klik disini untuk dapatkan dollar secara gratis!

Thursday 22 January 2015

Masalah Anak





Oleh Arif Saifudin Yudistira*)

          Semalam aku pulang pukul setengah sebelas malam, kami mengobrolkan “cinta”. Tema klise, tapi actual sampai sekarang. Aku menjadi pembedah buku Erich Fromm “The Art of Love”, usai aku berbicara panjang lebar, aku menyimak tanggapan teman-teman ada tanggapan dari Kabut, Fauzi. Dua orang ini menanggapi persoalan aktualitas buku. Ada perubahan yang cepat dari teknologi sampai dengan kecepatan informasi yang menurut Kabut ikut mempengaruhi persepsi, perubahan dan cara pandang kita terhadap cinta terutama di negeri ini. Kabut juga meragukan para tokoh nasional kita di masa lalu tak ikut membaca bukunya Erich Fromm. Mahar buku yang dilakukan oleh Mohammad Hatta, ungkapan cinta ala Sjahrir dan sebagainya tak masuk dalam buku Erich Fromm. Fromm dinilai menggunakan data lama, kita (pembaca) Indonesia jadi susah mengurusi Fromm untuk menautkan peristiwa mutakhir mengenai fenomena cinta ini. Fauzi memberikan tambahan mengenai peristiwa dan ketakjuban tokoh di novel dan buku-buku di masa lampau yang mengurai cinta dengan sangat puitik dan romantic.
          Pagi berganti, kini di hari Jumat (23/1/15) aku bermain bersama anak-anak. Selepas bermain aku bersama muridku berlatih pidato bahasa inggris keliling kelas satu sampai kelas lima. Aku senang, setidaknya muridku cukup matang untuk jadi juara lagi Aamiin. Aku jadi ingat buku yang sudah kubaca dari Dra. Singgih D gunarsa. Di buku ini aku menemukan yang menarik dan unik dari ilmu psikologi. Sebagai ilmu yang mengurusi jiwa dan perkembangan manusia. Psikologi ikut berkembang sesuai dengan berkembangnya manusia. Psikologi tetap actual sebagai ilmu yang mengurusi manusia. Buku Dra. Singgih D Gunarsa bertajuk Psikologi Anak Bermasalah(1976) cetakan pertama, diterbitkan oleh Percetakan BPK Gunung Mulia. Saya jadi faham, kisah yang diceritakan oleh sejarah penerbitan di Indonesia ikut dibentuk oleh penerbit Kristen. Buku-buku dari urusan sastra sampai dengan buku-buku psikologi dan bacaan lainnya diterbitkan oleh BPK ini. Aku menemukan banyak hal studi kasus yang dianalisa oleh penulis dalam buku ini. Beberapa permasalahan anak yang diurai oleh penulis tak hanya permasalahan anak yang ada di rumah, tetapi juga di sekolah. Penulis membagi masalah-masalah anak ini menjadi dua : pertama, permasalahan anak yang dapat diperbaiki dan permasalahan anak yang tak dapat diperbaiki. Kekurangan anak yang dapat diperbaiki diantaranya adalah kekurangan dalam hal penglihatan, indera dan pendengaran. Kekurangan anak yang tak dapat diperbaiki diantaranya adalah kekurangan kemampuan intelek dan penyimpangan tertentu. Kekurangan anak juga disebabkan oleh factor keluarga, keluarga yang kurang memperhatikan anaknya menjadikan anak tersebut jadi bermasalah. Anak yang bermasalah biasanya sering menjadi sorotan di kalangan lingkungan masyarakat sehingga membuat si anak memerlukan perhatian lebih dan bimbingan lebih (h.27).
          Mengenai “kenakalan”, Dra. Singgih D Gunarsa membagi kenakalan menjadi dua : pertama, kenakalan semu. Kenakalan semu diartikan sebagai kenakalan dalam batas normal. Kenakalan semu ini ialah kenakalan yang hanya memiliki efek pada diri anak sendiri (tidak berbahaya) bagi orang lain. Misalkan anak memiliki kecenderungan merengek, meminta jajan,suka menyakiti diri sendiri, atau merusak mainannya sendiri, merusak barang, dan sebagainya. Sedangkan kenakalan yang kedua adalah kenakalan yang sebenarnya. Kenakalan ini mengakibatkan orang lain menjadi ikut terkena dampak dari kenakalan anak itu. Anak suka memukul, anak suka mencuri, suka menyembunyikan barang milik orang lain. Karena itulah, menurut penulis kita sebagai orang tua harus memahami bahwa : “Anak harus diberikan ruang gerak, dan kesempatan melatih diri, akan tetapi ia juga memerlukan pengawasan. Dalam pengawasan dan pengamanan anak, perlu pula diamankan benda-benda yang mudah diraih, jatuh, dan pecah (h.32).
          Singgih juga membagi bentuk kenakalan anak disebabkan oleh berbagai hal diantaranya : pertama, berbohong, kedua karena cerita-cerita khayal (membuat cerita bohong), bohong karena meniru orang dewasa,berbohong untuk menarik perhatian, kabur. Menurut penulis salah satu sebab anak suka mencuri adalah karena anak memiliki “keinginan untuk mengumpulkan benda-benda begitu hebat, sehingga perlu dibatasi oleh rasa menghormati hak milik pribadi. Mengetahui adanya hak milik orang dan menghormati hak milik itu harus diajarkan kepada anak”(h.67)
          Kenakalan anak juga disebabkan oleh emosionalitas anak. Emosionalitas anak ini dapat diatasi dengan menghadapi emosionalitas anak dengan tenang dan santai. Menurut penulis “kemarahan sebaiknya ditangani dengan sikap santai dan tenang. Orangtua dan para pendidik dalam rangka menangani permasalahan luapan kemarahan, harus tetap tenang bersuasana hati baik, dan penuh pengertian dan tetap dalam sikapnya” (h.100).Anak juga memiliki sikap agresif, sikap agresif ini menimbulkan hal yang kurang baik seperti memukul menendang,mengigit, meludah, atau melempar benda-benda. Saya jadi ingat murid saya yang dulu begitu “agresif”, kecenderungan memukul, menangis keras dan melempar semua benda di sekitarnya. Menangani anak seperti ini kalau kita tak sabar, kita justru akan terpancing emosi dan melukai jiwa anak.
          Di bab akhir, penulis menuliskan salah satu hal yang menyebabkan permasalahan anak adalah persoalan intelektualitas. Bila anak terlalu intelek, ia sering dianggap tak sepadan dengan anak-anak yang lainnya. Selain itu, ia juga bisa menimbulkan masalah karena mengalami kesusahan dalam bergaul dengan teman sebayanya. Buku ini memang  mengurai beberapa persoalan anak yang ada di masa lampau, tetapi ada soal yang tak lagi sesuai dengan masa kini misalnya anak kabur dianggap sebagai masalah. Padahal, orangtua sekarang justru tak khawatir kalau anaknya pergi, mereka percaya anak akan pulang dan kembali ke rumahnya. Bila dulu anak pergi terlalu dikhawatirkan,kini anak pergi sampai larut malam dan bermain malam hari sudah biasa, termasuk anak lelaki dan perempuan. Studi kasus tentang anak di masa sekarang tentu lebih banyak variasinya dan banyak pangkal sebabnya. Inilah tantangan psikologi anak di masa sekarang. Tak hanya persoalan orangtua yang lebih sibuk dengan urusan karir, sampai pada tantangan pemenuhan kebutuhan kasih sayang anak.


*) Jumat, 23/1/15
*) Penulis adalah Peminat Pendidikan dan Sastra Anak, Pengasuh MIM PK Kartasura

No comments:

Post a Comment