Judul buku : “Mencari
kiri, kaum revolusioner indonesia dan revolusi mereka”
Penulis : Jacques
Leclerc
Penerbit : Marjin Kiri
Tahun : Oktober
2011
Tebal : 178
halaman
Harga :
Rp.30.000,00
ISBN :
978-9791260121
Kiri mencipta Indonesia
Oleh arif saifudin
yudistira*)
Ketika kita bertanya apakah sukarno
adalah orang PKI?. Ada berbagai pro
dan kontra dengan berbagai alasan yang panjang lebar. Ketika kita bertanya
apakah sukarno adalah orang kiri? Tentu tak banyak perdebatan, mereka akan
mengatakan sukarno adalah orang kiri. Istilah orang kiri menjadi sesuatu yang
wajar sebelum terjadinya kisruh PKI pada 1926 dan peristiwa 1948. Kiri
ditelusuri secara baik dan bahasa yang cair oleh sejarawan perancis yang
meneliti indonesia jacques leclerc. Dalam buku : “mencari kiri, kaum revolusioner
indonesia dan revolusi mereka”(2011) jacques tak hanya lihai menelusuri
konflik dan pergulatan kaum kiri indonesia yang membangun negerinya dari sejak
sebelum kemerdekaan hingga paska kemerdekaan. Ia mengatakan dalam buku ini:
“kata kiri dalam perbendaharaan kata politik international agaknya merupakan
konsekuensi dari revolusi perancis ; kata “kiri” seringkali digunakan dalam
perempat abad 19 dan “kiri” juga menunjuk ide-ide wakil rakyat yang duduk sisi
sebelah kiri ketua di ruang parlemen perancis. Mula-mula kiri didukung untuk
tuntutan “kedaulatan bangsa” melawan kekuatan raja”.
Lebih
lanjut Jacques dalam buku ini, ia menerangkan kiri di indonesia bermula dari
syarekat islam yang terpisah menjadi dua yakni SI merah dan SI putih. Tidak
sekadar itu, ia melihat bahwa konflik tokoh dalam kekuasaan SI pada waktu itu
juga berpengaruh dan menjadi sebab utama berpisahnya SI tersebut. Yang kemudian
memunculkan partai komunis indonesia(PKI). Istilah partai merujuk pada kata melayu yakni persyarikatan,
yang terjemahan bahasa belanda partij. Jacques menelusuri istilah
penggunaan partai ini dengan sangat baik, ia menyebut PKI lah organisasi
politik di indonesia pertama kali yang menggunakan istilah partai.
Jacques menguraikan lebih jauh lagi, PKI
didirikan dengan maksud : “Tidak lagi hanya menyemai ide-ide tapi harus
dijaga agar ide-ide tersebut bisa menjadi buah, dan menjadi tekad untuk itu
diperlukan organisasi yang mampu melaksanakan tekad tersebut,menjalankan
perubahan politik,yang membangkitkan dan dapat menjadi pemimpin dari gerakan
yang dilahirkan oleh tekad tersebut”. Inilah alasan, mengapa dikemudian
hari, PKI adalah partai massa terbesar dengan kerelaan para anggotanya yang
sadar akan ideologi maexis-leninis dan percaya pada harapan dan perubahan bisa
ditempuh dengan jalan partai.
Buku
yang merupakan tulisan jacques ini menelusuri kiri dengan pemaknaan yang
condong pada gerakan revolusioner indonesia, meskipun ia juga membahas marhaenisme
adalah konsepsi kiri indonesia atau protelariat indonesia, ia lebih menekankan
kajiannya pada kelahiran partai komunis indonesia, hingga paska kemerdekaan
partai ini masih berpengaruh terhadap pencarian identitas kiri indonesia. Ia
memaparkan dalam empat bab tulisan, pertama berbicara tentang aliran
komunis indonesia: sejarah dan penjara, kedua amir syarifudin antara
negara dan revolusi, ketiga aidit dan soal partai tahun 1950, dan terakhir
tentang kondisi kehidupan partai :Kaum revolusioner indonesia mencari
identitas(1928-1948).
Membicaran “kiri” secara objektif
Jacques melalui bukunya ini ingin
menjelaskan bahwa PKI pun juga berpengaruh dalam membentuk identitas indonesia.
Istilah perjuangan merebut kemerdekaan dari tangan kolonialisme dan imperialisme
tidak mungkin dilepaskan begitu saja dari peranana partai salah satunya PKI.
Sukarno sering berseru dari pidato-pidatonya bahwa partai harus menjadi
penuntun, pendidik dalam garda depan mewujudkan revolusi. Melalui partai itulah
dulu masyarakat tahu dan mengerti betul makna revolusi dan makna berpolitik.
Sebab PKI menerapkan disiplin tegas kepada anggotanya dan penyadaran betul
makna revolusi itu. Ini menumbuhkan partai ini memiliki kader-kader militan
seperti musso,semaun, tan malaka, aidit, dan amir syarifudin.
.
Jacques lihai melihat narasi PKI dari awal berdirinya, hingga pertikaian aidit
dengan hatta di tahun 1948 waktu pemberontakan madiun. Jacques menjelaskan
bahwa ada yang janggal dari pemberontakan
PKI tahun 1948. Di dalam buku ini, lebih diungkap bahwa ada perselisihan
antara amir syarifudin dan hatta. Meskipun van mook menyebut amir dengan sebutan
merah, sudjatmoko dengan sebutan : “orang yang tinggi pengetahuannya,
dan pesona pribadi yang luar biasa”. Hatta menyebut amir suka memukul
isterinya(Hatta menjawab, 1978: 23).
Buku
ini penting, untuk menjelaskan bahwasannya PKI adalah kiri yang masih mencari
identitasnya. Jacques menelusuri partai dengan disiplin terbaik, dan perkaderan
terbaik pula, sehingga kader-kadernya militan meskipun diterjang dengan
berbagai persoalan tragedi madiun, PKI masih bisa memperoleh perolehan suara
terbesar keempat tahun 1955 dibawah kepemimpinan aidit. Buku ini menjelaskan
pula, kiri tak selalu identik dengan kejam dan beringas, tapi kiri juga ikut
membentuk dinamika kemerdekaan indonesia baik sebelum, pada kemerdekaan hingga
tahun 1928 pada waktu sumpah pemuda.
Membaca
buku “mencari kiri, kaum revolusioner indonesia dan revolusi
mereka” dalam buku ini kita seperti tak habis diajak untuk menelusuri
istilah kiri yang berhubungan dengan
kata revolusioner. Ini penting untuk memahami istilah “kiri” yang muncul
pada masa kini misalnya “islam kiri”baik
yang dicetuskan hassan hanafi maupun oleh eko prasetyo dalam bukunya “islam
kiri melawan kapitalisme global”.
" Kiri belum selesai hingga kini, dan kiri tak bisa kita nafikkan ikut serta dalam pembentukan indonesia. Begitu "
*) Penulis
adalah Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surakarta bergiat di bilik literasi
solo, aktifis IMM, mengelola kawah institute Indonesia
*)Tulisan
termuat di Koran opini. 30 januari 2012
No comments:
Post a Comment