klik disini untuk dapatkan dollar secara gratis!

Monday 21 July 2014

Mati Untuk Hidup Abadi


Judul                           : Veronika Memutuskan Mati
Penulis                        : Paulo Coelho
Penerbit                     : KPG (Kepustakaan Populer Gramedia)
Tahun                         : 2012
Tebal                          : +235 halaman
ISBN                            : 978-979-910478-6
Harga                          : Rp. 50.000,00


Oleh Arif Saifudin Yudistira *)

            Supaya tidak tampak seram/mobil jenazah itu di beri warna biru langit/dan di kasih tulisan “Mati untuk Hidup Abadi”
( Joko Pinurbo dalam Kamar Nomor 1105).

Kalimat sederhana itulah yang cocok untuk menggambarkan apa yang ingin diurai dan dikupas oleh Paulo Coelho dalam novelnya yang bertajuk “Veronica memutuskan mati”. Dengan penjelasan dan uraian sederhana tapi menukik pada apa yang ingin disampaikan itulah, Paulo Coelho mengemas betapa pentingnya memiliki “kesadaran akan kematian”. Kesadaran akan kematian itu tak sekadar membawa kita menemukan alasan terkuat yang membawa kita hidup, tapi sebaliknya alasan yang paling logis mengapa kita harus memutuskan mati. Keputusan Veronica- tokoh utama dalam novel ini-  yang dari awal memutuskan untuk memilih kematian bukan sekadar alasan picisan, melainkan pilihan yang dipilih dengan kesadaran penuh yang mungkin dianggap masyarakat kita sebagai sebuah “kegilaan”. Kegilaan yang tak umum ini yang membuat Veronica dan orang-orang lainnya akhirnya mendekam di Vilette -Rumah sakit jiwa-. Justru disinilah Veronica menemukan bahwa keputusannya yang dianggap“gila” oleh masyarakat menjadi satu kesadaran penuh yang juga dialami oleh rekan-rekan lainnya. Sebut saja Eduard lelaki turunan diplomat yang cerdas dan berbakat luar biasa, ia di gadang-gadang orangtuanya untuk menjadi diplomat kelak. Tapi, akibat kecelakaan ia kemudian melakukan hal-hal yang diluar keumuman yang dianggap oleh orangtua mereka sebagai sesuatu “kegilaan”. Keinginan dan hasratnya menjadi pelukis membuatnya harus menemukan khayalan dan impiannya tentang “visi firdaus”. Kisah lainnya adalah kisah Zedka yang terdampar di Vilette ia adalah perempuan yang merindukan kekasihnya yang kini tak jelas dimana ia berada. Hingga ia menghabiskan kekayaannya untuk mencari kekasihnya, suaminya pun bingung dengan apa yang dialami isterinya, dan akhirnya ia sampai di Vilette. Diantara tokoh-tokoh dalam Vilette, Veronikalah yang paling aneh diantara teman-temannya mengapa sampai di Vilette. Yakni karena satu hal :kematian, ia memutuskan untuk mati.

Cinta

            Paulo Coelho mengajak kita membaca banyak kejadian yang sebenarnya asing dari dunia kebanyakan yang bisa dibaca lewat kaca mata lain. Hal itu tak lain adalah cinta, kita bisa menemukan cinta di berbagai tempat, termasuk rumah sakit jiwa. Di rumah sakit jiwa itulah yang dijadikan latar Coelho mengungkap kehidupan dunia ini sudah tak wajar, ada ketidakwarasan diantara manusia kebanyakan. Kebanyakan manusia memang tak waras, akan tetapi hanya beberapa orang yang kemudian terlambat menyadari ketakwarasannya. Dunia yang dipenuhi dengan perang, konflik, kesenangan yang rutin dan kesesakan dan keributan manusia selama ini, membuat Coelho harus merumuskan akan kesadaran kematian. Melalui kesadaran kematian itulah Coelho menarasikan cinta antara penghuni rumah sakit jiwa. Meskipun mereka mengalami hal-hal yang rutin dan monoton dalam rumah sakit jiwa, tetapi para pasien seperti Eduard, Zedka, Mari, maupun Veronika memutuskan untuk tak mau memenjarakan jiwanya. Meski mereka sama-sama memiliki kesadaran bahwa mereka sudah dianggap mati oleh masyarakat kebanyakan.
            Kesadaran akan kematian inilah yang membalikkan pandangan masyarakat umum bahwa melalui rumah sakit jiwa itulah Coelho ingin mengatakan ada yang berharga yang menurut kebanyakan sudah dianggap tak berharga. Yang tak berharga dari seseorang yang sudah dianggap sakit jiwa dan tak ada gunanya dalam masyarakat kita. Ada kisah, ada cinta dan pelajaran hidup yang berharga yang disampaikan melalui orang yang gila dan kehidupannya. Masih ada cinta kasih diantara mereka yang membuat mereka harus menunjukkan kepada dunia luar bahwa mereka masih menemukan alasan untuk hidup. Pesan itulah yang disampaikan melalui Veronika. Aku lahir di dunia ini untuk mengalami berbagai hal : mencoba bunuh diri, menghancurkan jantungku, bertemu denganmu, mendatangi istana ini, dan membuatmu memahat wajahku dalam jiwamu. Inilah satu-satunya alasan mengapa aku hadir di dunia: untuk mengembalikanmu ke jalur yang telah kamu tinggalkan (hal.230).
            Melalui Veronica -tokoh utama- dalam novel ini, Coelho ingin menunjukkan bahwa ada yang bernilai dari orang gila. Kegilaan jiwa yang dianggap orang kebanyakan tak berguna, tak memahami kehidupan, justru di novel ini terdapat pelajaran berharga yang disuarakan dari sudut pandang orang gila. Melalui kegilaan itulah Coelho menyuarakan alasan untuk hidup sekaligus alasan dan kesadaran penting yakni kesadaran akan kematian. Kesadaran akan kematian tak hanya penting bila dalam novel ini sangat dan amat berguna bagi Dr. Igor dalam merumuskan penelitiannya. Tetapi kesadaran akan kematian itulah yang membuat Veronika justru menemukan alasan untuk hidup setelah menemukan alasan kuat mengapa ia harus memutuskan untuk mati.
           Melalui novel ini Coelho menarasikan orang-orang yang sebenarnya menjadikan Vilette-rumah sakit jiwa- ini sebagai jeda dan melalui orang-orang di Vilette itulah mereka menemukan kembali kesadaran akan kematian sekaligus menemukan alasan terkuat untuk hidup. Kehidupan memang mengandung banyak misteri dan pelbagai resiko, tapi mereka yang tak umum dan memiliki kesadaran jiwa lebih dari kebanyakan umum justru menemukan alasan terkuat mereka untuk melanjutkan hidup atau sebaliknya memutuskan untuk mati. Kehidupan maupun kematian adalah kesadaran yang sama-sama perlu kita ketahui agar kita semakin sadar bahwa kita manusia yang mau takmau harus mengalami keduanya. Dan tak perlu kecemasan, apalagi ketakutan yang berlebihan untuk mengalami keduanya sebagaimana Veronika meyakini dengan Ainul yakin untuk memutuskan mati. 



*)Penulis adalah Presidium Kawah Institute Indonesia, Santri di bilik literasi solo   

No comments:

Post a Comment