klik disini untuk dapatkan dollar secara gratis!

Thursday 30 October 2014

Sahabat





“kita semua ingin mempunjai kawan2, tetapi kita tidak menjediakan tjukup waktu dan fikiran untuk mengadakan pilihan jang teliti dan memelihara persahabatan itu”

          Hari yang gerah, setelah dua hari lalu hujan turun, kini hujan sembunyi lagi. Mungkin ia resah mendengar tak kunjung manusia berhenti mengeluh. Barangkali hujan pun tak mau dikatai sebagai penyebab banjir atau angin topan. Di sore yang gerah itu, aku memesan sprite bercampur es, biar lega dahagaku. Aku nongkrong bersama ibu-ibu tua, menghabiskan serial buku pembimbing hidup bahagia. Buku kecil itu adalah buku lawas yang kukopi dari temanku Ngadiyo. Aku sudah membaca dua buku sebelumnya Memahami Permusuhan pada Anak dan buku Membantu  anak jang berbakat, kini aku menghabiskan buku Mentjari dan Memelihara Persahabatan (1952). Buku ini adalah buku ringkas yang mengupas seluk beluk persahabatan dan pentingnya persahabatan, problem persahabatan, jenis sahabat yang manfaat dan tidak. Mengapa kita memerlukan sahabat, atau teman?, dalam buku ini penulis mengatakan alasannya karena “kita termasuk makhluk social, kita tidak diciptakan untuk hidup sendiri di pulau tandus jang terpisah satu sama lain”(h.3).  Dalam masa-masa remaja, kita akan menemui sikap ingin berkumpul, ingin menambah teman. Kebanyakan orang jang masih berumur belasan tahun ingin terkenal dan disukai orang. Ini merupakan salah satu cirri dari puberitas, masa puberitas ini ditandai dengan perasaan ingin diperhatikan. Karena itulah, sering anak-anak yang memasuki usia belasan, mereka ingin mendapat perhatian tak hanya dari orangtua, tetapi juga guru dan teman-temannya. Persahabatan akan berjalan dengan lancar bila syarat-syaratnya terpenuhi. Penulis buku ini William C Menninger menuliskan syarat-syarat menjalin persahabatan adalah keichlasan. “Djujurlah terhadap dirimu sendiri dan hiduplah sesuai dengan deradjatmu. Djika engkau ichlas kepada dirimu, engkau mewakili dirimu dengan djujur dan lajak kepada  orang lain”. Bila persahabatan tanpa kejujuran, maka kita akan melihat bahwa persahabatan itu biasanya tak berumur lama. Akan ada ketidakterbukaan, akan ada konflik dalam persahabatan itu. Bila konflik itu sudah memuncak, maka persahabatan itu rusaklah sudah. Syarat yang kedua adalah kesetiaan. Bila persahabatan tidak dibangun diatas kesetiaan, biasanya persahabatan ini bermotif. Mungkin karena ingin mendapatkan manfaat dari sahabat kita, atau keuntungan lainnya. Syarat ketiga adalah harus dapat dipercayai  atau kepercayaan. Selain itu, dalam persahabatan tentu kita akan menemui pengorbanan.  Dengan pengorbanan itulah, persahabatan semakin kental terjalin.
          Kita akan menemukan macam-macam motif orang yang ingin menjalin persahabatan dari buku ini. Menurut penulis banyak motif orang menjalin persahabatan, diantaranya adalah teman-teman yang memenuhi berbagai kebutuhan. Biasanya teman yang seperti ini akan memenuhi keinginan kita yang memuaskan. Dalam bahasa kita, teman itu royal. Jenis teman kedua adalah kawan penasehat.  Jenis teman yang seperti ini, biasanya dibutuhkan di saat-saat kita membutuhkan kisah, pengalaman dan cerita dari seseorang yang sudah lebih dulu mengalami. “Biasanya seorang penasehat adalah orang yang lebih tua dan lebih berpengalaman daripada engkau sendiri. Kawan-kawan pertama sematjam ini bagimu adalah orangtuamu—engkau pergi kepada mereka ketika djarimu kena pisau, ketika kau berkelahi dengan indera, dan ketika engkau mengetahui pakaian apa jang harus kau pakai untuk pesta”(h. 18). Selain itu, jenis teman lain adalah teman yang memilki perhatian jang sama. Kita sering menyebutnya hobi, kegemaran. Kegemaran ini tak hanya bidang olahraga, bisa jadi dalam bidang kegemaran menaiki motor, dan sekarang lebih berkembang daripada di masa lampau. Persahabatan ini tak hanya menambah kesenangan dan rasa suka kita, tetapi ia juga meningkatkan pemahaman kita lebih luas. “makin banjak kawan kau miliki dan makin banjak kalangan kau masuki—dalam batas2 jang pantas— makin beraneka warna pengalaman2mu dan makin memuaskan persahabatanmu”. Persahabatan pun perlu keberterimaan. Kita perlu memasuki dunia pribadi sahabat kita. Dalam sisi inilah, kita tak bisa tidak harus menerima apa yang menjadi kelebihan dan kekurangan sahabat kita. Anak-anak muda biasanya memiliki alasan dalam persahabatan diantaranya ; persaudaraan, tugas bersama, mempergunakan kesempatan baik, kesempatan mendapat bantuan atau bimbingan dan kemadjuan pribadi. Di akhir buku ini, penulis mengisahkan kisah tentang Djenderal Rumawi dari zaman kuno,Scipio, sering mengeluh bahwa orang lebih mati2an mengurus hal2lain daripada memelihara persahabatannja. Dia mengatakan bahwa tiap orang dapat mengatakan berapa ekor kambing dan biri2jang dimilikinja, tetapi tidak dapat mengatakan berapa besar djumlah kawan2nja. “kita semua ingin mempunjai kawan2, tetapi kita tidak menjediakan tjukup waktu dan fikiran untuk mengadakan pilihan jang teliti dan memelihara persahabatan itu”. Ah,sahabat, berapa banyak sahabat yang saya miliki?, tentu saya akan menjawab dengan jawaban biasa : “banyak”. Ternyata, dari mereka itulah kita menjadi besar dan kuat. Bersama mereka itulah, kehidupan kita menjadi bertambahlah ringan dan beban dalam hidup kita bisa berkurang.





No comments:

Post a Comment