Dengan memberi itulah kita akan memperoleh makna hidup yang lebih luas dan semakin melapangkan hidup kita. Sedang sebaliknya sikap rakus, sombong ,dan membusungkan dada justru akan membawa kita pada defisit makna hidup
Oleh Arif saifudin yudistira*)
Tokoh moncer dan pengajar tasawuf
Haidar Bagir memberi persembahan buku ini sebagai hadiah dan sebagai
permenungan untuk dirinya dan para pembaca semua yang menginginkan kebahagiaan.
Pengalamannya sebagai pengajar tasawuf bukan berarti membuatnya hidup bahagia,
mulus dan tak ada ujian. Justru di saat itulah, Haidar bagir pernah mengalami
depresi berat memikirkan aktifitas, kesibukan dan masalah yang ia hadapi. Buku
ini hadir untuk melawan musuh yang harus ia hadapi yakni yang berbau duniawi
termasuk dirinya sendiri. Permenungan, pergulatannya itulah yang menjadi kisah
yang dikemas ciamik dalam buku ini.
Buku yang bertajuk Islam, Risalah Cinta dan Kebahagiaan adalah
petuah, nasehat dan permenungan dari penulis untuk dibagi kepada publik
pembaca. Sebagai seorang muslim, ia merasa ada kebahagiaan dan kepuasan batin
tersendiri bila hidup penuh dengan keberbagian dan selalu memberi. Sikap selalu
memberi dan berbagi inilah yang merupakan salah satu kunci dan rahasia dari
kebahagiaan. Dengan keberbagian itulah kita semakin menyadari bahwa kehidupan
di dunia ini tak ada artinya tanpa orang lain, tak ada orang yang bisa hidup
sendiri. Sebagaimana ajaran Islam bahwa islam adalah rahmat bagi semua, melalui
jalan keberbagian dan memberi itulah Islam akan membawa berkah bagi pemeluknya
maupun umat lian. Pesan cinta itulah yang disampaikan oleh Haidar Bagir dalam
buku ini.
Haidar bagir tak hanya mengupas
bagaimana hal-hal yang kecil dan sepele sering dilupakan oleh kita. Penulis
menyadari bahwa yang ia tulis adalah permenungan, ruang jeda dan hal yang sudah
umum ada dalam kehidupan kita. Tapi yang membedakan dari buku yang lain
barangkali adalah kesederhanaan dan cara bertutur penulisnya yang tak menggurui
dan memberikan kisah-kisah teladan yang bisa kita ambil hikmahya. Orang sering mencari
kebahagiaan adalah hal yang bersifat material dan kepuasan yang berupa harta
dan hal yang duniawiah semata. Inilah yang sebenarnya godaan duniawi yang
menjadi ujian dari keimanan seseorang.
Maka
dari itu, Islam menuntunkan bahwa kecintaan terhadap duniawi adalah ujian yang
diberikan Alloh kepada umatnya agar ia semakin dekat dan tumbuh dengan cinta
yang hak yakni cinta kepada penciptanya. Mengutip Jalaludin Rumi yang
mengatakan : “setiap orang yang tinggal
jauh dari sumbernya ingin kembali ke saat ketika dia bersatu dengannya“.
Haidar bagir memberikan gambaran pada kita,
bahwasannya Islam memiliki ajaran bahwa Tuhan menciptakan dunia dan
seisinya untuk kebahagiaan dan kebaikan manusia.
Hanya
saja yang terjadi justru sebaliknya, manusia tak memanfaatkan dunia dengan
bijak. Kebahagiaan pun berubah menjadi kesenangan semata dan hanya sekadar
untuk memuaskan kebutuhan jasmani semata. Sebagaimana pesan Gandhi bahwa dunia sanggup untuk memenuhi kebutuhan
manusia, tetapi tidak untuk keserakahannya. Sebab dunia ini memang
diciptakan untuk kebutuhan manusia, tetapi manusialah yang karena kelalaian dan
kedzalimannya mengakibatkan alam menjadi tak bersahabat dengan kita. Buku ini
memang sarat dengan inti ajaran tasawuf itu sendiri, sebagaimana Komaruddin
hidayat menyebut buku ini sebagai buku yang berisikan ajaran tasawuf yang
mendalam tapi sekaligus ringan dan praktis dalam kehidupan sehari-hari. Di
dalam buku inilah kita akan menemukan uraian dan contoh-contoh kisah teladan
yang bisa kita petik hikmahnya.
Dalam kehidupan di dunia ini manusia tak
bisa melepaskan diri dari masalah. Masalah
memang bagian dari bumbu kehidupan
ktia. Tergantung manusia yang menyikapi masalah itu, sebab sebagaimana yang
kita tahu, Tuhan tak akan memberikan beban kepada kita melebihi kesanggupan
kita. Bila manusia menyikapi ujian dan masalah tanpa keimanan, maka orang akan
memandang ujian dan masalah sebagai beban. Sebaliknya bila ujian dipandang
sebagai cara Tuhan meningkatkan kualitas kemanusiaan kita, maka kita akan
beroleh hikmah dan kebahagiaan. Sebagaimamana yang dikatakan oleh Sayyidina Ali
Karamallaha wajhah : “Seorang tidak akan
merasakan manisnya kebahagiaan sebelum dia merasakan pahitnya kesedihan”.
Haidar bagir memberikan penjelasan bahwasannya Tuhan pada
sejatinya menciptakan alam dan seisinya adalah untuk kebahagiaan dan kebaikan
manusia. Agama pun tak jauh berbeda, Islam dicipta agar manusia memahami betapa
Tuhan mencintai hambanya. Kecintaan Tuhan inilah yang membuat Tuhan memberikan
ujian dan cobaan kepada manusia. Untuk membuktikan seberapa cinta manusia pada
Tuhannya. Sebab rata-rata manusia lebih memilih cintanya pada dunia daripada
kecintaan yang haqiqi kepada Tuhannya.
Hidup sebagaimana yang dikatakan
Haidar bagir dalam buku ini, kebahagiaan hidup itu sebenarnya sederhana.
Kebahagiaan hidup akan dapat diperoleh dengan cinta dan kasih sayang dan spirit
memberi pada sesama. Dengan memberi itulah kita akan memperoleh makna hidup yang
lebih luas dan semakin melapangkan hidup kita. Sedang sebaliknya sikap rakus,
sombong ,dan membusungkan dada justru akan membawa kita pada defisit makna
hidup. Defisit makna hidup itulah yang merupakan sumber kesengsaraan (hal.19).
Melalui buku inilah Haidar bagir menjelaskan
secara utuh bahwa Islam adalah agama yang penuh dengan risalah cinta yang
menuntunkan kepada kebahagiaan kita(manusia),dengan memperlakukan dunia secara bijak
dan sewajarnya. Sebab sebagaimana ajaran agama lain, kebaikan pun akan
bertumbuh menjadi kebajikan kebajikan yang lain pada diri kita. Sebagaimana
makna cinta yang sesungguhnya yakni hubb-
benih kehidupan yang akan bertumbuh bagi penanamnya.
*)Penulis
adalah Mahasiswa UMS pegiat di bilik literasi solo
No comments:
Post a Comment