Oleh
Arif Saifudin Yudistira*)
Media
sosial kini tak sekadar menjadi ruang narsisme, tetapi juga sebagai ruang
komunikatif yang efektif. Di media sosial itu pula, kita tak hanya menuliskan
dan mengungkapkan sesuatu, tetapi juga gagasan dan permenungan. Dalam
permenungan itulah, kita bisa menemukan ada motivasi atau motif berbagi. Saya
rasa itulah yang kita bisa temukan di buku Celoteh
Rumput Liar (2015).
Buku Celoteh Rumput Liar (2015) ini lahir
dari kegelisahan penulis, permenungan dan cara penulis membagi apa yang ia
pikirkan dan rasakan. Kita bisa mengutip kalimat puitik berikut : “Meraih langit tidak semudah memandangnya
saja/ Mau terbang dengan sayap manusia tidak dibekali dengan sayap/Mau meloncat
kaki manusia tak kuat/ Lakukanlah yang bisa sesuai dengan kemampuanmu sebagai
manusia “ (h.16).
Hampir di
buku ini, kita akan menemukan tulisan kedua penulis bernada motivasi. Pada
kalimat lain yang ditulis oleh Sugeng Riyanto misalnya kita bisa menemukan
kalimat bernada permenungan : “kita tidak
pernah tahu sejauh mana kaki melangkah/ dan sampai kapan/ tetapi setidaknya
kita nikmati setiap langkah kaki itu meski dengan keadaan papun”(h.17).
Kalimat-kalimat
dihadirkan, ungkapan-ungkapan disuguhkan kepada pembaca. Penulis berminat ingin
membagi, menyapa kita dengan kata-kata. Begitu banyaknya motivator di layar
kaca, tentu akan percuma dan sia-sia bila tak dibukukan dan disuguhkan kepada
pembaca.
Kita akan
menemukan kalimat lain yang bernada permenungan dan hasil reflektif dari kisah
hidup penulis yang bisa kita ambil hikmahnya. “hidup pada jeruji masa lalu
sama halnya berjalan tanpa arah dan tujuan/ Anda berhak galau / tapi tidak
lantas membiasakan hidup dalam gurita masa lalu” (h. 57).
Melalui
buku ini, kita bisa merenungi kembali, menyimak sentuhan perasaan dan kata-kata
yang restropektif. Bersama buku ini, kita diajak untuk tak melewatkan yang
telah lampau dalam hidup ini. Kedua penulis ini berusaha mengekalkan apa yang
telah lampau dan menghadirkannya kepada kita.
Buku ini
tak dihadirkan dengan kalimat menggurui, tetapi dengan kalimat bernada kontemplatif
dan reflektif. Buku ini tak lain adalah catatan renungan yang memotivasi kita
semua.
*)
Penulis adalah Santri Bilik Literasi SOLO, Pengasuh MIM PK kartasura
*) Resensi dimuat pada tanggal 31 Januari 2015 di Kedaulatan Rakyat
No comments:
Post a Comment