klik disini untuk dapatkan dollar secara gratis!

Friday 1 August 2014

Buku dan Harapan




Oleh Arif Saifudin Y*)
                                                                                               
            Apa yang bisa kita jelaskan dari sebuah harapan?. Harapan tak lebih dari sebuah usaha tanpa henti dari sebuah loyalitas dan etos. Saya menemui ini pada John Wood, seorang mantan CEO Microsoft akhirnya menemukan makna kerja yang sebenarnya. Kerja yang sebelumnya tiada henti, menyita seluruh waktunya, hingga ia menuliskan dalam bukunya Leaving The Microsoft To Change The World(2006) “Anda dapat tidur saat anda mati dan dikubur”. Kerja begitu menyesakkan, waktu digunakan untuk fokus dan konsentrasi pada bisnis. Ia tak menemukan dirinya, ia hilang. Saat itulah, kesadaran menuntunnya menjadi seseorang yang berbeda dari yang lainnya. John Wood menunjukkan bahwa perjalanan keliling dunia adalah membuka mata dan hati kita. Ia memulai perjalanannya ke Nepal, di sana ia menemukan anak-anak miskin tak sekolah, buku-buku hilang, dan pemerintah tak cukup waktu dan tak cukup dana untuk mengurus perkara pendidikan. John Wood tergerak, pertemuan berikutnya dirancang untuk melakukan sesuatu : kerja. John Wood didukung Ayahnya, ia meninggalkan Microsoft, saat itulah ia benar-benar menjadi seseorang yang bukan hanya mempraktekkan prinsip-prinsip yang ia pelajari dari Microsoft, tapi lebih dari itu, ia mengembangkan jaringan sosial dan kepedulian serta “motivasi” ke semua orang di dunia. Bersama buku-buku,sekolah dan bea siswa, ia mencoba membangun reruntuhan yang hampir hancur. Target dan harapan yang mungkin orang akan berkata mustahil, baginya adalah tujuan yang harus dicapai segera. Tidak kurang dari dua tahun, ia telah merintis sekolah, perpustakaan dan buku-buku serta bea siswa bagi Nepal dan merambah ke Vietnam dan ke seluruh Asia. Perubahan bagi John Wood bukan perkara sukses dan kejayaan materi, ia benar-benar memainkan perannya sebagai seorang pekerja. Dan setelah ia melakukan apa yang bisa ia kerjakan untuk berbagi, ia menemukan kisah perjalanan dan pertemuan dengan orang-orang yang tak terduga sebelumnya. Tangan-tangan yang peduli pada pendidikan dan nasib anak-anak miskin di seluruh dunia. Ia menemukan makna investasi yang sebelumnya hanya berurusan dengan korporasi dan untung rugi perusahaan bisnis.
            Yang mendorong John Wood menyumbang buku-buku dan membangun perpustakaan di seluruh dunia disebabkan karena John kecil pun hidup dengan buku. Ia menghabiskan buku-buku di perpustakaan sudah semenjak usia belia. Maka hatinya trenyuh tatkala melihat anak-anak punya semangat yang tinggi tapi tak memiliki buku. Ia tergoda mencatat pidato Kepala Sekolah di daerah Nepal yang memberikan sambutan tatkala menyambut John Wood dan buku-buku yang ia bawa : “Ini hari yang istimewa untuk sekolah kita dan desa kita. Didalam buku kalian akan menemukan misteri-misteri dunia yang tersembunyi. Dengan buku kalian bisa belajar dan kalian bisa menciptakan masa depan yang lebih baik untuk keluarga dan Negara kita”. Masa depan yang lebih baik itu sudah dialami John Wood selama 9 tahun di Microsoft dengan kecukupan dan sebuah kesuksesan. Tapi bagi John Wood, buku-buku justru mengembalikannya pada buku. Ia tak menyangka kelak ia harus menuliskan memoarnya. Di buku ini pula John Wood ingin menjelaskan, melalui buku kita tak hanya bersuara, tapi juga menggerakkan. John Wood tentu ingin lebih banyak orang berpartisipasi dan mengambil makna dari apa yang ia kerjakan.
            John Wood menunjukkan betapa pengaruh buku akan membentuk dan mempengaruhi pikiran seseorang. Ia tak ingin keinginannya mengembangkan Room to Read akan bernasib sama seperti yang ada di Iran dan Arab Saudi, mereka mengembangkan madrasah puluhan ribu dan juga mencetak buku-buku. Bagi John Wood buku-buku itu tak berguna. Sebab anak-anak kelas satu disana belajar alphabet : J adalah jihad, tujuan kita dalam hidup. I adalah Israel, musuh kita.K adalah Kalashnikov kita akan kuasai, M adalah mujahidin, pahlawan kita. T adalah Taliban…”. Perang adalah tema sentral matematika. Murid laki-laki tak menghitung dengan apel dan roti. Tetapi dengan peluru dan Kalashnikov. Berapa orang kafir yang akan kita bunuh?. Gambaran ini diperoleh pula dari novel karya Asne Seierstad The Bookseller of Kabul (2005).
            John sadar bahwa pencapaian adalah buah dari kerja yang mati-matian tanpa henti, direncanakan dan penuh ketelitian. Ia belajar dari apa yang ia dapat dari Microsoft, loyalitas dan waktu adalah penting dalam hal ini. Tak hanya itu, ia juga menganggap data bagian dari hal yang tak bisa diremehkan dari sebuah usaha pencapaian. Dalam buku Leaving the Microsoft to Chang The World (2006), John Wood mengutip kata-kata Goethe tentang Simphoni kelima Beethoven dan apa yang ia rasakan dari merintis dan membangun Room to Read : “seandainya semua pemusik di dunia memainkan gubahan ini secara serempak , planet bumi akan lepas dari porosnya”. Itulah yang John Wood rasakan mengenai pendidikan bagi anak-anak di Negara berkembang.              John Wood menunjukkan bahwa makna buku bagi sebuah harapan begitu dalam. Buku-buku ikut membentuk, mengembangkan dan mewujudkan harapan. Tak hanya bagi pembaca, buku-buku ikut menggerakkan kita untuk memastikan bahwa harapan bukanlah akhir, melainkan pencapaian yang sempurna.




No comments:

Post a Comment