"Perempuan memang dengan kekhasannya selalu bisa cerewet dan bisa bertutur tentang segala hal, entah yang bersifat pribadi maupun yang bersifat remeh temeh sekalipun. Tapi disana perempuan tak sekadar menjelaskannya sebagai seorang juru kisah yang lihai, tetapi dari cerita dan saling berbagi itulah kadang perempuan merasakan lega, merasakan perasaan yang ceria kembali dan lepas dari segala beban dan penat hidupnya"
Oleh Arif Saifudin Yudistira*)
Dan kehidupan perempuan, seperti
kehidupan lelaki pula. Tapi perbedaannya adalah pada dunia dan segala yang ada
di sekitarnya. Tak hanya di timur, di barat pun kehidupan yang digambarkan oleh
NH Dini dalam novel La Barka tak
begitu berbeda dengan perempuan di timur. Mungkin karena tokoh-tokoh dalam La Barka adalah tokoh perempuan yang
sendiri. Meski ia mengalami pergaulan sosial dengan teman-teman di sekitarnya,
namun mereka melakukan pekerjaan rumah dan segala yang berurusan dengan rumah
sendiri. Monigue adalah tokoh yang lihai mengemas dan menyulap La Barka lebih dari sekadar tempat
tinggal. Disana ada orang lalu lalang masuk dengan berbagai kisah yang
menggenapi rumah ini. Rumah—La Barka—
juga sekaligus tempat untuk mengembalikan kebahagiaan bagi Rina. Lama ia tak
mendapatkan kebahagiaan sebagaimana kebahagiaan di La Barka, semenjak kasus perceraian dengan suaminya berlangsung.
Penantian panjang itu ia isi dengan surat menyurat dengan suaminya. Kehidupan
bersama anaknya cukup menyenangkan, terkadang Rina mengisi kehidupannya ala
perempuan yang lain berbelanja dan sesekali berenang untuk mengisi waktu.
Perasaan-perasaan perempuan sering tak sesederhana dengan yang kita katakan. Sosok
Rina, dalam hal ini yang mirip dengan kisah yang dialami penulis sendiri (NH
Dini). Perceraian NH Dini dengan suaminya seperti mengalir dalam novel ini. Kehidupan
setelah menikah seringkali membuat dilema besar. Impian dan harapan jadi tak
selalu menyatu sesuai keinginan dan kehendak kita. La Barka mengisahkan itu, tak hanya perkara mandul, tapi juga
perkara pembagian harta setelah perceraian, hingga konflik orang ketiga pun
membuat impian dan kebahagiaan pernikahan tak selalu mulus. Di La Barka kita menemukan kisah yang
menggambarkan bahwa perempuan begitu menyimpan detail peristiwa, pertemuan,
kenangan dan semua yang ia alami begitu dekat, erat. Tetapi apa yang dialami
perempuan ini tak seperti yang dialami oleh lelaki. Lelaki seringkali memang
lebih melupakan masa lalu begitu saja, mendiamkannya lalu meninggalkannya.
Tetapi seperih apapun kehidupan
perempuan, perempuan lebih mudah menemukan ruang, tempat untuk berbagi,
berkisah kepada teman atau sahabatnya. Saya begitu kagum bagaimana kemudian
Monigue menerima dengan rela hati Rina sahabat karibnya, meski dengan berbagai
masalah yang menimpanya, Monigue berusaha menjadi sahabat terbaiknya begitupun
Rina. Rina pun berusaha menjadi teman yang terbaik buat Monigue, Monigue pun
akhirnya bercerai pula dengan suaminya. Di La
Barka rumah sepertinya menjadi tak hanya sekadar rumah, tetapi juga tempat
berkumpul dan bertemunya kisah asmara dan pertengkaran antar pasangan.
Sebagaimana hubungan antara Rene dan Francine, kelak ada sedikit kisah asmara
antara Rina dengan Rene. Kesepian dan perih karena kesindirian begitu dirasakan
Rina tokoh utama dalam novel ini. Tapi setidaknya keterasingan tetap akan
hilang bila diusir oleh kasih sayang seorang sahabat seperti Monigue.
Perempuan memang dengan kekhasannya
selalu bisa cerewet dan bisa bertutur tentang segala hal, entah yang bersifat
pribadi maupun yang bersifat remeh temeh sekalipun. Tapi disana perempuan tak
sekadar menjelaskannya sebagai seorang juru kisah yang lihai, tetapi dari
cerita dan saling berbagi itulah kadang perempuan merasakan lega, merasakan
perasaan yang ceria kembali dan lepas dari segala beban dan penat hidupnya. Dari
itulah, rasanya susah perempuan untuk dibendung untuk tak menjadi juru kisah.
Namun, apa yang menjadi sifat khas perempuan sebagai sosok yang “cerewet” dan gemar
berkisah itu tak hanya memiliki nilai lebih, terkadang juga menjebak dan
membuat ia bunuh diri. Kita bisa melihat ini pada diri Yvonne. Yvonne tak hanya
dikenal sebagai perempuan cerewet, tapi ia sering membuat konflik dan menyebar
sesuatu yang ganjil yang tak benar (menggosip). Dari kebiasaannya inilah, tokoh
ini seperti tak begitu mendapatkan perhatian banyak dari teman-temannya.
Apa yang menarik dari Novel cinta
kalau bukan kisah cintanya, NH Dini bisa saja bercerita tentang bagaimana
perempuan akan tertarik pada lelaki selain dari urusan fisik. Rene misalnya,
tokoh yang dalam novel ini membuat Rina tertarik padanya. Tak hanya urusan
mengajak kencan, dan merayu. Rene adalah sosok yang perhatian dan memberikan
perlindungan dan memberi rasa nyaman dan aman tanpa harus menyinggung kehidupan
Rina. Di saat itulah perempuan mengalami jatuh hati,saat ia menemukan tempat
yang nyaman untuk berbagi, saling mengerti dan saling memberi tentunya. Dan itu
pula yang dialami Rina kepada Robert, Robert pun demikian halnya. Robert
sebagai sosok lelaki yang mengetahui detail dan informasi lengkap dari
kehidupan Rina dari sahabat-sahabatnya. Dan melalui La Barka kita bisa tahu, perempuan dengan segala kelebihannya, ia
mempunyai sahabat, teman bercerita dan teman setianya. Dari sanalah kita akan
menemui kehidupan seorang perempuan mengalir seperti air mengalir. Kita bisa
menemukan kehidupan perempuan dari yang public sampai yang privat, dari yang
pribadi sampai yang tak bisa ditutup-tutupi. Sebagaimana yang ditunjukkan oleh
Robert, untuk menarik hati Rina, ia cukup memerlukan informasi mengenai dirinya
dari sahabat-sahabatnya dan sedikit perhatian dan juga sifat kelelakian sebagai
seorang yang bertanggungjawab dan penuh kasih sayang. La Barka, memang novel
yang penuh cerita kehidupan perempuan, dari urusan cinta hingga kegagalan untuk
sampai padanya. Persahabatan, bagi seorang perempuan ternyata melebihi makna
kehidupan perempuan itu sendiri, sebab bagi seorang perempuan persahabatan
justru melebihi segala-galanya, kita menemukan ini di La Barka.
No comments:
Post a Comment