menjadi guru untuk dinas pendidikan, menjadi guru untuk aturan-aturan, menjadi guru untuk kepentingan dagang di sekolah, atau menjadi guru untuk berjualan paham (hlm. 6).

Pengetahuan itulah yang menjadikan kita turut merenung sejenak betapa ironisnya para guru yang terjebak atau mungkin malah menjebakkan dirinya pada hal-hal yang bersifat pragmatis itu. Namun, keironisan ini yang barangkali tidak pantas untuk dilarut-larutkan dalam kehidupan guru, kita semua, tak terkecuali ST. Kartono sendiri.

Buku yang hadir di hadapan pembaca ini merupakan tulisan yang penuh perefleksian diri ST. Kartono. Meskipun demikian, buku ini bisa menjadi salah satu jalan keluar untuk menghindari, mencegah, atau mengurangi etos dan kerja guru yang selama ini hanya menjadi ‘guru-guruan’. Di sisi lain, esai-esai yang berbingkai refleksi dirinya, tentu tak bisa kita sepelekan saja. Sebab, bila mengingat  pernyataan dari Carl Gustav Jung dalam bukunya yang berjudul Memories, Dreams, Reflections (1983), maka refleksi diri merupakan tindakan spiritual yang berlawanan dengan proses alami, sebuah tindakan dimana kita berhenti, mengingat-ingat dalam pikiran, membentuk hubungan hingga memahami apa yang kita lihat.

Dari perefleksian diri itulah, kita (khususnya, para guru) dapat mengintegrasikan energi transformatif dan potensi dari dalam diri. Integrasi tersebut akan mendatangkan kesadaran. Lalu, kesadaran mereka terhadap kondisi pendidikan kita inilah, yang nantinya mampu mengembalikan cita-cita murni pendidikan ini: menciptakan bangsa yang cerdas, berpendidikan, dan bisa memajukan kehidupan sesuai dengan amanat undang-undang dasar.

Keyakinan dan konsistensi ST. Kartono terhadap konsep refleksi diri itu tersirat lewat salah satu esai berjudul Mengajarkan hening. Bagi ST. Kartono, konsep tersebut—atau dalam bahasanya, yakni ‘pedagogi reflektif’— justru menjadi suatu episode penting bagi para guru untuk kembali mengolah pengalaman pelayanannya kepada para siswa, jauh dari suasana rutinitas rapat kerja. Dan, yang lebih penting lagi adalah, ia (pedagogi reflektif) mampu menghadirkan sentuhan manusiawi kepada siswanya (hlm. 232).
***
“Salah satu seri tayangan acara televisi Kick Andy menampilkan para guru yang bekerja di daerah pinggiran, bahkan terpencil. … Bagi para guru tersebut, jarak rumah dengan sekolah tempatnya mengajar bukanlah menjadi persoalan. Keterbatasan sarana dan kecerdasan siswa tidaklah menyurutkan semangatnya mengajar. Bagi para perintis perpustakaan, kekurangan dana, dan ketiadaan tempat bukanlah penghalang untuk memberikan sarana pencerdasan masyarakat di sekitarnya.” Dari menonton televisi itulah, Kartono lagi-lagi sadar dan menemukan makna hidup guru bahwa sifat dan sikap yang harus dimiliki para guru adalah “stop mengeluh!”

Fragmen kisah yang dialami Kartono di atas, lebih menegaskan bahwa menjadi guru yang benar-benar guru, harus pula tahu, cermat, dan kritis dalam memaknai dan menanggapi realitas di sekitarnya. Guru tak boleh menyepelekan tindakan atau hal-hal kecil, yang sebenarnya itu bisa menjadi ‘senjata ampuh’ untuk mengajar, membimbing, dan membombong peserta didiknya. 

Dalam buku ini, ST. Kartono memberikan pengalaman-pengalaman sepele, yang juga tak bisa disepelekan begitu saja oleh guru maupun kita. Beberapa diantaranya, yakni memberikan pujian terhadap siswa yang telah berkarya; membiasakan senyum kepada siswanya; pada awal pelajaran atau hari pertama masuk kelas, siswa dibiasakan untuk mengingat para guru yang pernah mengajarinya, lantas menuliskan pesan dan kesannya; membiasakan berterima kasih; dan selalu perhatian pada siswanya, yang salah satu contohnya bisa memberi sapaan menyelidik seperti ini: “siapa belum sarapan?”


Hal ihwal yang tersebutkan di atas itu,  selain memastikan kesiapan guru dan siswa dalam kegiatan belajar mengajar, juga berguna untuk memunculkan ‘seni mengajar’. Artinya,  kelihaian guru menghidupkan kelas pasif atau mengendalikan kelas yang hiperaktif.

Hal yang penting lagi adalah dapat mengenali konteks siswa. Sebab, guru yang tak pernah membaca konteks, ia akan memperlakukan murid sama dari tahun ke tahun. Maka, yang terjadi tak ada perkembangan sekaligus perubahan yang memajukan kualitas mental dan pikiran peserta didik maupun gurunya sendiri. Jadi, akankah guru membiarkan hal itu terjadi begitu saja?

Dari hal tersebut, kiranya kalau para guru layak untuk mencontoh dan meresapi apa yang dipaparkan dan pernah dilakukan ST. Kartono dalam buku ini. Sebab, ia sendiri masih percaya bahwa bunga rampai yang ia dedikasikan untuk ribuan rekan guru dan para mahasiswa calon guru itu akan menjadikan mereka sebagai aktor sekaligus faktor perubahan pendidikan di negeri ini. Demikian.

Oleh: Budiawan Dwi santoso, penulis tinggal di Sukoharjo, Jawa Tengah

Sunday 6 January 2013

Hujan


oleh riza fitroh kurniasih*)
“Kalau pun saya masih menulis puisi, karena puisi adalah media yang mampu menyampaikan permasalahan orang kecil (Wiji Thukul)”
Tinta 

Kisah yang tak pernah mati
Dalam beribu kertas bertuliskan kisahnya
Sepatu pun tak ubahnya jadi dinding-dinding yang bersuarakan keras
Batu-batu hinggap di petilasan para kaum hartawan
Angin pun menempel dalam berbagai kisah yang tak diinginkan
Kini, ia merubah semua jadi nyata
Bahkan nanti, ia merubahnya jadi tiada -

 
              Sebait puisi sebagai awalan untuk kita mengenali pengarangnya. Arif Saifudin Yudistira dalam bait puisinya ini menyapa para pembaca dengan satu baris dari bait puisinya, yaitu Kisah yang tak pernah mati. Memperkenalkan diri sebagai seorang individu yang tak mengenal kematian. Menjadikan dirinya sebagai seorang yang memiliki paham eksistensialisme. Menjadikan dirinya sebagai seorang penyair yang mampu merekam setiap peristiwa yang dilihat, hingga kematian bosan menjemput kisahnya. Hingga sampai pada saatnya, kematian menjemput kisah itu, membuatnya tiada secara ragawi, namun aromanya masih tertinggal. Arif Saifudin Yudistira sebagai penulis buku ini juga tercatat sebagai seoarang aktivis yang juga aktif menulis di berbagai media. Membuat jiwa sosialnya benar-benar diasah dan diuji keloyalitasannya.


            Hujan di Tepian Tubuh layaknya deras air yang selalu membasahi tubuh. Air yang selalu memberikan kesejukan, meskipun kadang air itu menimbulkan keresahan karena derasnya air itu. Air bisa menjelma menjadi banjir yang memporak-porandakan, atau justru memberikan kehidupan di kolam-kolam yang kekeringan. Bagi AS. Yudistira bait puisinya layaknya hujan-hujan yang selalu memberikan kesegaran bagi para pembacanya, meskipun kata-katanya tajam dan menusuk. Namun, rupanya puisi-puisinyalah yang mampu membangkitkan kesadaran atas status quo yang telah lama dinikmati sebagian dari kita. Tak jarang puisi-puisi inilah yang ditakutkan akan menciptakan banjir kegelisahan bagi mereka yang telah lama beromantisme dengan kenyaman.
                     Kumpulan puisi Hujan di Tepian Tubuh ini menjadi kumpulan puisi yang tidak saja berkutat pada romantisme remaja, kita akan temukan di dalamnya kisah dengan Tuhan-Nya, bahkan buku ini memuat tentang dunia perpolitikan. Sebagaimana yang diungkapkan Han Gagas, penulis buku Sang Penjelajah Dunia dan Tembang Tolak Bala, ia mengungkapkan; “AS. Yudistira, besar dari jaman yang benderang namun puisinya juga menyembulkan kegelapan. Semburan orasi aroma politik, kegelisahan, sosok ibu, pertemuan, cinta, dan keperihan hidup mewarnai puisi-puisinya……
                     Sebuah kata “perlawanan” bagi penulis yang pernah menjabat sebagai Ketua DPM UMS ini bukanlah sesuatu yang menakutkan. Perlawanan baginya adalah sesuatu yang harus disuarakan. Aroma perlawanan ini akan kita temukan pada puisinya berjudul Titik (8) ……Aku ingin menciptakan titik, tapi bukan akhir, hanya tanda untuk mengakhiri setiap pertikaian, Untuk menutup segala kenangan kelam, dan untuk memulai zaman terang. Ia seolah ingin menegaskan bahwa titik bukanlah pertanda berakhirnya sebuah perlawanan. Titik yang pada umumnya sebagai sebuah pemberhentian, dijadikan oleh dirinya sebagai sebuah tanda jeda untuk berfikir.

                        Menggunakan jeda sebaik mungkin untuk berfikir membuatnya selalu menemukan hal baru. Hal baru inilah yang selalu tersimpan sebagai sebuah misteri. Seperti yang dituliskan oleh pria kelahiran 30 Juni 1988 ini dalam puisinyaDilema (5) Aku memburu misteri, misteri yang tak kunjung usai hingga hari ini, Aku mengaji, setiap detik yang kita alami, aku hilang…/Ketika mata mulai terbuka,/Kutemukan tubuhku telah bersamanyaMeski tubuhku yang lain meronta. Secara halus ia ingin mengatakan pada para pembaca bahwa misteri baginya bukanlah sesuatu yang menakutkan. Melainkan sesuatu yang penuh tantangan ketika ditelusuri, hingga tanpa sadar misteri itu terpecahkan. Walaupun fakta yang ada di dalamnya selalu menyakitkan beberapa pihak. Namun itulah cerminan titik-tik air yang selalu deras ketika hujan turun di atas payung, dingin menusuk namun menyejukkan untuk dinikmati.

                     Realita dan kekejian di tengah masyarakat menuntut sang penyair untuk bergerak dengan kepekaan sosialnya. Begitu juga dengan kemampuan penulis dalam merekam setiap peristiwa yang dijumpainya. Permainan kata-katanya membuat orang tergelitik untuk menguak makna di dalam puisinya. Dengan kumpulan 70 Puisi AS. Yudistira, penulis mampu mewakili dirinya sebagai seorang seniman yang peka akan kondisi di sekitarnya. Realita buruk kondisi sosial-politik di tengah masyarakat yang kemudian kita kultuskan menjadi sebuah kekejian, tak akan berarti apa-apa tanpa adanya keberanian menyuarakannya kembali di tengah masyarakat.

                     Dari buku ini kita bisa mengenal bagaimana sesungguhnya kita sebagai manusia, mengenal diri kita, juga mengenal lingkungan kita. Bahkan mengenal Tuhan kita tanpa harus mengesampingkan ego kita dalam mengenal Tuhan kita. Menafsirkan tiap sajian puisi yang tertuliskan dalam buku ini, hingga sampai taraf kita mengerti akan arti yang sesungguhnya. Hal ini tidak bertanda bahwa pengetahuan akan pemaknaan buah pikir yang tertuang dalam bentuk puisi harus paripurna. Namun kita bisa jadikan buku ini sebagai pemantik awal menuju pengetahuan yang lebih luas.


*) Peresensi adalah Mahasiswa FKIP Biologi Semester 5 Universitas Muhammadiyah Surakarta, aktif sebagai asisten laboratorium.

*)Tulisan termuat di retakan kata.com 18 desember 2012 




Tuesday 1 January 2013

Jawa Yang Kaya Cerita


Judul                          : Ritual
Penulis                      : Han Gagas
Penerbit                    : Gembring yogyakarta
Tahun                        : 2012
Tebal                         : 198 halaman
ISBN                           : 978 6021 948026
Harga                         : Rp.30.000,00

Jawa Yang kaya Cerita
Oleh Arif saifudin yudistira*)
           
Kebudayaan jawa tetap menjadi kajian menarik mulai dari epos, dongeng, hingga berbagai mitologi yang berkembang. Kisah heroic, kisah cinta sampai pada kisah teladan ada di jawa. Jawa tiba-tiba berubah jadi jagad cerita yang hidup dan menghidupi masyarakatnya. Jawa dalam kajian modern menghasilkan buku KUASA RAMALAN dengan kajian diponegoro yang diteliti selama tiga puluh tahun oleh Peter carey. Tak hanya itu,beberapa penelitian pun merujuk pada satu kesimpulan besar bahwa jawa adalah pusat peradaban dunia.
Sejak Geertz mengabarkan penelitiannya,bahwa  jawa memiliki klasifikasi beragama dalam  tiga bagian penting yakni santri abangan dan priyayi. Dalam penelitian tersebut geertz tak hanya bercerita dan menuliskan apa yang dialami masyarakat pada waktu itu, tapi juga terampil menelisik berbagai khasanah dan budaya jawa. Mulai dari upacara-upacara ritual hingga pada acara peribadatan dan syukuran. Masyarakat jawa memiliki tatanan yang kental dengan aturan-aturan dan norma-norma yang tak boleh dilanggar, keseimbangan alamlah yang akan terjadi bila ketentuan-ketentuan dan aturan itu dilanggar. Belum ada kajian mendalam sedalam geertz yang mendefinisikan budaya jawa hingga pada penulisan jenis-jenis hantu, kesurupan, hingga pada kejanggalan-kejanggalan alam yang pada intinya akibat ulah manusia tak menjaga keseimbangan mikrokosmos hingga makrokosmos. Orang jawa percaya dan sadar betul bahwa nilai-nilai yang ditanamkan pada anak-anaknya perihal kebudayaan dan keseimbangan alam kelak akan bermanfaat bagi manusia itu sendiri.

Cerita

            Di dalam cerita cerita pewayangan kita menemu epos mahabarata dan Ramayana, dalam buku dan babad tanah jawa kita menemu cerita raja jawa dan berbagai kisahnya. Di dalam serat centhini pun kita menemu tak hanya kesusasteraan dan referensi yang apik terhadap kebudayaan jawa yang termaktub dalam seni tembang dan sejarah masa lampau. Kini berbagai penelitian pun hadir dan berkembang tak habis-habis menceritakan jawa. Kolonioalisme pun tak kalah ambil peran dalam mengisahkan jawa. Dari buku-buku, hingga kita menemu javanologi yang ada di belanda kita tak sadar bercerita tentang takjub pada manusia jawa dan kebudayaannya.            Kisah itu pun hadir melalui bapak-ibu kita melalui tembang-tembang, campur sari, dan juga mitologi yang sampai saat ini masih tiada henti..
            Kemudian kesusasteraan modern mereproduksi kembali jawa dalam ingatan yang berbenturan dengan modernitas, sejarah diri, biografi hingga pada pengalaman batin penulis cerpen, novel, hingga pada puisi. Koran-koran hadir dalam menjembatani dan medium antara penulis dan pembaca serta penikmat karya sastra. Jawa tak kering hingga kini memasuki dunia modern. Jawa berubah, jawa merasuk dan menyatu dengan kebudayaan modern. Hadirlah wayang suket, wayang kampong sebelah hingga berbagai pertunjukan yang menampilkan cerita tak habis-habis.

Replika jawa

            Han gagas dalam kumpulan cerpennya RITUAL tak hanya pandai dalam berbagai pengemasan gaya bercerita, tapi ia seperti menghindari memasuki dunia batin pengarang maupun dunia batin tokoh-tokoh dalam cerpennya. Sebagaimana beni setia menuliskan dalam epilognya “Han gagas menceritakan tanpa mendramatisir apa-apa yang terjadi terutama tanpa menuliskan apa yang dirasakan tokoh-tokoh rekaan mengalami peristiwa itu”. Gaya ini tentu berbeda dengan gaya cerpenis lain sebagaimana putu wijaya yang seringkali membuat kita ikut masuk dalam apa yang dialami tokoh.
            Gaya penceritaan han gagas dalam kumcer RITUAL ini memiliki berbagai gaya salah satunya gaya deskripsi yang pelan dan liris. Kita bisa menemu pada kisah “gemblak”, bagaimana seorang bocah harus menjadi pelayan seorang warok, di “kabar duka” kita menemu kisah penantian panjang seorang isteri yang menanti suaminya dan seorang suami yang dikejutkan dengan isterinya yang mengira si suami sudah mati akibat huru-hara revolusi. Kisah liris tapi mampu memberi pencitraan cerita yang elok ada pada cerpen “redi kelud”, kisah bocah kecil aneh dan memiliki sayap dihujat dan digunjing warganya, hingga sampai pada keputusan akhir si bocah memotong sayapnya yang justru berujung banjir darah.
Dari mitologi hingga magisme
            Kumpulan cerpen han gagas selain kaya dengan replica dan deskripsi yang elok, ia kerap hadir dengan bumbu-bumbu mitologi hingga magisme yang membawa pembaca masuk dalam alam magis yang ada dalam penokohan. Kisah magisme yang diolah dari cerita- cerita itu hadir dalam cerpen “ritual”, “antara rumah dan kebun”, “susuk kekebalan” hingga pada cerpen “kawin ghaib”. Dalam cerpen-cerpen diatas, han tak hanya menjadikan mitologi sebagai unsur bumbu, tapi terkadang dijadikan sebagai background cerita yang menambah cerita ini jadi hidup.
            Keseluruhan cerpen dalam album kisah RITUAL ini seperti mengisahkan kembali bahwa jagad jawa tetap tak luntur di makan usia. Meski ia memasuki ruang yang berbeda, manusia berbeda. Sebab sebagaimana karakter jawa yang sinkretis dan memiliki tatanan yang bisa memadu dan berpadu dengan budaya lain. Maka kumcer RITUAL ini adalah album kisah sekaligus upaya menghidupkan jawa dan menunjukkan kembali bahwa jawa yang kaya cerita hadir dan tak hilang hingga kini. Jika jawa lengkap dengan lanskap dan citra luhur, maka kumpulan ini berfungsi mengisahkan kembali dengan sebentuk kisah pula. Yang tak kering, dan layak untuk kita nikmati dan kita serap nilainya.



*) Peresensi Mahasiswa UMS , Presidium Kawah institute Indonesia  



Gilad Atzmon dan Optimisme Negara Palestina


Judul buku                             : Gilad Atzmon Catatan Kritikal Tentang Palestina Dan Masa Depan Zionisme
Penulis                                    : Ahmad Syafii maarif 
Penerbit                                 : Mizan 
Tahun                                     : 2012
Tebal                                      : 148 Halaman
Harga                                      : Rp.35.000,00
ISBN                                        : 9 789794 336861

Gilad Atzmon Dan Optimisme Negara Palestina
Oleh AS yudistira*)
            Palestina adalah negeri yang kini tidak karuan nasibnya. Di bawah dua kubu hamas dan fatah yang masih berseteru, negeri ini pun tak henti-hentinya menghadapi perang bersama Israel yang berniat ingin mengusir bahkan membinasakan rakyat palestina. Karena menurut kaum yahudi dan zionis ini, palestina adalah tanah yang dijanjikan yang pernah disebut dalam kitab-kitab mereka. Keyakinan inilah yang mendorong kaum yahudi dengan beringas dan tanpa rasa manusiawi membantai rakyat paelstina. Dunia mengecam keras aksi Israel ini, namun karena lobi-lobi kaum yahudi yang sangat kuat, sampai kini negara amerika dan juga beberapa negara barat justru mendukung dan mempersenjatai tentara dan milisi Israel. Perjuangan mendukung kemerdekaan dan berdirinya negara palestina terus didengungkan oleh dunia, termasuk salah satu tokoh sekaligus rekan yang dikenalkan oleh buya syafii maarif dalam buku kecilnya. Buya mengenalkan Gilad Atzmon dengan mempertimbangkan bahwa suara Gilad layak mendapat perhatian dan dukungan dari kita, karena suaranya tak lain adalah suara palestina.
            Gilad Atzmon adalah pemusik, filosof sekaligus pejuang palestina. Ia tak pernah berhenti sedikitpun untuk menyuarakan bahwa berdirinya negara palestina adalah hal yang patut didukung dan diperjuangkan. Melalui saksofonnya ia berkeliling dunia mengkampanyekan kemerdekaan palestina dan mengutuk kekejaman dan kebiadaban yahudi. Ia juga berjuang dengan menuliskan ide dan gagasannya yang membongkar politik identitas yahudi dalam bukunya The wandering who?.
Zionisme Dan Anti Semith
            Gilad atzmon tak hanya berani membongkar identitas kaumnya sendiri yang dulu adalah bagian yang intim darinya. Gilad dilahirkan di tengah zionis yang agak sekuler, dan di kala usia mudanya di umur 17 tahun ia mulai sadar bahwa apa yang selama ini didoktrinkan oleh kakeknya adalah hal yang salah. Doktrin tentang tanah yang dijanjikan dan makhluk unggul yang rasis dianggapnya sebagai doktrin yang tak sesuai dengan hati nuraninya. Di kala ia mendengar musik, kesadarannya tersentuh, sejak itu pula ia membawa saksofonnya menyuarakan keadilan bagi palestina.
            Gilad faham betul bahwa zionisme tak hanya di Israel tapi juga di seluruh dunia. Ia menilai kaum zionis adalah musuh peradaban. Di tahun 2006 ia menuturkan :”Brutalitas zionis adalah sebuah bola kemarahan menjijikkan yang tak kenal batas dan akhir. Ia menggelinding di barat dan mendapatkan kekuatan-kekuatana moral yang paling bobrok di sekitarnya.Apakah itu blair dan yang sejenisnya atau beberapa fundamentalisme Kristen amerika radikal. Zionis bertujuan mengubah planet kita menjadi sebuah medan laga penuh darah”. Lebih lanjut ia menegaskan “jika kita memang berhasrat menyelamatkan dunia ini,dan kita ingin hidup di sebuah planet yang manusiawi,kita harus memusatkan perhatian pada musuh perdamaian yang paling gawat yaitu para penjahat yang sepenuhnya berbuat untuk kejahatan : Negara Israel dan dunia zionisme”.
            Tak hanya membongkar kedok zionis, ia juga membuka sikap dan ciri kaum yahudi dan zionis ini yakni politik lobinya.Melalui politik inilah beberapa kali presiden amerika terpaksa luluh dan menuruti kebengisan dan kebiadaban zionis. Terbukti dengan agresi militer ke Irak yang dipimpin bush dan juga membantu persenjataan Israel di palestina. Zionisme juga mengkampanyekan politik anti-semithnya yang membuat ia melegitimasi pengusiran rakyat palestina dari tanah tinggalnya. Melalui politik anti semith inilah para zionis dan yahudi menuduh Gilad anti-semith yang kebablasan. Menanggapi itu, Gilad pun membantah bahwa justru yahudi dan zionis itulah yang anti semith karena bangsa arab dan palestina adalah keturunan semith pula. Doktrin zionis yang sampai saat ini menjadi prinsipnya adalah “tidak ada hak bagi rakyat palestina untuk memiliki sebuah negara merdeka”.
Negara Palestina Dan Masa Depan Zionisme
            Noam Chomsky intelektual dari amerika yang kritis terhadap sikap negaranya sendiri pernag mengatakan berkaitan dengan Israel dan zionisme. “ Saya pernah menulis beberapa puluh tahun lalu bahwa mereka yang menyebut dirinya “pendukung Israel” sebenarnya adalah pendukung keruntuhan moral dan kehancuran Israel pada saatnya nanti”. Pendapat Chomsky sejalan dengan Gilad atzmon. Ia menegaskan bahwa Israel adalah negara rasial yang dalam uu the law return(uu pulang kampong).Di sana dijelaskan bahwa orang palestina tak punya hak untuk kembali ke kampungnya.
            Hal ini pula yang menambah Gilad semakin yakin bahwa Israel dan zionis tak mungkin mendukung kemanusiaan universal dan juga perdamaian dunia. Ia memiliki keyakinan penuh akan perjuangannya suatu saat rakyat palestina akan bisa pulang kampong dan mendirikan negara palestina. “ Israel menjadi bagian dari masa silam.Kita akan menyaksikan sebuah negara yang dari sungai sampai laut dan negara itu adalah palestina. Prinsip ini bersifat etikal sekaligus rasional sebagai lawan dari filosofi zionis yang bersifat non etikal dan irasional.Israel adalah tempat yang paling berbahaya bagi orang yahudi untuk tinggal”.
           Optimisme Gilad tentu adalah optimisme semua orang yang mencita-citakan perdamaian dan keadilan bagi seluruh dunia. Akan tetapi cita-cita gilad seperti mustahil selama Israel masih berlindung di ketiak amerika dengan berbagai bantuan dan juga persenjataan dari mereka. Tapi Gilad tak kenal menyerah melalui musik, buku hingga konser-konsernya untuk tetap menyuarakan optimisme bahwa zionisme harus segera diakhiri dan negara palestina mesti berdiri. Dan palestina pun kini mewujud dan berdiri sebagaimana yang dicita-citakan Gilad. 


*)Penulis adalah Mahasiswa UMS, bergiat di bilik literasi solo


Descrates, Pengetahuan dan Kebenaran



Judul buku                           :  Diskursus dan Metode
Penulis                                  : Descrates
Penerbit                                : Ircisod
Hal                                          : 144 halaman
ISBN                                       : 978-602-191-2676
Harga                                     : Rp.30.000,00


Descrates, Pengetahuan, dan Kebenaran
Oleh arif saifudin yudistira*)
Untuk apa kita hidup? .pertanyaan tersebut bukan hanya pertanyaan sederhana, tapi satu pertanyaan penting untuk menjawab bagaimana kita hidup dan mengapa kita harus hidup?. Pertanyaan ini mengawali perubahan besar dalam dunia pemikiran barat. Rasionalitas menjadi satu alat untuk mengucapkan dunia. Dunia tak berhenti dalam Tanya, dunia jadi subjek dan objek eksperimen. Dunia pun bergelimpahan dengan berbagai penemuan. Saya hanya mendengar bagaimana Habibie mencipta pesawat, pertanyaan dan pengamatan sederhana menghasilkan ide besar. Ketika kita memakai logika platonic maka dunia ini hanya realitas yang semu, hanya pantulan saja apa yang ada di pikiran kita. maka ide logos nya descrates melampaui itu. ia mencoba membuktikan eksistensi yang paling pokok dalam dunia manusia.
Makhluk yang berfikir itulah yang ditekankan oleh descrates. Descrates membuat satu negasi yang jelas antara hewan dan manusia. Akal itulah yang membedakan antara hewan, atau mesin yang dicipta manusia. Ia mengatakan : “Jika korat binatang sama dengan jiwa kita, dan sebagai akibatnya, tidak ada yang perlu dikhawatirkan ataupun diharapkan manusia setelah kehidupan ini,seperti lalat dan semut. Sebaliknya apabila manusia mengetahui betapa jiwa binatang berbeda dengan jiwanya, orang akan jauh lebih memahami alasan-alasan yang membuktikan bahwa jiwa manusia secara kodrati sama sekali tidak tergantung pada badan,sehingga tidak mungkin mati bersama dengan kematian badan. Tidak ada sebab-sebab lain yang menghancurkan jiwa dengan sendirinya manusia akan berpendapat bahwa jiwa itu abadi”.(102).
Kekuatan nalar itulah yang kemudian membawa kita pada satu pemahaman-pemahaman yang dirumuskan hingga menjadi satu rumusan atau diskursus pengetahuan. Pengetahuan itulah yang menuntun manusia untuk menemukan siapa dirinya hingga untuk apa ia hidup. Dan pengetahuan pokok itulah yang sesungguhnya mendorong filsafat descrates. Risalah yang berjudul Diskursus dan Metode ini menjelaskan bagaimana sebenarnya ilmu pengetahuan itu hadir, kaidah-kaidahnya, dan menjelaskan bukti-bukti kehadiran Tuhan.
Ilham Mimpi
            Mimpi pun merupakan bagian dari ke khasan manusia. Manusia dihadirkan dengan kelebihan dari makhluk lain melalui mimpi. Mimpi pun dijadikan medium Tuhan menyampaikan firman dan perintah-perintahNya. Sejak nabi-nabi pun kita mengenali mimpi. Mimpi itu pula yang membawa descrates pada konsepsi dan risalah besar di dunia barat. Rasionalitas inilah yang mengantarkan manusia pada satu kesimpulan besar “matilah orang yang sudah menghentikan pikirannya”. Titik inilah yang mengawali kesadaran manusia. Kesadaran itu jadi mustahil bila tak ada peran nalar dalam manusia. Mimpi itu adalah pertanyaan yang berulangkali yang membuat kaget descrates. Suara itu yang mengantarkan ia pada penelitian besar pada dirinya. “Quad vitae sektabor iter?”-Hidup apa yang akan kau ikuti? Dan dari mimpi itu ia menemukan jawaban “ co gito ergo sum”.  Aku adalah sesuatu yang berpikir dari luar dunia sehari-hari sebab itu universal.(9)
            Dunia kita kini sering jadi sesuatu hal yang berkebalikan. Rasionalitas disalahfahami bahwa mimpi itu jadi sesuatu yang irasional, padahal itu sesuatu yang “ada” meski berada pada dunia dan ruang yang lain. Rasionalitas modern cenderung menganggap mimpi adalah sekadar bunga tidur semata. Padahal freud pun melakukan pengkajian dan menemukan penemuannya melalui jalan meneliti “mimpi”.
Kebenaran
            Descrates melakukan penelitian, penemuan hingga menemukan diskursus tentang ilmu pengetahuan tak lain adalah sebagaimana yang ia katakana di awal penemuannya yakni pada penemuan hakekat kebenaran. Tujuan dari menemukan kaidah-kaidah pengetahuan ini tak lain adalah menemukan kebenaran. Ia mengatakan : “Bahwa hidup yang benar adalah yang didasarkan pada kaidah-kaidah pengetahuan”(11). Kebenaran inilah yang menjadi jalan pencerah dan jalan manusia. Selama manusia tak melakukan eksperimen, pengamatan, dan mencoba memahami kaidah-kaidah pengetahuan maka kemungkinan ia akan tak menemui kebenaran itu sendiri. Kebenaran itulah yang kemudian ditunjukkan descrates yang mencantumkan bab bukti-bukti keberadaan Tuhan dan jiwa manusia. Descrates pun memahami bahwa jiwa manusia itu berbea dengan binatang. Dan hewan tak memiliki jiwa, ia tak memiliki rasionalitas sebagaimana manusia.
            Dan ada sesuatu di luar diri manusia yang menggerakkan manusia. Bila hewan atau mesin memiliki insting yang terbatas. Ketika robot diberi satu pancingan atau rangsangan maka ia akan merespon dengan respon terbatas. Tapi manusia akan member respon yang terkadang diluar dugaan kita. Disinilah akhirnya descrates menemukan Tuhan, bahwa tuhan menciptakan jiwa yang abadi itu. Dengan kesadaran tinggi dan menjalani kaidah-kaidah pengetahuan itulah, maka hidup manusia itu dijalani dengan pertimbangan dan pemikiran yang membawa manusia itu pada –le maitres et possesseurs de la nature- pangeran yang gilang-gemilang dengan cahaya ilmu dan menjadi penguasa dunia.
            Setelah descrates mengajarkan metode dan kaidah ilmu pengetahuan pun ia mencapai pada tahap kesadaran tertinggi bahwa “ pengetahuan yang telah saya pelajari sampai sekarang hampir tidak ada artinya dibandingkan dengan yang belum diketahui dan yang masih akan dipelajari”. Kesadaran itulah yang membawa descrates bahwa kebenaran itu semakin dicari akan semakin kita menemukan bahwa manusia itu adalah makhluk yang kecil. Di kalimat lain ia mengatakan : “Saya merasa bahwa dengan belajar saya tidak mendapat manfaat lain selain kesadaran yang semakin tajam bahwa saya tidak tahu apa-apa”(30). Risalah descrates ini tetap memiliki relevansi pada bagaimana ilmu pengetahuan dikembangkan dengan metode, kaidah hingga pada tahapan kesempurnaan yang mengantarkan kita pada cahaya agung dan juga penemuan kebenaran.



*) Penulis adalah Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surakarta, Presidium Kawah institute Indonesia

            


Dunia Cerita Lan Fang


Judul                         : Sonata Musim Kelima
Penulis                     : Lan Fang
Penerbit                   : Gramedia jakarta
Tahun                       : 2012
Tebal                         : 152 halaman
ISBN                          : 978  979 22 81101
Harga                       : Rp.30.000,00

Dunia Cerita Lan Fang
Oleh arif saifudin yudistira*)
Lan fang, saya seperti sudah mengenal perempuan lembut ini. Penuh dedikasi, penuh spiritualitas dalam berkarya, dan sering membawa kita terbang dalam cerita,maupun puisinya. Sonata musim kelima inilah buktinya, sonata merupakan terjemahan dari tiga sampai empat bunyi yang kontras. Perempuan yang meninggalkan kesan mendalam bagi pembacanya. Ia seperti meneror dan mempora-porandakan bahasa menjadi percakapan yang indah antara pembaca dengan cerpennya.
Silahkan menjumpai kelembutan,persahabatan dan kenangan dalam cerpen berjudul Qui Shui Yi. Disana ia bercerita seperti bertaut-tautan antara paragraf satu dengan paragraf yang lainnya. Kita bisa menemu dengan kelembutan perasaan-perasaan orang yang sedang jatuh cinta dalam cerpen berjudul gandrung. Dan tiba-tiba anda dikejutkan dengan kisah dalam cerpen dermaga. Dermaga membawa kita pada metafora pelabuhan, dambatan, dan juga tempat indah di pantai kita. Kisah percintaan di dermaga seperti cepatnya kapal yang berangkat dan pergi. Dalam cerpen ini lan fang meneror perasaan pembaca, membuat kita penasaran, dan mengakhirinya dengan kejutan. Cerpen ini mengisahkan perempuan yang jatuh cinta pada pria bule di Australia, hingga akhirnya perempuan kecewa bahwa bule terebut adalah pria gay.
Re-Kreasi
            Lan fang dikenal dengan cerpenis yang bukan hanya pandai memilih kosakata, tapi dia juga dikenal dengan cerpenis yang lembut yang menuliskan perasaan-perasaannya. Berbeda dengan novel LELAKON, yang kerap muncul dengan kata-kata yang menyeramkan yang membuat pembaca kadang jijik, terkoyak-koyak perasaannya, tapi juga membuat pembaca merasa dianiaya dan hidup dalam nuansa yang kejam. Tapi di kumcer sonata musim kelima ini, lan fang ingin membuat baris yang kadang kontras. Baris kontras itu ada dalam cerpen berjudul “Bai She Jing”, Dan juga cerpen “Sri Kresna”. Dalam cerpen ini ia ingin menciptakan kreatifnya. Ia seolah ingin menunjukkan bahwa dia bisa membuat cerpen yang diadopsi dari kisah yang pernah ditulis tapi tak mati. Maka dari cerita siluman ular hijau dan putih ia mencipta cerpen”Bai She jing” dengan bahasa indahnya.
Tik tak tik tak……
(aku hanya mesin tik tua yang mati-matian menyelamatkan cerita cinta yang kuanggap belum usai)
. Cerpen ini juga persembahan lan fang untuk sahabatnya Sanie B kuncoro. Persembahan ini menunjukkan lan fang berusaha keras membangun ceritanya, dan tautan cinta dengan mengolah kosakatanya sendiri meski ide ceritanya sama. Disinilah Lan fang menciptakan kembali kreasinya juga menyampaikan pesan kuat itu pada bagian terakhir cerpen tadi. Begitupun di cerpen “Sri Kresna”, ia mengkreasikan kembali kisah dan narasi jawa dalam cerita pewayangan, yang muncul bisma, arjuna dan juga tokoh lainnya yang dikemas ulang dengan bahasa lan fang. Lan fang kuat, dan memiliki kelebihan itu. Ia seorang cerpenis sekaligus creator yang luar biasa.
Manusiawi
            Sebagai cerpenis yang didapuk oleh para pengagumnya sebagai cerpenis humanis. Ia memahami betul predikat yang diberikan padanya.Kita bisa menemui perasaan-perasaan Lan fang yang begitu melankoli dan begitu pelan menuturkan kisah cinta seorang yang sudah bersuami dan beristeri, tapi masih menyimpan kenangan. Cerita “Surat untuk sakai”mengucapkan itu. Cerpen ini mengkoyak-koyak perempuan yang mengejar cinta lamanya. Selain cerpen tadi, kita bisa menyimak betapa tak mengenakkannya manusia hidup dengan topeng. Ia tak memakai wajah aslinya dan selalu bertabiat pura-pura. Kehidupan manusia yang memakai topeng ini diceritakan dalam cerpen”Festival Topeng”. Lan fang lihai memasukkan sosok jawa seperti rahwana dan ekalaya. Rahwana yang berarakter kebalikan yakni sosok ekalaya yang digambarkan dengan tenang,dan tenteram hidupnya dengan rahwana yang serakah, beringas dan juga kasar dalam bercinta. Cerpen ini mengisahkan kehidupan pembuat topeng yang sederhana dan apa adanya hingga ia berubah menjadi kaya karena topengnya dan gara-gara omelan isterinya. Untuk memenuhi keinginan isterinya, ia membuat topeng rahwana yang kemudian ia pake pula karena dengan topeng terakhir yang dia buat dengan berbagai wajah, si pembuat topeng bersikap seperti rahwana. Dan di akhir cerita, lagi-lagi lan fang membuat kejutan dengan membuat isteri pembuat topeng menangis karena ingin membunuh rahwana dalam tubuh suaminya, sedangkan ia sudah terlanjur menyatu dengan tubuhnya. Hingga tanpa sadar, isteri pembuat topeng telah membunuh suaminya pula.
            Terahir kita bisa menyimak bagaimana lan fang begitu luar biasa menyulap doa masuk ke dalam cerpennya. Menjadi sebuah percakapan, perdebatan, hingga pada sosok yang saling menyatu. Ia hanya ingin mendefinisikan satu kata dalam doa “amin”. Kata itulah yang didefinisikan melalui cerpen berjudul “Dear : gani”. Ke-15 cerpen ini seperti menunjukkan bahwa lan fang memang sosok cerpenis yang ulung, ia mampu mengolah dan memasukkan rasa dalam cerpen-cerpennya, memasuki dunia cinta, patah hati, hingga membawa kita pada cerita lokal kita, dan membawanya pada suasana yang menyentuh antara cerpenis, ceritanya dan juga perasaan-perasaan pembaca masuk di dalamnya. Semoga anda pun merasakannya setelah membaca dan masuk dalam sonata musim kelima.

*)Penulis adalah mahasiswa UMS, buku puisinya “hujan di tepian tubuh”diterbitakan greentea, jakarta (2012).