Judul :
KEMATIAN; Sebuah Risalah Tentang Eksistensi dan Ketiadaan
Penulis :
Muhammad Damm
Penerbit :
Kepik, DEPOK
Tahun :
1, November 2011
Tebal :
xxviii+124 halaman
ISBN
: 978-602-99608-1-5
Harga
: Rp. 45.000,-
Kematian, Pembicaraan Yang Tak Selesai
Oleh
arif saifudin yudistira*)
“ya,
kalau anda mati, anda tidak perlu apa-apa lagi. Anda tidak perlu mobil,
uang,tak butuh isteri,anda tak punya keinginan lagi.Seperti Tuhan tidak
butuh uang,isteri, atau mobil
bukan?.Jadi menyenangkan kalau orang tidak perlu apa-apa lagi dan sesudah anda
meninggal, itulah yang terjadi”(Geertz,mojokuto,1989 :100-101).
Mati
adalah pasti, bagaimana menghadapi mati itulah yang mesti kita pikirkan.
Begitulah awla kita mendiskusikan dan membicarakan kematian. Kematian memang
tak selalu terlepas dari kehidupan, kehidupan ada karena sebelumnya ada
kematian. Kematian menyimpan sejarah, eksistensi, hingga narasi yang mendalam
dalam dunia manusia. Sebab eksistensi manusialah yang kemudian menganggap mati
bagian dari ketiadaan eksistensial. Kematian jika dipandang dari sudut
eksistensial inilah, kemudian menjadikan kematian itu selesai, setelah orang
itu mengalaminya. Sebab eksistensi manusia akan berakhir setelah ia mati.
Buku
garapan Muhammad Damm ini mencoba berfikir dari cara pandang lain, ia mencoba
membicarakan bentuk-bentuk kematian, mendefinisikan kematian itu sendiri. Ia
keluar dari cara pandang selama ini yang membicarakan eksistensi tapi
menafikkan esensi dari kematian itu sendiri. Sebab tidak setiap dari kita
pernah mengalami kematian dan tak memiliki cerita dan juga pengertian, sebab
setelah mati kita tak memiliki eksistensi dan juga merasakan apa itu mati.
Bahkan orang mati suri, diyakini dam hanya merasakan pengalaman kematian, tapi
tidak mengalami kematian itu sendiri. Inilah yang membuat kematian itu selalu
dan tak pernah usai jadi perbincangan. Sebab kematian ternyata menyimpan
berbagai cerita hingga menyentak perhatian manusia baik dari peristiwa mati
dalam bentuk fisik(tubuh), mati eksistensi(kematian bahasa), hingga pada
kematian jiwa.
Kepentingan Kematian
Manusia sering kali
jeli dan penasaran dengan usahanya menyingkap dunia kematian itu sendiri.
Banyak yang kemudian mencoba melakukan eksperimen sampai pada pembuatan kartun,
pembuatan film, hingga pada perbisnisan dan eksploitasi berita kematian.
Meskipun berita kematian itu bukanlah yang dimaksud kematian itu sendiri. Titik
pandang kita ketika membicarakan kematian seringkali bersifat menegasikan.
Bahwa dengan mati itulah, kehidupan mesti dimaknai. Dengan adanya kematian
itulah, hidup mesti mempersiapkan dan berbuat sebaik-baiknya. Ritus ibrahimik
menjelaskan bahwa kematian itu adalah ketiadaan dan pengharapan. Pada kondisi
ini, manusia memiliki imajinasi dan harapan yang melampaui kehidupan itu sendiri,
dengan berbagai imajinasi kesenangan atau sebaliknya. Meskipun mereka belum
mengalami kematian, imajinasi ini dihadirkan untuk mempersiapkan dan menghadapi
apa yang disebut kematian itu sendiri.
Melalui
media yang ada saat ini, kematian pun jadi lahan berita yang cukup menarik
dikemas dengan bahasa-bahasa yang berubah-ubah. Sebab itulah kematian menjadi
sesuatu yang tka pernah berhenti, ia selalu berubah-ubah termasuk dalam
konstruksi manusia membahasakan kematian. Kematian pun tiba-tiba jadi lahan
bisnis melalui film-film yang mengangkat mitos-mitos tentang kematian, yang
banyak meraup keuntungan melalui pembuatan film serial “pocong” dengan berbagai
kondisi. Pocong tak dianggap lagi sebagai orang mati, tapi pocong dianggap
sebagai dunia entertaintment paling laku saat ini. Pun kita juga melihat bahwa
kematian berurusan dengan persoalan politik juga, melalui kematian dan
ketokohan seseorang, pejabat merasa perlu untuk berbela sungkawa di media
massa, hingga melantunkan pidato kematian untuknya.
" Singkatnya kematian menyingkap berbagai kepentingan dan mengucapkan bagaimana orang menyikapinya "
Tak Selesai
Selama
manusia hidup, selama itulah kematian akan tetap terus dan relevan dibicarakan.
Melalui kematian itu pula kita memahami kematian bukan hanya negasi atas
kehidupan, kematian bukan hanya sekadar ketiadaan kehidupan melainkan ketiadaan
kemanusiaan juga.(Damm, 2011).Pembicaraan kematian dalam buku ini mengisahkan
bahwa kematian itu adalah bagian dari kerangka filsafati yang perlu didudukkan
dalam konteks filsafat. Kematian dalam kerangka filsafat itu mendudukkan
kematian sebagai konseptual dan bukan eksistensial. Sebagaimana paparan Damm
dalam buku ini, ia mencoba menjelaskan selama
ini kita sebenarnya tidak sedang menangkap kematian yang tengah terjadi
dihadapan kita, melainkan dengannya kita memutuskan bahwa kejadian yang ada
dihadapan kita adalah kematian. Buku ini adalah cara kita untuk menjelaskan
dan mengartikulasikan kematian itu ada dan tak pernah selesai diperbicangkan.
Dalam buku inilah ia diposisikan yang membincangkan kematian antara eksistensi
dan ketiadaan sebagaimana yang ada dalam judul buku ini.
*)Penulis
adalah Mahasiswa UMS, penggiat di bilik literasi,presidium kawah institute
Indonesia
*)Tulisan termuat di koran opini.
No comments:
Post a Comment