“kita semua ingin mempunjai kawan2, tetapi kita tidak menjediakan tjukup waktu dan fikiran untuk mengadakan pilihan jang teliti dan memelihara persahabatan itu”
Hari yang gerah, setelah dua hari lalu
hujan turun, kini hujan sembunyi lagi. Mungkin ia resah mendengar tak kunjung
manusia berhenti mengeluh. Barangkali hujan pun tak mau dikatai sebagai
penyebab banjir atau angin topan. Di sore yang gerah itu, aku memesan sprite
bercampur es, biar lega dahagaku. Aku nongkrong bersama ibu-ibu tua,
menghabiskan serial buku pembimbing hidup bahagia. Buku kecil itu adalah buku
lawas yang kukopi dari temanku Ngadiyo. Aku sudah membaca dua buku sebelumnya Memahami Permusuhan pada Anak dan buku Membantu
anak jang berbakat, kini aku menghabiskan buku Mentjari dan Memelihara Persahabatan (1952). Buku ini adalah buku
ringkas yang mengupas seluk beluk persahabatan dan pentingnya persahabatan,
problem persahabatan, jenis sahabat yang manfaat dan tidak. Mengapa kita
memerlukan sahabat, atau teman?, dalam buku ini penulis mengatakan alasannya
karena “kita termasuk makhluk social, kita tidak diciptakan untuk hidup sendiri
di pulau tandus jang terpisah satu sama lain”(h.3). Dalam masa-masa remaja, kita akan menemui
sikap ingin berkumpul, ingin menambah teman. Kebanyakan orang jang masih
berumur belasan tahun ingin terkenal dan disukai orang. Ini merupakan salah
satu cirri dari puberitas, masa puberitas ini ditandai dengan perasaan ingin
diperhatikan. Karena itulah, sering anak-anak yang memasuki usia belasan,
mereka ingin mendapat perhatian tak hanya dari orangtua, tetapi juga guru dan
teman-temannya. Persahabatan akan berjalan dengan lancar bila syarat-syaratnya
terpenuhi. Penulis buku ini William C Menninger menuliskan syarat-syarat
menjalin persahabatan adalah keichlasan.
“Djujurlah terhadap dirimu sendiri dan hiduplah sesuai dengan deradjatmu. Djika
engkau ichlas kepada dirimu, engkau mewakili dirimu dengan djujur dan lajak
kepada orang lain”. Bila persahabatan
tanpa kejujuran, maka kita akan melihat bahwa persahabatan itu biasanya tak
berumur lama. Akan ada ketidakterbukaan, akan ada konflik dalam persahabatan
itu. Bila konflik itu sudah memuncak, maka persahabatan itu rusaklah sudah. Syarat
yang kedua adalah kesetiaan. Bila persahabatan
tidak dibangun diatas kesetiaan, biasanya persahabatan ini bermotif. Mungkin karena
ingin mendapatkan manfaat dari sahabat kita, atau keuntungan lainnya. Syarat ketiga
adalah harus dapat dipercayai atau kepercayaan. Selain itu, dalam
persahabatan tentu kita akan menemui
pengorbanan. Dengan pengorbanan
itulah, persahabatan semakin kental terjalin.
Kita akan menemukan macam-macam motif
orang yang ingin menjalin persahabatan dari buku ini. Menurut penulis banyak
motif orang menjalin persahabatan, diantaranya adalah teman-teman yang memenuhi berbagai kebutuhan. Biasanya teman
yang seperti ini akan memenuhi keinginan kita yang memuaskan. Dalam bahasa
kita, teman itu royal. Jenis teman kedua adalah kawan penasehat. Jenis teman
yang seperti ini, biasanya dibutuhkan di saat-saat kita membutuhkan kisah,
pengalaman dan cerita dari seseorang yang sudah lebih dulu mengalami. “Biasanya seorang penasehat adalah orang
yang lebih tua dan lebih berpengalaman daripada engkau sendiri. Kawan-kawan pertama
sematjam ini bagimu adalah orangtuamu—engkau pergi kepada mereka ketika djarimu
kena pisau, ketika kau berkelahi dengan indera, dan ketika engkau mengetahui
pakaian apa jang harus kau pakai untuk pesta”(h. 18). Selain itu, jenis
teman lain adalah teman yang memilki perhatian
jang sama. Kita sering menyebutnya hobi, kegemaran. Kegemaran ini tak hanya
bidang olahraga, bisa jadi dalam bidang kegemaran menaiki motor, dan sekarang
lebih berkembang daripada di masa lampau. Persahabatan ini tak hanya menambah
kesenangan dan rasa suka kita, tetapi ia juga meningkatkan pemahaman kita lebih
luas. “makin banjak kawan kau miliki dan makin banjak kalangan kau masuki—dalam
batas2 jang pantas— makin beraneka warna pengalaman2mu
dan makin memuaskan persahabatanmu”. Persahabatan pun perlu keberterimaan. Kita
perlu memasuki dunia pribadi sahabat kita. Dalam sisi inilah, kita tak bisa
tidak harus menerima apa yang menjadi kelebihan dan kekurangan sahabat kita. Anak-anak
muda biasanya memiliki alasan dalam persahabatan diantaranya ; persaudaraan, tugas bersama, mempergunakan
kesempatan baik, kesempatan mendapat bantuan atau bimbingan dan kemadjuan
pribadi. Di akhir buku ini, penulis mengisahkan kisah tentang Djenderal
Rumawi dari zaman kuno,Scipio, sering mengeluh bahwa orang lebih mati2an
mengurus hal2lain daripada memelihara persahabatannja. Dia
mengatakan bahwa tiap orang dapat mengatakan berapa ekor kambing dan biri2jang
dimilikinja, tetapi tidak dapat mengatakan berapa besar djumlah kawan2nja.
“kita semua ingin mempunjai kawan2, tetapi kita tidak menjediakan
tjukup waktu dan fikiran untuk mengadakan pilihan jang teliti dan memelihara
persahabatan itu”. Ah,sahabat, berapa banyak sahabat yang saya miliki?, tentu
saya akan menjawab dengan jawaban biasa : “banyak”. Ternyata, dari mereka itulah
kita menjadi besar dan kuat. Bersama mereka itulah, kehidupan kita menjadi
bertambahlah ringan dan beban dalam hidup kita bisa berkurang.
No comments:
Post a Comment