klik disini untuk dapatkan dollar secara gratis!

Tuesday 1 January 2013

Descrates, Pengetahuan dan Kebenaran



Judul buku                           :  Diskursus dan Metode
Penulis                                  : Descrates
Penerbit                                : Ircisod
Hal                                          : 144 halaman
ISBN                                       : 978-602-191-2676
Harga                                     : Rp.30.000,00


Descrates, Pengetahuan, dan Kebenaran
Oleh arif saifudin yudistira*)
Untuk apa kita hidup? .pertanyaan tersebut bukan hanya pertanyaan sederhana, tapi satu pertanyaan penting untuk menjawab bagaimana kita hidup dan mengapa kita harus hidup?. Pertanyaan ini mengawali perubahan besar dalam dunia pemikiran barat. Rasionalitas menjadi satu alat untuk mengucapkan dunia. Dunia tak berhenti dalam Tanya, dunia jadi subjek dan objek eksperimen. Dunia pun bergelimpahan dengan berbagai penemuan. Saya hanya mendengar bagaimana Habibie mencipta pesawat, pertanyaan dan pengamatan sederhana menghasilkan ide besar. Ketika kita memakai logika platonic maka dunia ini hanya realitas yang semu, hanya pantulan saja apa yang ada di pikiran kita. maka ide logos nya descrates melampaui itu. ia mencoba membuktikan eksistensi yang paling pokok dalam dunia manusia.
Makhluk yang berfikir itulah yang ditekankan oleh descrates. Descrates membuat satu negasi yang jelas antara hewan dan manusia. Akal itulah yang membedakan antara hewan, atau mesin yang dicipta manusia. Ia mengatakan : “Jika korat binatang sama dengan jiwa kita, dan sebagai akibatnya, tidak ada yang perlu dikhawatirkan ataupun diharapkan manusia setelah kehidupan ini,seperti lalat dan semut. Sebaliknya apabila manusia mengetahui betapa jiwa binatang berbeda dengan jiwanya, orang akan jauh lebih memahami alasan-alasan yang membuktikan bahwa jiwa manusia secara kodrati sama sekali tidak tergantung pada badan,sehingga tidak mungkin mati bersama dengan kematian badan. Tidak ada sebab-sebab lain yang menghancurkan jiwa dengan sendirinya manusia akan berpendapat bahwa jiwa itu abadi”.(102).
Kekuatan nalar itulah yang kemudian membawa kita pada satu pemahaman-pemahaman yang dirumuskan hingga menjadi satu rumusan atau diskursus pengetahuan. Pengetahuan itulah yang menuntun manusia untuk menemukan siapa dirinya hingga untuk apa ia hidup. Dan pengetahuan pokok itulah yang sesungguhnya mendorong filsafat descrates. Risalah yang berjudul Diskursus dan Metode ini menjelaskan bagaimana sebenarnya ilmu pengetahuan itu hadir, kaidah-kaidahnya, dan menjelaskan bukti-bukti kehadiran Tuhan.
Ilham Mimpi
            Mimpi pun merupakan bagian dari ke khasan manusia. Manusia dihadirkan dengan kelebihan dari makhluk lain melalui mimpi. Mimpi pun dijadikan medium Tuhan menyampaikan firman dan perintah-perintahNya. Sejak nabi-nabi pun kita mengenali mimpi. Mimpi itu pula yang membawa descrates pada konsepsi dan risalah besar di dunia barat. Rasionalitas inilah yang mengantarkan manusia pada satu kesimpulan besar “matilah orang yang sudah menghentikan pikirannya”. Titik inilah yang mengawali kesadaran manusia. Kesadaran itu jadi mustahil bila tak ada peran nalar dalam manusia. Mimpi itu adalah pertanyaan yang berulangkali yang membuat kaget descrates. Suara itu yang mengantarkan ia pada penelitian besar pada dirinya. “Quad vitae sektabor iter?”-Hidup apa yang akan kau ikuti? Dan dari mimpi itu ia menemukan jawaban “ co gito ergo sum”.  Aku adalah sesuatu yang berpikir dari luar dunia sehari-hari sebab itu universal.(9)
            Dunia kita kini sering jadi sesuatu hal yang berkebalikan. Rasionalitas disalahfahami bahwa mimpi itu jadi sesuatu yang irasional, padahal itu sesuatu yang “ada” meski berada pada dunia dan ruang yang lain. Rasionalitas modern cenderung menganggap mimpi adalah sekadar bunga tidur semata. Padahal freud pun melakukan pengkajian dan menemukan penemuannya melalui jalan meneliti “mimpi”.
Kebenaran
            Descrates melakukan penelitian, penemuan hingga menemukan diskursus tentang ilmu pengetahuan tak lain adalah sebagaimana yang ia katakana di awal penemuannya yakni pada penemuan hakekat kebenaran. Tujuan dari menemukan kaidah-kaidah pengetahuan ini tak lain adalah menemukan kebenaran. Ia mengatakan : “Bahwa hidup yang benar adalah yang didasarkan pada kaidah-kaidah pengetahuan”(11). Kebenaran inilah yang menjadi jalan pencerah dan jalan manusia. Selama manusia tak melakukan eksperimen, pengamatan, dan mencoba memahami kaidah-kaidah pengetahuan maka kemungkinan ia akan tak menemui kebenaran itu sendiri. Kebenaran itulah yang kemudian ditunjukkan descrates yang mencantumkan bab bukti-bukti keberadaan Tuhan dan jiwa manusia. Descrates pun memahami bahwa jiwa manusia itu berbea dengan binatang. Dan hewan tak memiliki jiwa, ia tak memiliki rasionalitas sebagaimana manusia.
            Dan ada sesuatu di luar diri manusia yang menggerakkan manusia. Bila hewan atau mesin memiliki insting yang terbatas. Ketika robot diberi satu pancingan atau rangsangan maka ia akan merespon dengan respon terbatas. Tapi manusia akan member respon yang terkadang diluar dugaan kita. Disinilah akhirnya descrates menemukan Tuhan, bahwa tuhan menciptakan jiwa yang abadi itu. Dengan kesadaran tinggi dan menjalani kaidah-kaidah pengetahuan itulah, maka hidup manusia itu dijalani dengan pertimbangan dan pemikiran yang membawa manusia itu pada –le maitres et possesseurs de la nature- pangeran yang gilang-gemilang dengan cahaya ilmu dan menjadi penguasa dunia.
            Setelah descrates mengajarkan metode dan kaidah ilmu pengetahuan pun ia mencapai pada tahap kesadaran tertinggi bahwa “ pengetahuan yang telah saya pelajari sampai sekarang hampir tidak ada artinya dibandingkan dengan yang belum diketahui dan yang masih akan dipelajari”. Kesadaran itulah yang membawa descrates bahwa kebenaran itu semakin dicari akan semakin kita menemukan bahwa manusia itu adalah makhluk yang kecil. Di kalimat lain ia mengatakan : “Saya merasa bahwa dengan belajar saya tidak mendapat manfaat lain selain kesadaran yang semakin tajam bahwa saya tidak tahu apa-apa”(30). Risalah descrates ini tetap memiliki relevansi pada bagaimana ilmu pengetahuan dikembangkan dengan metode, kaidah hingga pada tahapan kesempurnaan yang mengantarkan kita pada cahaya agung dan juga penemuan kebenaran.



*) Penulis adalah Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surakarta, Presidium Kawah institute Indonesia

            


No comments:

Post a Comment