klik disini untuk dapatkan dollar secara gratis!

Thursday 18 September 2014

Ibu







Ibu adalah gua pertapaanku/dan ibulah yang meletakkan aku di sini/saat bunga kembang menyemerbak bau sayang/ibu menunjuk ke langit, kemundian ke bumi/aku mengangguk meskipun kurang mengerti
(Zawawi Imran)


Bagaimana Nabi Mohammad mengisahkan Ibunya?, saya masih tercenung, apakah Nabi pernah bercerita tentang Ibu?. Meski kita tahu, bahwa kepopuleran seorang Ibu yang diangkat derajatnya oleh Islam dengan hadist yang popular tentang Ibu sudah sering kita dengar. Ibu seperti misteri tersendiri bagi seorang piatu. Ibu bagi Mohammad tentu memiliki getaran-getaran kasih sayang yang cukup mendalam meski tak begitu lama Mohammad mengalami ini. Saya belum terpuaskan, saya masih mencari, mengapa nabi tak sering kita dengar mengisahkan tentang Ibunya, berkisah tentang ibunya. Kisah tentang ibu memang tak ada habisnya, ia seperti air, mengalir sepanjang abad. Orang boleh saja punya kesuksesan, pamer keberuntungan dan semuanya, tapi bila ia melupakan ibu, maka runtuhlah semua prestise dan apa yang ia dapat. Ibu seperti kerajaan yang berdiri kokoh, ia menghidupi rakyatnya, melindungi dan akan sekuat tenaga mempertahankan bila kerajaan itu diserang musuh. Seperti halnya kita sebagai anak, maka ibu pun demikian halnya. Ia akan membela kita, paling mengerti keadaan kita. Ibu memenuhi janji tanpa harus ditagih, ibu berjuang tanpa harus dilihat, ibu berdoa dengan segala daya dan upaya, untuk anaknya. Kita memang perlu bertumpuk kisah dan pengisahan tentang “ibu”. Agar riwayat kita menjadi manusia semakin tergenapi. Dari ibulah, kita berawal mengenali dosa. Ibu pula yang mengajari kita untuk kembali kepada jalan-Nya. Buku Emak (2010) adalah refleksi dan cerita tentang ibu. Ia ibarat sebuah cermin untuk mengajak kita berkaca kepada cara ibu kita masing-masing menanamkan ajaran moralitas dan segala pelajaran hidup kepada kita. Bagiku, ibu justru terlalu banyak member, daripada menerima. Meski ibu(ku) hanya seorang lulusan SMA, ia justru mengajarkan padaku makna belajar lebih dari yang aku tahu. Ibu justru mengajari orang bisa bergaul, menempatkan diri dengan baik dalam hidup ini. Ibu mengajariku kasih sayang kepada adik, kepada keluarga, ibu sering menasehatiku tentang akhlak, keteladanan, kepemimpinan. Ibu yang mengajariku membaca pertama kalinya, ia dengan sabar menuntunku untuk menaklukkan “kata”. Kini ibu tahu, saat aku menulis, ibu tak mengerti, bahwa kemampuanku adalah buah dari apa yang ia ajarkan. Bagiku, kisah Emak (2010) seperti penjelasan tambahan, bahwa ibu kita memang manusia yang layak kita agungkan. Saya jadi teringat betapa tradisi india begitu memuja seorang ibunda. Begitupun tradisi Islam, Kristen pun demikian halnya, hingga ada sebutan “Bunda Maria”, dan agama-agama yang lain tentunya. Perempuan nomer satu di dunia ini, seperti lautan,samudera, disamping ia menenggelamkan, ia menenteramkan, mengajak kita hanyut ke dalamnya, menyadari betapa luas pengaruhnya, kasih sayangnya, dan apa yang sudah ia berikan, tanpa imbalan sedikitpun. Dalam urusan kata-kata, Ibu memilih pertimbangan-pertimbangan yang matang sebelum mengucapkan. Kata-katanya seperti sabda, ia membuat kita sadar, bahwa kehidupan yang kita jalani bersamanya adalah kitab hidup yang tak lekang bila kita baca.
Buku Emak(2010) garapan Daoed Joseoef adalah catatan sejarah dari hubungan kasih sayang antara ibu dan anak. Ibu membawa sang anak mengantarkan masa depannya ke dalam pintu kebahagiaan. Dari Emak(2010) kita diajari untuk tak boleh mengesampingkan dan menganggap ibu sebagai seorang yang lemah atau ringkih. Lebih dari itu, tanpa kasih sayangnya, kita justru menjadi manusia yang tiada berdaya dan menanggung kutukan dari-Nya. Dari semenjak kita menetek itulah, kita sebenarnya disadarkan bahwa kehidupan kita benar-benar tak lagi alami, tak lagi semuanya murni. Ada darah , ada tangis dan tawa seorang ibu.

*) Penulis adalah peresensi buku tinggal di Sukoharjo




No comments:

Post a Comment