Judul buku : Diskursus dan Metode
Penulis : Descrates
Penerbit : Ircisod
Hal : 144 halaman
ISBN : 978-602-191-2676
Harga : Rp.30.000,00
Descrates,
Pengetahuan, dan Kebenaran
Oleh
arif saifudin yudistira*)
Untuk apa kita hidup? .pertanyaan
tersebut bukan hanya pertanyaan sederhana, tapi satu pertanyaan penting untuk
menjawab bagaimana kita hidup dan mengapa kita harus hidup?. Pertanyaan ini
mengawali perubahan besar dalam dunia pemikiran barat. Rasionalitas menjadi
satu alat untuk mengucapkan dunia. Dunia tak berhenti dalam Tanya, dunia jadi
subjek dan objek eksperimen. Dunia pun bergelimpahan dengan berbagai penemuan.
Saya hanya mendengar bagaimana Habibie mencipta pesawat, pertanyaan dan
pengamatan sederhana menghasilkan ide besar. Ketika kita memakai logika
platonic maka dunia ini hanya realitas yang semu, hanya pantulan saja apa yang
ada di pikiran kita. maka ide logos nya descrates melampaui itu. ia mencoba
membuktikan eksistensi yang paling pokok dalam dunia manusia.
Makhluk yang berfikir itulah yang
ditekankan oleh descrates. Descrates membuat satu negasi yang jelas antara
hewan dan manusia. Akal itulah yang membedakan antara hewan, atau mesin yang
dicipta manusia. Ia mengatakan : “Jika korat binatang sama dengan jiwa kita,
dan sebagai akibatnya, tidak ada yang perlu dikhawatirkan ataupun diharapkan
manusia setelah kehidupan ini,seperti lalat dan semut. Sebaliknya apabila
manusia mengetahui betapa jiwa binatang berbeda dengan jiwanya, orang akan jauh
lebih memahami alasan-alasan yang membuktikan bahwa jiwa manusia secara kodrati
sama sekali tidak tergantung pada badan,sehingga tidak mungkin mati bersama
dengan kematian badan. Tidak ada sebab-sebab lain yang menghancurkan jiwa
dengan sendirinya manusia akan berpendapat bahwa jiwa itu abadi”.(102).
Kekuatan nalar itulah yang
kemudian membawa kita pada satu pemahaman-pemahaman yang dirumuskan hingga
menjadi satu rumusan atau diskursus pengetahuan. Pengetahuan itulah yang
menuntun manusia untuk menemukan siapa dirinya hingga untuk apa ia hidup. Dan
pengetahuan pokok itulah yang sesungguhnya mendorong filsafat descrates.
Risalah yang berjudul Diskursus dan Metode ini menjelaskan bagaimana sebenarnya
ilmu pengetahuan itu hadir, kaidah-kaidahnya, dan menjelaskan bukti-bukti
kehadiran Tuhan.
Ilham Mimpi
Mimpi pun
merupakan bagian dari ke khasan manusia. Manusia dihadirkan dengan kelebihan
dari makhluk lain melalui mimpi. Mimpi pun dijadikan medium Tuhan menyampaikan
firman dan perintah-perintahNya. Sejak nabi-nabi pun kita mengenali mimpi. Mimpi
itu pula yang membawa descrates pada konsepsi dan risalah besar di dunia barat.
Rasionalitas inilah yang mengantarkan manusia pada satu kesimpulan besar
“matilah orang yang sudah menghentikan pikirannya”. Titik inilah yang mengawali
kesadaran manusia. Kesadaran itu jadi mustahil bila tak ada peran nalar dalam
manusia. Mimpi itu adalah pertanyaan yang berulangkali yang membuat kaget
descrates. Suara itu yang mengantarkan ia pada penelitian besar pada dirinya. “Quad
vitae sektabor iter?”-Hidup apa yang akan kau ikuti? Dan dari mimpi itu ia menemukan
jawaban “ co gito ergo sum”. Aku adalah
sesuatu yang berpikir dari luar dunia sehari-hari sebab itu universal.(9)
Dunia kita kini sering jadi sesuatu
hal yang berkebalikan. Rasionalitas disalahfahami bahwa mimpi itu jadi sesuatu
yang irasional, padahal itu sesuatu yang “ada” meski berada pada dunia dan
ruang yang lain. Rasionalitas modern cenderung menganggap mimpi adalah sekadar
bunga tidur semata. Padahal freud pun melakukan pengkajian dan menemukan penemuannya
melalui jalan meneliti “mimpi”.
Kebenaran
Descrates
melakukan penelitian, penemuan hingga menemukan diskursus tentang ilmu
pengetahuan tak lain adalah sebagaimana yang ia katakana di awal penemuannya
yakni pada penemuan hakekat kebenaran. Tujuan dari menemukan kaidah-kaidah
pengetahuan ini tak lain adalah menemukan kebenaran. Ia mengatakan : “Bahwa
hidup yang benar adalah yang didasarkan pada kaidah-kaidah pengetahuan”(11). Kebenaran
inilah yang menjadi jalan pencerah dan jalan manusia. Selama manusia tak
melakukan eksperimen, pengamatan, dan mencoba memahami kaidah-kaidah
pengetahuan maka kemungkinan ia akan tak menemui kebenaran itu sendiri.
Kebenaran itulah yang kemudian ditunjukkan descrates yang mencantumkan bab
bukti-bukti keberadaan Tuhan dan jiwa manusia. Descrates pun memahami bahwa
jiwa manusia itu berbea dengan binatang. Dan hewan tak memiliki jiwa, ia tak memiliki rasionalitas
sebagaimana manusia.
Dan
ada sesuatu di luar diri manusia yang menggerakkan manusia. Bila hewan atau
mesin memiliki insting yang terbatas. Ketika robot diberi satu pancingan atau
rangsangan maka ia akan merespon dengan respon terbatas. Tapi manusia akan
member respon yang terkadang diluar dugaan kita. Disinilah akhirnya descrates
menemukan Tuhan, bahwa tuhan menciptakan jiwa yang abadi itu. Dengan kesadaran
tinggi dan menjalani kaidah-kaidah pengetahuan itulah, maka hidup manusia itu
dijalani dengan pertimbangan dan pemikiran yang membawa manusia itu pada –le
maitres et possesseurs de la nature- pangeran yang gilang-gemilang dengan
cahaya ilmu dan menjadi penguasa dunia.
Setelah
descrates mengajarkan metode dan kaidah ilmu pengetahuan pun ia mencapai pada
tahap kesadaran tertinggi bahwa “ pengetahuan yang telah saya pelajari sampai
sekarang hampir tidak ada artinya dibandingkan dengan yang belum diketahui dan
yang masih akan dipelajari”. Kesadaran itulah yang membawa descrates bahwa
kebenaran itu semakin dicari akan semakin kita menemukan bahwa manusia itu
adalah makhluk yang kecil. Di kalimat lain ia mengatakan : “Saya merasa bahwa
dengan belajar saya tidak mendapat manfaat lain selain kesadaran yang semakin
tajam bahwa saya tidak tahu apa-apa”(30). Risalah descrates ini tetap memiliki
relevansi pada bagaimana ilmu pengetahuan dikembangkan dengan metode, kaidah
hingga pada tahapan kesempurnaan yang mengantarkan kita pada cahaya agung dan
juga penemuan kebenaran.
*)
Penulis adalah Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surakarta, Presidium Kawah
institute Indonesia
No comments:
Post a Comment