klik disini untuk dapatkan dollar secara gratis!

Wednesday, 24 February 2016

Kisah Pencarian Jati Diri Seniman


Oleh Arif Saifudin Yudistira*)

            Membaca novel grafis memang menjadi lebih indah daripada membaca novel tanpa sentuhan grafis. Novel grafis mampu memberi sentuhan melalui tatapan visual. Kita tak banyak disuguhi kata-kata, tetapi kita diajak untuk terdiam sejenak menatap dan menyelami gambar. Melalui ilustrasi yang ada di novel grafis, kita bisa menatap tokoh sekaligus menyaksikan bagaimana emosi digambar dan diilustrasikan oleh penulis.
            Buku novel grafis berjudul Mantra (2011), membuat pembaca dibuai dengan coretan- coretan grafis penulis yang dipadu dengan dialog yang tak bertele-tele. Buku karya R.Amdani dan komikus muda Aziza Noor ini mengisahkan tentang tokoh perempuan Ratri seorang pelukis muda berbakat yang berada di bawah bimbingan gurunya Ibu Wid.
            Si tokoh dikisahkan berhasil mengadakan pameran tunggal, dari pameran solo itu pula ia berhasil untuk lebih jauh mengenal pelukis-pelukis pendahulunya. Pameran solonya membawa “nama” nya ikut besar. Tetapi publik yang hadir di pameran itu membuatnya menjadi bimbang dan ragu. Salah satu pengunjung yang datang pun menilai bahwa karyanya masih berada dalam bayang-bayang gurunya “Ibu Wid”.
            Singkat cerita, di tengah kebimbangan dan tantangan untuk membuat karya yang lebih personal dan lebih berkarakter, Ratri membaca buku di rumah temannya. Disana ia membaca buku Mantra Aji Raga Sukma. Setelah membaca mantra itulah, Ratri akhirnya sadar bahwa ia telah berada di Padepokan Tari Sandhikala.
            Di Padhepokan itulah, ia bertemu sosok misterius bernama Rangga. Sosok Rangga yang pandai menari topeng itulah yang akhirnya membawanya menemukan inspirasi dari karyanya kembali. Ketika Ratri sadar, akhirnya ia pun seperti tergerak untuk melukis kembali.
            Di saat itulah, ia mampu melukis sesuatu yang benar-benar lain dari karakter Ibu Wid, gurunya. Di Pameran tunggalnya yang kedua itulah, banyak pujian datang. Di saat itulah, Ratri kembali menemukan jati diri pada karya-karyanya. Kisah ini diakhiri dengan kedatangan Rangga, yang datang ke pameran tunggalnya yang kedua. Tokoh Rangga inilah yang membuat cerita ini nampak menggantung.
            Meski cerita ini begitu ringkas, tetapi sentuhan grafis Aziza Noor membuat cerita ini menjadi lebih hidup. Di halaman depan kita akan menemui pujian dari Fusami Ogi asisten Professor  Chikushi Jogakuen University Japan. Menikmati cerita di novel grafis kolaborasi penulis dan komikus ini membuat kita tercenung dan diajak untuk tak berhenti hingga kisah ini selesai. Dan saya pun senang bisa menuntaskan kisah ini dengan penuh girang.

*) Pengelola doeniaboekoe.blogspot.com


No comments:

Post a Comment