klik disini untuk dapatkan dollar secara gratis!

Friday 2 January 2015

Bergaul




Oleh Arif Saifudin Yudistira*)

          Jumat yang membahagiakan, pagi bersambut dengan esaiku di Koran Minggu Pagi dengan judul “Sitor dan Indonesia”. Aku menemani temanku guru ambil raport. Saat-saat tegang, beruntung setelah itu makan kakap bumbu rujak. Ah, nikmat, setelah jumatan aku dapat sms soal jaketku yang ketuker, loh. Terus aku balik ke Klaten, dijalan hujan, kuganjal dengan bakso. Sampai di rumah, di waktu senja, aku mulai menulis lewat laptop bapak di rumah, mumpung nganggur. Senja yang lumayan cerah, tubuh ini capek, ingin tidur, eh justru keinginan menulis lagi bergairah. Aku paksa mataku melek, menulis ulasan buku lawas, buku bagus yang kudapat di Gladag di akhir tahun 2014. Buku bersampul sederhana biru dan putih. Di sampul buku paling atas bertuliskan PEMBIMBING HIDUP BAHAGIA. Buku ini seperti buku serial, buku serupa sudah kubaca dan kuulas. Aku beruntung memiliki buku ini, buku ini seperti petunjuk dan memiliki keterkaitan antara buku-buku sebelumnya. Buku ini berjudul Bergaul Dengan Orang Lain(1961) diterjemahkan ke bahasa indonesia oleh Supiah, buku ini ditulis oleh Helen Scahter. Judul asli buku ini adalah Getting Along With Others oleh Science Research Assosiates Inc. New York. Di buku ini kita akan disuguhi semacam gambaran bagaimana kita selaku remaja dan seorang yang beranjak ke masa dewasa menghadapi orang lain, melakukan hubungan sosial dengan orang lain. Di awal buku ini misalnya kita akan menemukan kalimat menarik “Selama hidupmu engkau harus berhubungan dengan orang lain. Engkau anggauta suatu keluarga dan engkaupun murid sebuah sekolah”(h.3). Sudah menjadi hal yang wajar bila kita hidup secara sosial, kita tidak hidup sendiri, kita memerlukan orang lain dalam waktu-waktu yang mendesak ataupun tidak. Tidak mungkin kita hidup sendiri, tanpa bantuan orang lain. Menurut buku ini ada dua jalan yang mesti kita tempuh untuk mendapatkan banyak teman. Djalan pertama mengenali dirimu sendiri. Bagaimana sifatmu? Bagaimanakah sifat2mu sebagai anggauta masjarakat? Apakah kebaikan2mu dipandang dari sudut pergaulan? Dan apakah kekurangan2mu?. Djalan yang kedua mengenai tindakanmu terhadap orang lain (h.4). Kedua hal itu menuntun kita mengerti bagaimana mengenali diri dan mengenali perilaku kita terhadap orang lain, atau perilaku orang lain terhadap kita.
          Buku ini juga mengurai tentang bagaimana sifat2 dan tipe orang yang perlu kita perhatikan. Pertama, orang jang tak dapat menerima petundjuk orang lain. Mereka tidak selamanja mengetahui apa sebabnja, dan tentu sadja alasannja tidak selalu sama. Tipe orang yang demikian tentu akan lebih melihat diri sendiri dan tak memperhatikan masukan dari orang lain, untuk mudah bergaul tentu kita tak hanya perlu menunjukkan jati diri kita, tetapi kita juga perlu memperhatikan bagaimana orang lain melakukan penilaian kepada kita. Kedua, tipe orang yang selalu bergantung kepada orang lain. Ada orang jang se-akan2 tak dapat berbuat sesuatu djika tidak diberitahukan kepadanja apa jang harus dikerdjakannja (h.15). Orang yang demikian biasanya tidak memiliki kepercayaan diri secara penuh dan biasanya orang tersebut tak mau belajar sendiri. Ketiga, tipe orang jang senang merendahkan dirinja sendiri. Perbuatan merendahkan dirinja sendiri itu dapat kita ketahui dari ber-matjam2 tingkah laku orang. Ia mentjari teman jang lebih muda, sebab menurut perbandingan ia merasa lebih tjakap. Keempat orang jang terlalu puas dengan dirinja sendiri dan mereka hanja memperlihatkan sikap kepada orang lain sangat banjak persamaannja dengan mereka sendiri. Akibatnja mereka terlalu mudah merendahkan orang jang berlainan dengan mereka. Hal ini disebabkan oleh tekanan batin dan kekecewaan yang dialami orang tersebut (h. 16). Di dalam pergaulan, tentu kita tak hanya bergaul dengan sejenis, tetapi juga lawan jenis. Di buku ini, disebutkan bahwa di usia belasan kita mengalami masa-masa canggung bila berhubungan dengan lawan jenis. Akan tetapi masa-masa pertumbuhan seksualitas ini sebenarnya sudah ada sejak kecil hanya saja waktu itu belum begitu nampak perubahan-perubahan yang dialami oleh kita. “Perubahan2 sikap, jang mendjadi sebagian dari perkembangan djasmani pada umur ini, kadang2menimbulkan rasa malu dan rasa sadar akan diri sendiri. Akibatnja, banjak anak2 pada usia ini selalu merasa tidak enak bergaul dengan orang lain, sama halnja dengan gerak-gerik mereka jang serba tjanggung karena perubahan djasmaniah itu”(h.20). Perubahan seksualitas memang menjadi ciri alamiah yang menimbulkan perasaan canggung dan rikuh ketika bergaul dengan lawan jenis. Hal ini biasa dialami oleh kita maupun anak-anak kita. Usianya belum tentu di usia remaja, bahkan di usia sekolah dasar sekalipun sering ditemui anak-anak yang rikuh dan merasa susah bergaul dengan lawan jenis.
          Di bab akhir buku ini, dituliskan kunci dan rahasia pergaulan. Supaya kita mudah diterima orang lain dalam bergaul, kita harus memperhatikan soal-soal berikut ; Pertama soal bagaimana engkau memperhatikan diri. Artinya kita harus memperhatikan bagaimana penampilan kita sebisa mungkin kita menimbulkan kesan pertama yang menarik. Kedua, jang dilihat orang tentang dirimu ialah rupamu tetapi kemudian menjusul tjara berbitjara(h.26). Melalui suara dan intonasi kita dalam berbicara itulah orang tahu bagaimana watak kita, dan sikap kita bisa berterimakah dengan orang lain. Tutur bahasa yang sopan dan suara yang enak di dengar membuat orang nyaman bergaul dengan kita. Ketiga, kita harus memiliki kepercayaan diri, tanpa itu, biasanya kita kurang tenang, sehingga kita seperti mati kutu atau kehabisan topik dalam berbicara atau melakukan obrolan dengan orang lain. Di akhir buku ini, ditekankan bahwa kehidupan itu adalah suatu rentetan hubungan sosial. Karena itulah, penting kiranya dalam bergaul kita memperhatikan orang lain.


*) Rumah Klaten, 16.57 menit

*) Penulis adalah Peminat Pendidikan dan Sastra Anak

No comments:

Post a Comment