Oleh Arif Saifudin Yudistira*)
Pagi yang cerah, hari selasa yang tak biasa. Ini minggu
pertama mengajar, ada perasaan-perasaan yang tak bisa dijelaskan, mungkin
suntuk mungkin lesu, tapi aku merasa ceria kembali saat melihat anak-anak dengan
wajah semangatnya meski dengan beban yang berat di punggung mereka. Kebetulan
aku piket pagi, bertemu dan menyambut anak menjadi hal yang menyenangkan. Senin
sore (5/1/15) aku ngobrol sama temanku, Budiawan. Aku ngobrol setelah sebelumnya belajar membaca dengan Imam
muridku. Sebelumnya, aku bertemu Ngadiyo. Aku menanyakan kabar dan biasa,
melihat tumpukan buku. Aku mendapat kabar Rio Johan masuk tokoh Sastra versi
Majalah Tempo 2014. Rio dipilih karena kelihaiannya dalam mengontrol cerita dan
tidak hanyut lebih dalam ke dalam kendali cerita layaknya film dan video games.
Aku merasa senang temanku memperoleh penghargaan bergengsi. Kami sempat
membicarakan ini panjang lebar dengan Budiawan dan Ngadiyo. Sore itu pula aku
menyelesaikan membaca buku Membina Nilai Nilai Moral di Indonesia (1971)
karangan Dr. Dzakiah Daradjat. Ia dikenal sebagai penulis yang banyak
menerbitkan buku tentang psikologi anak dan remaja. Aku merasa seperti bertemu
dengan buku yang cocok,selama belajar tentang anak. Beberapa buku Dzakiah aku
punya, dan aku merasakan ini seperti buku serial untuk mengenal lebih jauh
pemikiran Dr.Dzakiah Daradjat sarjana Indonesia yang belajar di Timur Tengah
tepatnya Al-Azhar. Buku ini menguraikan mengenai masalah-masalah remaja di
waktu itu. Bahkan di tahun-tahun itu, anak usia 7 tahun sudah melakukan
perbuatan penyelewengan seksual. Di usia sedini itu, anak-anak sudah mengalami
penyelewengan dalam pergaulan. Menurut Dr.Dzakiah, hal tersebut melandasi
perlunya pemahaman soal moralitas sebagaimana yang kita kenal selama ini di
dalam tradisi bangsa kita maupun tradisi Negara kita yakni moralitas pancasila.
Menurutnya “orang pandai yang tidak beragama, akan dengan mudah dapat
menyesatkan, mengelabui, dan membujuk orang kepada perbuatan-perbuatan yang a moral”
(h. 15). Di buku ini, Dr.Dzakiah sering menguraikan bahwa landasan religious,
atau agama begitu penting,sebab dengan keyakinan agama itulah orang akan dapat
memiliki pegangan hidup. Sering sekali perkara moralitas ini dikaitkan dengan
persoalan pengetahuan tentang moral. Karena merasa mengerti tentang moralitas,
orang kemudian dianggap sebagai seorang yang bermoral. Di negeri ini, hal
itulah yang biasanya sering terjadi. Karena itulah, penulis buku ini memiliki
pandangan lain terkait penegakan moralitas. “perlu diingat bahwa pengertian
tentang moral, belum dapat menjamin tindakan moral. Moral bukanlah suatu
pelajaran atau ilmu pengetahuan yang dapat dicapai dengan mempelajari, tanpa
membiasakan hidup bermoral dari kecil dan moral itu tumbuh dari tindakan kepada
pengertian, tidak sebaliknya”(h.17). Artinya, tindakan moral adalah kesatuan
pengetahuan tentang moral itu sendiri.
Beberapa sebab merosotnya moralitas remaja menurut
penulis diantaranya : Pertama, kurangnya pembinaan mental.Kedua, kurangnya
pengenalan nilai moral pancasila. Ketiga, Kegoncangan suasana dalam
masyarakat. Keempat, Kurangnya kejelasan hari depan di mata anak muda. Terakhir,
pengaruh kebudayaan asing. Penulis
tak menganggap kompromi dan memberikan penegasan bahwa di masa itu, sudah marak
keluhan dan data mengenai anak-anak sampai remaja yang sudah mengalami
kemerosotan moral. Tak hanya disebabkan oleh gambar-gambar maksiat (tulis
penulis) tetapi juga tempat-tempat hiburan yang mengakibatkan anak remaja
terjerumus ke dalam kenakalan remaja. Selain itu, pengaruh kebudayaan asing
juga begitu kental di masa itu. Apalagi, di masa sekarang, dengan masuknya
teknologi, semakin bebasnya anak muda dan anak-anak lebih dini mengenali hal
yang belum waktunya untuk mereka tahu. Tidak hanya dalam hal model pakaian dan
selera music, semua hampir gaya hidup remaja sekarang dipengaruhi oleh
kebudayaan asing. Penulis juga menguraikan mengenai apa saja yang menjadi
masalah remaja diantaranya : Pertama, pertumbuhan jasmani cepat. Pertumbuhan
jasmani yang terlampau cepat ini kalau tidak diberi pengertian dan pemahaman
kepada remaja akan mengakibatkan dampak kurang baik dalam pergaulan, sehingga
dorongan-dorongan seksual mereka tak terkontrol. Kedua, pertumbuhan emosi. Di
masa-masa remaja, pertumbuhan emosi yang tak terkontrol berakibat pada gejolak
yang terkadang berlebihan yang mengakibatkan tawuran, perkelahian, dan
sebagainya. Ketiga, pertumbuhan mental. Di masa remaja, pertumbuhan mental ini
terkadang dialami remaja karena ia merasa ingin dimengerti dan dianggap sebagai
seorang anak yang sudah dewasa. Sehingga hal ini membuat komunikasi orangtua/
dewasa dan remaja menjadi salah faham.
Keempat, pertumbuhan pribadi dan social. Memang pada dasarnya remaja sering
mengalami guncangan jiwanya yang sering belum mencapai tahap maksimal dalam
tahap pertumbuhannya. Apa yang dibicarakan oleh penulis dalam buku ini mengenai
kenakalan remaja sebenarnya menjadi persoalan semenjak di masa yang lampau.
Tidak hanya persoalan agama yang menjadi landasan atau pegangan remaja, tetapi
factor lain juga mempengaruhi. Diantaranya adalah soal hubungan orangtua dengan
remaja, hubungan social remaja dengan remaja lainnya (pergaulannya) dengan
sesama remaja, dan juga lingkungan social di mana remaja tinggal. Selama ini
memang krisis remaja tak hanya dipengaruhi oleh kurangnya landasan moralitas
(agama) tetapi juga karena minimnya bimbingan dan arahan dari kaum dewasa dan
juga fihak sekolah, maupun masyarakat. Pelbagai factor inilah yang kemudian
mengakibatkan remaja berbuat diluar kendali dan kesadaran tubuhnya. Membaca buku ini saya merasa seperti sedang
bercakap dengan almarhumah yang sudah tiada.
*) Selasa, 6 /1/15
*) Penulis adalah Peminat
Pendidikan dan Sastra Anak
No comments:
Post a Comment