Oleh Arif Saifudin Yudistira*)
Membaca novel grafis memang menjadi lebih indah daripada
membaca novel tanpa sentuhan grafis. Novel grafis mampu memberi sentuhan
melalui tatapan visual. Kita tak banyak disuguhi kata-kata, tetapi kita diajak
untuk terdiam sejenak menatap dan menyelami gambar. Melalui ilustrasi yang ada
di novel grafis, kita bisa menatap tokoh sekaligus menyaksikan bagaimana emosi
digambar dan diilustrasikan oleh penulis.
Buku novel grafis berjudul Mantra (2011), membuat pembaca dibuai dengan coretan- coretan
grafis penulis yang dipadu dengan dialog yang tak bertele-tele. Buku karya
R.Amdani dan komikus muda Aziza Noor ini mengisahkan tentang tokoh perempuan
Ratri seorang pelukis muda berbakat yang berada di bawah bimbingan gurunya Ibu
Wid.
Si tokoh dikisahkan berhasil mengadakan pameran tunggal,
dari pameran solo itu pula ia berhasil untuk lebih jauh mengenal pelukis-pelukis
pendahulunya. Pameran solonya membawa “nama” nya ikut besar. Tetapi publik yang
hadir di pameran itu membuatnya menjadi bimbang dan ragu. Salah satu pengunjung
yang datang pun menilai bahwa karyanya masih berada dalam bayang-bayang gurunya
“Ibu Wid”.
Singkat cerita, di tengah kebimbangan dan tantangan untuk
membuat karya yang lebih personal dan lebih berkarakter, Ratri membaca buku di
rumah temannya. Disana ia membaca buku Mantra Aji Raga Sukma. Setelah membaca
mantra itulah, Ratri akhirnya sadar bahwa ia telah berada di Padepokan Tari
Sandhikala.
Di Padhepokan itulah, ia bertemu sosok misterius bernama
Rangga. Sosok Rangga yang pandai menari topeng itulah yang akhirnya membawanya
menemukan inspirasi dari karyanya kembali. Ketika Ratri sadar, akhirnya ia pun
seperti tergerak untuk melukis kembali.
Di saat itulah, ia mampu melukis sesuatu yang benar-benar
lain dari karakter Ibu Wid, gurunya. Di Pameran tunggalnya yang kedua itulah,
banyak pujian datang. Di saat itulah, Ratri kembali menemukan jati diri pada
karya-karyanya. Kisah ini diakhiri dengan kedatangan Rangga, yang datang ke pameran
tunggalnya yang kedua. Tokoh Rangga inilah yang membuat cerita ini nampak
menggantung.
Meski cerita ini begitu ringkas, tetapi sentuhan grafis Aziza Noor membuat cerita ini menjadi
lebih hidup. Di halaman depan kita akan menemui pujian dari Fusami Ogi asisten
Professor Chikushi Jogakuen University
Japan. Menikmati cerita di novel grafis kolaborasi penulis dan komikus ini
membuat kita tercenung dan diajak untuk tak berhenti hingga kisah ini selesai.
Dan saya pun senang bisa menuntaskan kisah ini dengan penuh girang.
*) Pengelola doeniaboekoe.blogspot.com
No comments:
Post a Comment