Judul Buku : Einstein ;Kehidupan dan Pengaruhnya Bagi
Dunia
Penulis : Walter Isaacson
Penerbit : Penerbit Bentang
Hal : 700 halaman
ISBN : 978-602-8811-86-6
Harga : Rp. 109.000,00
Jagad
Einstein
Oleh arif saifudin yudistira*)
Siapa yang tak mengenal ilmuwan ini. Ia seperti gabungan
antara kepopuleran, kegencaran publisitas hingga kebesaran penemuannya. Kepopuleran,
publisitas, hingga penemuan terbesarnya bukanlah ia tempuh dengan tiba-tiba. Eksperimen
dan kecanggihan pikirannya mengamati hal-hal ganjil sudah bermula sejak kecil.
Einstein kecil yang dikisahkan dalam buku ini adalah anak yang sebenarnya tak
menunjukkan sebagai anak-anak yang normal seperti yang lainnya. Ia mengalami
keterlambatan bicara, dan ia begitu menggigil ketika menemukan jarum kompas dan
terus-menerus melakukan penyelidikan dan rasa keingintahuannya.
Minat dan keingintahuannya pun menjadi unik manakala
digabung dengan bagaimana kenakalan dan keriangannya. Ia sering mengulangi
kata-kata dan sesuatu yang dianggap unik. Dari kecerdasan itulah einstein
memperoleh nilai yang memuaskan ketika ia mengalami masa-masa di sekolah.
Pendidikan yang ia tempuh di masa kecilnya itulah yang juga memberikan
pelajaran terbesar bagi kehidupannya sebagai ilmuwan dan guru besar. Ia
mengalami trauma ketika melihat guru-guru ibarat jenderal-jenderal. Ia pun
menguraikan pengalamannya ini : “gaya
militer di sekolah,latihan sistematis untuk mendewakan otoritas yang bertujuan
membiasakan disiplin militer pada murid sejak dini, benar-benar tak menyenangkan“.
Gaya pendidikan yang penuh otoritas, penuh aturan dan tak
membebaskan cara berfikir ini kelak akan ditentangnya ketika ia mengajar di
universitas yang ia ampu ketika ia memperoleh predikat guru besar. Ia
menerapkan sistem mengajar yang keluar dari kebiasaan, tapi ia menekankan
bagaimana mahasiswanya berdiskusi dan terkadang melakukan lelucon di sela-sela
ceramah dan kuliahnya. Metode ini sering dinilai buruk oleh berbagai rekan dan
kerabat yang ada di almamater tempat ia bekerja. Akan tetapi perlawanan
terhadap otoritas sudah menjadi kebiasaan yang melekat pada diri einstein.
Karena sikap
perlawanan itu pula ia pun tak mau terbawa pada identitas bawaan atau
keyahudiannya. Sehingga pernah ia melepas kewarganegaraan jermannya dan
meninggalkan identitas keyahudiannya walaupun kemudian ia ikut dalam gerakan
zion karena ia beranggapan bahwa yahudi berhak untuk mendapatkan tempat
tinggal. Ia menggunakan prinsip internasionale daripada nasionalisme. Di masa-masa awal ia adalah pemuda dengan
prestasi yang gemilang. Ia sudah menguasai geometri dan diferensial semenjak
SMA. Hasrat dan keingintahuannya belum berhenti dan berlanjut hingga ia tua.
Ilmu Pengetahuan
Buku ini mengurai bagaimana penemuan-penemuan einstein
diceritakan dengan kisah dan pergulatan yang manusiawi. Penemuan einstein yang
kelak mengejutkan dunia adalah perpaduan menarik antara pasangan yang sempurna
yakni antara Einstein dan Mileva Maric. Pernikahan keduanya tak direstui
orangtuanya, karena orangtuanya melihat sisi keturunan dan darah yahudi dan
melihat bentuk fisik mileva-kekasih Einstein. Einstein bagaimanapun juga hidup
di tengah masa-masa sulit dan ujian berat kala itu sebelum penemuan terbesarnya
tentang relativitas khusus dan umum. Suatu usaha berat untuk memecahkan misteri
dari alam semesta hingga penciptaannya.
Einstein digambarkan begitu mesrah
dengan Mileva di bukit salju yang membawa kisah cinta mereka. Einstein dan
mileva pun digambarkan sebagai pasangan yang serasi sama-sama menarik dan
saling memiliki keterkaitan yang sama dan sifat yang hampir sama. Einstein
menyebut Mileva dalam suratnya sebagai penyihir kecil. Sedang Mileva memanggil
einstein sebagai berandal kecil. Sebutan itu sama-sama menjelaskan bagaimana
keakraban dan hubungan intim mereka hingga akhirnya mereka menikah. Selama
bersama dengan Mileva, Einstein terus-menerus melalukan penelitian dan hasrat
terbesarnya melakukan penemuan teorinya tentang realtivitas khusus dan umum.
Dan ketika dia berhasil dan mencapai kepopulerannya, justru Mileva harus
menanggung kepedihan untuk menerima tawaran cerai dari Enstein karena ada
kekasih lain yakni Elsa.
Di masa-masa penemuan terbesarnya ia
menghadapi berbagai rintangan dan debat dan serangan luar biasa dari para
ilmuwan-ilmuwan terdahulunya. Einstein dan semangat untuk memecahkan persoalan
sudah ia peroleh semenjak kecil. Semangat itulah yang akhirnya membuahkan nobel
di bidang efek foto elektrik dan
bukan penemuannya mengenai relativitas. Meski demikian semangat einstein untuk
memecahkan misteri alam ini tak berhenti hingga akhir hayatnya.
Isaacson menggambarkan dalam buku
ini bahwa Einstein sering mengalihkan betapa ilmu pengetahuan (Sains) adalah
pelarian dari konflik, dan masalah pribadinya. Ia merasa bisa berdiam dan
tenang setelah kembali kepada sains. Meski demikian, penemuan Einstein tak bisa
dilepaskan dari jasa-jasa mileva dan temannya Marcell Grossman yang memiliki
keahlian dalam matematika. Di akhir hayatnya pun ia merenungi dan menyesal tak
memiliki keahlian matematika yang bisa dielaborasikan dengan penemuan fisikanya.
Sisi Manusiawi Einstein
Dunia Einstein dan kehidupannya tidak kemudian
mulus-mulus saja. Einstein sebagai suami seringkali mementingkan bagaimana dia
menyelesaikan penelitian dan penemuannya, sehingga saat-saat bersama dengan
Mileva dan anaknya menjadi lebih sedikit. Bahkan di akhir-akhir hubungan
mereka, tempat tinggal mileva pun jauh dari Einstein. Einstein adalah sosok
yang sering disebut sebagai sosok yang penyendiri. Maka dari itu, meski ia
berkeluarga, ia tak pernah merasa sepenuhnya menikmati itu, ia lebih menekankan
sikap kebebasannya. Maka ketika Elsa mendesak untuk segera menikahinya, ia
lebih memilih ikatan tanpa pernikahan. Meski
demikian, ia adalah sosok ayah dan pria yang bertanggungjawab, hingga akhirnya
setelah penerimaan nobel, hadiah nobel di serahkan pada Mileva dan Einstein
memutuskan untuk menikahi Elsa.
Di sisi lain, Einstein pun menaruh
perhatian pada sikap dan kontribusinya menyerukan semangat federalisme dunia
dan semangat anti perang. Ia adalah bagian dari tokoh yang menolak bom.
Meskipun penemuannya pun sangat berkaitan dan bahkan dasar sebelum orang
membuat bom. Sisi manusiawi Einstein yang lain adalah yang berhubungan dengan
penemuan terakhirnya yang menjelaskan bagaimana relasi antara penemuannya
dengan tuhan. Einstein memaknai ada kekuatan di luar ktia yang tak bisa
dikendalikan, dan ia justru yang mengendalikan alam itu, ia menyebut ini
sebagai keyakinan religius. Tak bertuhan tapi religius. Hingga ia menyimpulkan
kalimat yang populer di dunia agama tanpa
pengetahuan rapuh, pengetahuan tanpa agama buta. Di akhir hayatnya, ia pun
memilih untuk berkelana menjadi seorang pelancong dan memutuskan untuk
menjalani masa akhirnya setelah teman terdekatnya meninggal. Ia tak takut
menjalani kematian sebagaimana konsekuensi dari hidup dan apa yang sudah ia
capai selama ini. Ia pun menyesal sedikit karena ia belum sempat mendalami
matematika.
Akhirnya buku yang ditulis Isaacson
ini memberikan cerita menarik bagaimana jagad Einstein dikisahkan utuh dan
mampu mengungkap sisi manusiawi Einstein sebagai ilmuwan. Sebagai ilmuwan ia
telah membuktikan etos dan spirit keilmuan yang saat ini jarang dalam dunia
akademik kita. Sebagai manusia pada umumnya, ia pun tak bisa dilepaskan dari
watak-watak manusiawi seperti kesendiriannya dan ketenangan yang ia peroleh
dengan isteri-isteri dan anak-anaknya.
*) Penulis adalah Mahasiswa UMS pegiat
di Bilik Literasi Solo
*)Dimuat di Kendari Pos 27 januari 2013