klik disini untuk dapatkan dollar secara gratis!

Tuesday 14 April 2015

Menjadi " Waras "

      Oleh Arif Saifudin Yudistira*)

          Membaca buku Catatan Orang Gila karya Han Gagas kita akan menemui dunia yang saling berkelindan. Dunia orang gila yang selama ini digambarkan sebagai dunia yang serba tak jelas dan asing, tiba-tiba ditelisik oleh penulis novelet ini sebagai dunia yang penuh pengetahuan dan menggugah kesadaran kita sebagai orang yang “waras” alias normal. Sudah menjadi kebutuhan manusia biasa seperti makan, seks dan juga kebutuhan batin lainnya. Orang dianggap gila bila ia mengalami satu kebiasaan yang aneh, tak biasa, dan mengalami gangguan jiwanya. Orang sering mengaitkan ini dengan masalah psikologis. Orang gila adalah orang yang secara psikologis bermasalah. Tetapi benarkah kita orang normal tak mengalami persoalan psikologis yang sama?. Terkadang jiwa kita berontak, dan ingin melakukan sesuatu yang dianggap aneh, asing, misalnya terjun dari lantai tiga, atau kita hendak menabrakkan diri di tengah jalan. Perilaku-perilaku semacam ini bisa dijadikan alasan untuk menuduh kita sebagai seorang yang gila, edan dan tidak “waras”.
          Cerita dari bangsal rumah sakit jiwa ini memberi gambaran utuh mengenai apa sebenarnya kegilaan itu, atau kita ini yang normal dan wajar yang sebenarnya memiliki gejala “gila”, sehingga melakukan perbuatan yang dianggap normal atau biasa. Ada kompromi dan sikap yang dianggap wajar tatkala manusia melakukan kejahatan dan tidak bisa diterima public. Sebagaimana kita bisa menyimak bagaimana kisah Tantri yang akhirnya harus menerima sikap bapaknya yang gila, dengan melampiaskan hasrat seksualnya kepada Tantri anaknya sendiri meski bapaknya tahu, ia salah. Tetapi yang terjadi Tantri justru dianggap gila dan di masukkan ke rumah sakit jiwa. Berbeda dengan kisah Lastri yang merasa sadar akan kebiasaannya yang menyukai lelaki berlebihan. Kebiasaannya inilah yang berbuah seorang petugas perpus menodainya. Pada akhirnya Lastri diperkosa oleh polisi yang menangkapnya, dan ia dibuang di hutan. Perkosaan membuat mentalnya terganggu.
          Tokoh-tokoh yang dianggap “gila” yang dikisahkan oleh Han Gagas adalah tokoh yang mengalami trauma dan siksa psikologis. Perilaku kegilaan manusia saat ini sudah mencapai pada tahapan klimaks. Dunia sekarang ini seolah bukan tempat yang cocok bagi orang yang dianggap “gila”. Han mencoba membalik kenyataan ini dengan menguak dan mengisahkan kisah dari bangsal rumah sakit jiwa. Ia seolah membantah bahwa saat ini kita sedang sehat pikiran dan badan kita. Han Gagas seolah ingin memberi ejekan dan meemberikan sentilan, bahwa sebenarnya kegilaan yang dialami oleh orang-orang gila di rumah sakit jiwa salah satunya adalah karena ketidakwarasan kita orang-orang yang normal ini. Perilaku kita yang sudah “gila” inilah yang mengakibatkan mereka menjadi benar-benar “gila”.
          Di kumpulan cerita ini, kita juga akan menemukan ajakan untuk membuat kita sadar bahwa di tengah kehidupan yang serba keras dan kejam sekarang, kita dituntut untuk menjadi ‘waras”.  Cerita dan tokoh-tokoh Han Gagas mengingatkanku pada novel yang ditulis oleh Paulo Coelho yang berjudul Veronika Memutuskan Mati(2012). Di novel ini, kita akan menemukan kisah orang-orang gila pula. Tetapi di Coelho, kita akan menemukan sisi religiusitas dan alasan untuk hidup. Coelho menyebut ini sebagai “visi firdaus”.
          Tetapi di novella Han Gagas kita justru akan menemukan alasan lain, kita justru menemukan kisah seorang kekasih Astrid yang rela untuk diajak untuk berkunjung ke rumah sakit jiwa. Kekasih ini akhirnya menyukai, mencintai rumah sakit jiwa yang sering diartikan sebagai rumah orang-orang tak waras karena kekasihnya begitu menyukai dan belajar banyak hal dari sini, belajar kehidupan. Meski tak ada sentuhan religiusitas, novella ini menarik karena mampu membuat kita sadar bahwa kegilaan bukanlah hal yang aneh dan asing. Dari cerita-cerita yang dikisahkan Han Gagas kita jadi mengerti, dunia orang gila adalah dunia yang membuat kita semakin “waras”.


*) Pegiat Tadarus Buku di Bilik Literasi SOLO, Pengelola doeniaboekoe.blogspot.com
 *) Tulisan dimuat di SOLO POS 

No comments:

Post a Comment