Oleh Arif Saifudin
Yudistira*)
Manusia memiliki sifat
baik dan buruk. Karena itulah, ia bisa menjadi makhluk paling beradab di satu
sisi, dan di sisi lain ia bisa menjadi makhluk yang paling biadab. Tetapi apa
yang membuat manusia bisa menjadi keji, dan biadab?. Sejarah menunjukkan, bahwa
faktor lingkungan dan pertahanan diri untuk terus hidup menjadi salah satu
sebab mengapa manusia melakukan kejahatan sehingga ia membabi buta dan berubah menjadi
makhluk yang biadab. Di saat itulah, orang sering menyebut manusia yang
demikian sebagai manusia yang kehilangan akal, kehilangan kemanusiaannya,kehilangan
nuraninya. Kisah itulah yang akan kita dapati dari novel karya John
Steinbeck yang berjudul Tikus dan Manusia (1965) yang diterbitkan
ulang dengan judul George and Lennie (2015).
Dikisahkan disini,
bahwa George dan Lennie adalah dua sahabat yang saling peduli satu sama lain.
Mereka hidup di masa krisis ekonomi, George lelaki kurus tapi cerdas, sedang
Lennie adalah lelaki dungu meski badannya besar. Kedua tokoh tersebut akhirnya
terpaksa kerja di ladang sayur di California. Disinilah, awal mereka memiliki
dan menyimpan khayalan tentang dunia luar yang menyenangkan. Mereka memimpikan
harta dan kekayaan dan kebebasan ketika bekerja disana. Karena itulah, situasi
sesulit apapun dianggap sebagai sebuah ujian dari perjuangan akan kebebasan.
Kita bisa menyimak perdebatan kecil kedua tokoh saat menyadari bahwa ditempat
mereka bekerja tak mengenakkan. Lennie menjerit “ Aku tidak suka tempat ini
George. Ini bukan tempat yang baik. Aku ingin keluar dari sini. “Kita harus
bertahan hingga dapat uang . George pun menjawab harus, Lennie. Kita akan
keluar secepat mungkin. Aku juga tidak suka seperti kau” (h. 51).
Mereka kemudian saling
bekerja dan berteman di perkebunan itu, melindungi satu sama lain. Semula
hubungan baik George dan Lennie begitu baik. Bahkan di perkebunan itu, rasa
solidaritas dan persahabatan mereka membuat kagum para pekerja lainnya.
Tiba-tiba semua berubah tatkala isteri Curley merayu Lennie. Lennie yang
memiliki sifat yang begitu agresif tatkala dipancing emosinya, Lennie yang
dungu itu akhirnya melakukan perbuatan yang tak disangka sebelumnya, ia terlanjur
mencekik isteri Curley hingga tewas.
Ketika perbincangan
tentang mimpi kedua orang ini semakin dekat, mereka justru dikejutkan dengan
berita kematian isteri Curley. Akhirnya, perempuan itu membawa petaka,
Lennie begitu ketakutan dan akhirnya
meninggalkan George terlebih dahulu. Ketika George mendengar kabar bahwa
sahabatnya akan dihukum dan dikeroyok teman-teman pekerjanya, George memilih
untuk melindungi Lennie. Ia pun memilih membunuh Lennie dengan menembaknya.
Lennie akhirnya mati di tangan sahabatnya sendiri.
Yang menarik disini
adalah tatkala George dan Lennie yang semula mereka berjuang bersama demi
mempertahankan hidup, akhirnya harus berpisah demi hidup pula. Lennie harus
menanggung dosa dan kesalahannya dengan sangat mahal karena membunuh isteri
Curley . Nyawanya harus melayang ditangan sahabatnya sendiri. George di sisi
lain, ia tak punya pilihan lain selain menghabisi nyawa sahabatnya bila ia
ingin dipercaya oleh rekan-rekan pekerja lain untuk bertahan hidup.
Pada akhirnya kisah ini
megingatkan kita kepada kehidupan kita sehari-hari. Bahwa tak selamanya teman
bisa begitu dekat dan akrab bila sudah berurusan dengan urusan ekonomi, dan
juga urusan bertahan hidup. Maka tak heran, kita bisa melihat disekitar kita,
orang sering saling menjatuhkan dan saling begal karena urusan harta, ekonomi
maupun urusan pekerjaan. Tak jarang konflik sederhana sampai yang berujung
kematian didasari oleh motif ekonomi, sampai pada alasan untuk mempertahankan
hidup atau eksistensi diri.
Kisah ini menunjukkan
kepada kita, bahwa krisis ekonomi bisa mengakibatkan krisis diri, krisis
kemanusiaan. Sebagaimana yang dialami oleh George yang mengalami krisis
ekonomi, akhirnya harus mengalami krisis diri saat ia sedang terjepit. Krisis
ekonomi, kemiskinan dan ketimpangan tetap menjadi musuh kemanusiaan. George
harus bertahan untuk menempuh kehidupan yang baru tatkala ia menyadari bahwa
persahabatan tak mampu menolong hidupnya. Ia pun akhirnya harus membunuh
saudaranya sendiri. Dalam posisi terjepit, manusia terkadang kehilangan kontrol
kesadarannya, kehilangan nuraninya.
*) Penulis adalah Guru Mim Pk kartasura, Pengelola
doeniaboekoe.blogspot.com
No comments:
Post a Comment