klik disini untuk dapatkan dollar secara gratis!

Thursday 1 January 2015

Wayang

Arjuna Kembar Garapan Wiroatmodjo
Buku Garapan Clara Ng
   Tentu, cerita(wayang) itu tak hanya membuat anak kita memiliki memori dan kisah tentang tradisi mereka. Tanpa itu, bagaimana anak-anak kita akan tahu kisah dan tradisi mereka?. Apalagi di tengah serbuan cerita, dan film anak dari luar

Arif Saifudin Yudistira*)

          Malam yang gelisah. Sore yang panas, mungkin bukan hanya karena cuaca, tetapi juga karena tahun yang sudah berjalan. Aku jadi ingat waktu dolan ke rumah mbak Fanny mengobrolkan tentang krisis cerita anak. Maka Fanny bercerita tentang sastrawan Clara Ng yang ikut menuliskan cerita anak pula. Waktu pun membuatku menemukan buku Clara Ng tersebut. Buku itu kutemukan di waktu dompetku menipis, saat aku ke Goro Assalam ada rak buku besar bertuliskan “Obral mulai dari Rp.5.000,00”. Aku menemukan buku kecil berjudul Wayang Sebelum Tidur (2010). Ada petikan kisah menarik dari buku ini, cara Clara Ng mengisahkan petilan kisah wayang. “Lihat ini, wayang buatanku”. Sita menjejerkan empat wayang kertas buatannya. “ ini namanya Semar. Ini Gareng, Petruk, Bagong. Dalam cerita pewayangan, mereka adalah punakawan”. Bima adik dari Sita kemudian memandang  kakaknya tidak mengerti. “Punakawan artinya pengasuh.Semar, Gareng, Petruk,Bagong adalah pendamping setia para pangeran Pandawa”. Di sertai ilustrasi dari Cecillia Hidayat, buku ini pun nampak lebih hidup dan aku merasa buku ini akan disukai anak-anak. Buku lain yang ditulis Clara Ng pun banyak lagi yang lainnya. Bugi Hiu Suka Senyum, Upik Bermain Bola, Kancil Yang Baik, Padi Merah Jambu, Air Mata Buaya, Ketahuan. Di hari Selasa (30/12/14) aku memperoleh buku cerita anak wayang serupa di Gladag. Memang banyak cerita anak tentang wayang, tapi aku melihat cover dan ilustrasinya tak menarik, maka kupilih buku Arjuna Kembar(1977) karangan Wiroatmodjo. Di prakata buku ini, aku menemukan kalau kisah ini diambil dari Astadasaparwa, yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Jawa oleh Pujangga Kraton Surakarta : R Ng. Ranggawarsita dengan nama Pustakaraja Purwa. Ada pula cerita wayang tentang Rama diambilkan dari kekawin Ramayana yang telah diterjemahkan dalam bahasa Jawa oleh R.Ng.Yasadipura dengan nama Serat Rama. Cerita lakon wayang dan rama disebut “pakem”, sedang lain-lainnya dinamakan cerita “carangan”. Lakon “Arjuna Kembar” termasuk cerita carangan juga. Harapan dari pengarang lakon wayang ini, mudah-mudahan anak-anak kita lebih tertarik melihat wayang atau membaca ceritanya yang mengandung unsur-unsur kesenian. Cerita ini memang terbilang panjang lebih panjang dari cerita sebelumnhya. Saya pernah menemui cerita wayang untuk anak serupa dari Dancow sebagai bonus beli susu. Cerita itu bercerita tentang Arjuna pemanah terbaik, tapi aku merasakan ada yang berbeda antara kisah Arjuna yang pernah aku baca dengan kisah Arjuna  Kembar(1977) karangan Wiroatmodjo. Di kisah Arjuna yang kubaca di waktu kecil, aku senang membacanya karena ada ilustrasi. Kini cerita tentang Arjuna kubaca kembali, cerita Arjuna Kembar memang memiat. Aku merasakan ada yang berbeda dari kisah ini dengan cerita Arjuna di film  Mahabarata. Kisah Arjuna Kembar lebih erat dengan cerita wayang ala Jawa. Adanya punakawan, begitu pula tokoh-tokohnya yang begitu banyak. Aku merasakan cerita ini begitu memikat tapi ilustrasi cerita ini kurang. Hal inilah yang membuatku merasakan cerita ini lebih cocok untuk didongengkan kepada anak-anak kita. Mengenalkan wayang memang bagus sebagai orangtua, pengasuh maupun guru. Mengenalkan cerita wayang bukan hanya membuat anak-anak kita semakin tertarik dengan kebudayaan dan kesenian yang kita punya. Wayang juga sebagai medium untuk mengajarkan nilai-nilai dan moralitas. Tidak hanya tentang kesenian, tetapi juga mengajarkan epos dan kisah yang menarik dari kehidupan masa lampau. Dari wayang itulah, anak-anak kemudian mengerti ajaran tentang kesederhanaan, ajaran tentang keprihatinan dan kebaikan. Melalui wayang, anak-anak akan mengerti bahwa kejahatan, balas dendam, akan membawa kepada kenistaan manusia.
          Aku jadi ingat muridku di sekolah. Ia pandai sekali memainkan wayang, sebagai dalang cilik. Pernah aku memberikan kisah tentang Arjunawiwaha, terbitan Balai Pustaka. Ia membacanya dengan cepat. Aku tak tahu ia memperoleh kisah wayang dan belajar ndalang darimana. Yang aku tahu, ia juga penggemar berat Mahabarata. Ia masih muda, masih berusia Sekolah Dasar. Tetapi ia sudah memiliki bakat yang cukup unik dikembangkan. Rasanya senang melihat murid kita tampil atraktif dan menghibur saat ia memainkan wayang. Melihat itu saya jadi berharap muncul kisah-kisah yang berbau tradisional dan khas kebudayaan kita seperti Clara Ng yang menulis Wayang Sebelum Tidur. Mungkin masalah ini memerlukan perhatian tak hanya dari para sastrawan dan penulis cerita anak. Apalagi di masa sekarang, perlu kiranya kisah wayang dihadirkan kembali dan cerita-cerita lainnya untuk anak-anak kita. Tentu, cerita(wayang) itu tak hanya membuat anak kita memiliki memori dan kisah tentang tradisi mereka. Tanpa itu, bagaimana anak-anak kita akan tahu kisah dan tradisi mereka?. Apalagi di tengah serbuan cerita, dan film anak dari luar. Aku berniat mempelajari kisah anak lain serupa yang bisa kukisahkan untuk anakku dan muridku kelak.


Klaten , 1/1/15 di malam hari .
*)Penulis adalah Peminat Pendidikan dan Cerita Anak   
            

No comments:

Post a Comment