klik disini untuk dapatkan dollar secara gratis!

Wednesday 26 December 2012

Kiri Mencipta Indonesia



Judul buku                              : “Mencari kiri, kaum revolusioner indonesia dan revolusi mereka”
Penulis                                     : Jacques Leclerc
Penerbit                                   : Marjin Kiri
Tahun                                      : Oktober 2011
Tebal                                        : 178 halaman
Harga                                      : Rp.30.000,00
ISBN                                       : 978-9791260121


Kiri mencipta Indonesia

Oleh arif saifudin yudistira*)

            Ketika kita bertanya apakah sukarno adalah orang PKI?. Ada berbagai pro dan kontra dengan berbagai alasan yang panjang lebar. Ketika kita bertanya apakah sukarno adalah orang kiri? Tentu tak banyak perdebatan, mereka akan mengatakan sukarno adalah orang kiri. Istilah orang kiri menjadi sesuatu yang wajar sebelum terjadinya kisruh PKI pada 1926 dan peristiwa 1948. Kiri ditelusuri secara baik dan bahasa yang cair oleh sejarawan perancis yang meneliti indonesia jacques leclerc. Dalam buku  : “mencari kiri, kaum revolusioner indonesia dan revolusi mereka”(2011) jacques tak hanya lihai menelusuri konflik dan pergulatan kaum kiri indonesia yang membangun negerinya dari sejak sebelum kemerdekaan hingga paska kemerdekaan. Ia mengatakan dalam buku ini: “kata kiri dalam perbendaharaan kata politik international agaknya merupakan konsekuensi dari revolusi perancis ; kata “kiri” seringkali digunakan dalam perempat abad 19 dan “kiri” juga menunjuk ide-ide wakil rakyat yang duduk sisi sebelah kiri ketua di ruang parlemen perancis. Mula-mula kiri didukung untuk tuntutan “kedaulatan bangsa” melawan kekuatan raja”.
            Lebih lanjut Jacques dalam buku ini, ia menerangkan kiri di indonesia bermula dari syarekat islam yang terpisah menjadi dua yakni SI merah dan SI putih. Tidak sekadar itu, ia melihat bahwa konflik tokoh dalam kekuasaan SI pada waktu itu juga berpengaruh dan menjadi sebab utama berpisahnya SI tersebut. Yang kemudian memunculkan partai komunis indonesia(PKI). Istilah partai  merujuk pada kata melayu yakni persyarikatan, yang terjemahan bahasa belanda partij. Jacques menelusuri istilah penggunaan partai ini dengan sangat baik, ia menyebut PKI lah organisasi politik di indonesia pertama kali yang menggunakan istilah partai.
             Jacques menguraikan lebih jauh lagi, PKI didirikan dengan maksud : “Tidak lagi hanya menyemai ide-ide tapi harus dijaga agar ide-ide tersebut bisa menjadi buah, dan menjadi tekad untuk itu diperlukan organisasi yang mampu melaksanakan tekad tersebut,menjalankan perubahan politik,yang membangkitkan dan dapat menjadi pemimpin dari gerakan yang dilahirkan oleh tekad tersebut”. Inilah alasan, mengapa dikemudian hari, PKI adalah partai massa terbesar dengan kerelaan para anggotanya yang sadar akan ideologi maexis-leninis dan percaya pada harapan dan perubahan bisa ditempuh dengan jalan partai.
            Buku yang merupakan tulisan jacques ini menelusuri kiri dengan pemaknaan yang condong pada gerakan revolusioner indonesia, meskipun ia juga membahas marhaenisme adalah konsepsi kiri indonesia atau protelariat indonesia, ia lebih menekankan kajiannya pada kelahiran partai komunis indonesia, hingga paska kemerdekaan partai ini masih berpengaruh terhadap pencarian identitas kiri indonesia. Ia memaparkan dalam empat bab tulisan, pertama berbicara tentang aliran komunis indonesia: sejarah dan penjara, kedua amir syarifudin antara negara dan revolusi, ketiga aidit dan soal partai tahun 1950, dan terakhir tentang kondisi kehidupan partai :Kaum revolusioner indonesia mencari identitas(1928-1948).
Membicaran “kiri” secara objektif
            Jacques melalui bukunya ini ingin menjelaskan bahwa PKI pun juga berpengaruh dalam membentuk identitas indonesia. Istilah perjuangan merebut kemerdekaan dari tangan kolonialisme dan imperialisme tidak mungkin dilepaskan begitu saja dari peranana partai salah satunya PKI. Sukarno sering berseru dari pidato-pidatonya bahwa partai harus menjadi penuntun, pendidik dalam garda depan mewujudkan revolusi. Melalui partai itulah dulu masyarakat tahu dan mengerti betul makna revolusi dan makna berpolitik. Sebab PKI menerapkan disiplin tegas kepada anggotanya dan penyadaran betul makna revolusi itu. Ini menumbuhkan partai ini memiliki kader-kader militan seperti musso,semaun, tan malaka, aidit, dan amir syarifudin.
.           Jacques lihai melihat narasi PKI dari awal berdirinya, hingga pertikaian aidit dengan hatta di tahun 1948 waktu pemberontakan madiun. Jacques menjelaskan bahwa ada yang janggal dari pemberontakan  PKI tahun 1948. Di dalam buku ini, lebih diungkap bahwa ada perselisihan antara amir syarifudin dan hatta. Meskipun van mook menyebut amir dengan sebutan merah, sudjatmoko dengan sebutan : “orang yang tinggi pengetahuannya, dan pesona pribadi yang luar biasa”. Hatta menyebut amir suka memukul isterinya(Hatta menjawab, 1978: 23).
            Buku ini penting, untuk menjelaskan bahwasannya PKI adalah kiri yang masih mencari identitasnya. Jacques menelusuri partai dengan disiplin terbaik, dan perkaderan terbaik pula, sehingga kader-kadernya militan meskipun diterjang dengan berbagai persoalan tragedi madiun, PKI masih bisa memperoleh perolehan suara terbesar keempat tahun 1955 dibawah kepemimpinan aidit. Buku ini menjelaskan pula, kiri tak selalu identik dengan kejam dan beringas, tapi kiri juga ikut membentuk dinamika kemerdekaan indonesia baik sebelum, pada kemerdekaan hingga tahun 1928 pada waktu sumpah pemuda.
            Membaca buku “mencari kiri, kaum revolusioner indonesia dan revolusi mereka” dalam buku ini kita seperti tak habis diajak untuk menelusuri istilah kiri yang berhubungan dengan  kata revolusioner. Ini penting untuk memahami istilah “kiri” yang muncul pada masa kini misalnya  “islam kiri”baik yang dicetuskan hassan hanafi maupun oleh eko prasetyo dalam bukunya “islam kiri melawan kapitalisme global”

" Kiri belum selesai hingga kini, dan kiri tak bisa kita nafikkan ikut serta dalam pembentukan indonesia. Begitu  "
           

           
*) Penulis adalah Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surakarta bergiat di bilik literasi solo, aktifis IMM, mengelola kawah institute Indonesia
*)Tulisan termuat di Koran opini. 30 januari 2012 



No comments:

Post a Comment