klik disini untuk dapatkan dollar secara gratis!

Tuesday 30 December 2014

Bermusik, Berkisah



Oleh Arif Saifudin Yudistira*)

            Pagi yang cerah, di penghujung tahun. Tapal batas, esok sudah berganti tahun, banyak hal yang ingin diraih, banyak hal yang belum dicapai, banyak pula catatan-catatan dan sesuatu yang harus diperbaiki dalam hidup. Aku menulis di computer sekolahan, tak ada laptop, belum punya. Rencana sudah dibuat, tapi apa daya, buku selalu menggoda lebih dari segala. Bahkan temanku pun pernah menanyakan pertanyaan ganjil waktu aku mau pinjam uang ke dia, dia bertanya lalu bayaranmu untuk apa Rif, kan baru tanggal muda?. Aku pun menjawab “untuk beli buku”, lalu spontan ia menanyakan “ Jadi, buku lebih penting dari hidupmu ya, Rif?”. Aku cuma tersenyum kecil, Selasa sore (30/12/14) uang di dompetku menipis. Aku ke Goro Assalam, pergi ke ATM barangkali saja ATM ku sudah isi. Benar adanya, ATM ku sudah isi, kutengok ada obral buku mulai dari 5-ribuan rupiah. Sore harinya sepulang silaturahim dari rumah murid les saya, aku ke toko yang mengobral buku itu. Disana banyak novel dan buku yang diobral 15-an ribu. Aku ingat waktu buku Kisah Lainnya catatan 2010-2012  yang dulu diuber oleh keponakanku. Keponakanku begitu ngefans sama NOAH. Dan setelah aku belikan buku dari loakan dia sangat senang. Dari baju sampai semuanya sudah ia beli, tinggal bukunya yang belum, dan kini dia sudah membelinya. Alam pikiran bocah, aku tak tahu lebih lanjut apa yang ia pikirkan ketika membaca buku itu. Aku memutuskan membeli 5 buku, salah satu dari buku yang kubeli adalah buku Kisah Lainnya yang ditulis Ariel,Uki, Reza,David yang mereka kini ada dalam satu grup music NOAH. Di buku ini saya menemukan sisi lain dari musisi yang biasanya terlihat begitu atraktif, begitu sempurna di dalam panggung, tapi ketika menulis, ia tampak sekali sebagai seorang pribadi yang jujur. Saya menemukan itu pada diri Nazril Ilham alias Ariel. Buku ini ditulis sebagai catatan perjalanan hidupnya untuk merenungi dan membaca kembali kisah-kisah yang pernah ia lalui bersama keluarganya, bersama rekan band-nya sampai ia harus mendekam di penjara di waktu itu. Ia mengisahkan bagaimana hidupnya ketika dipenjara merasakan seperti menemukan teman dan keluarga baru. “Walaupun namanya penjara, saya melihat penghuninya tetap menghormati satu sama lai, baik penduduk Kampung Bawah, Kampung Tengah, maupun Kampung Atas”(h.9). Di penjara inilah, Ariel melihat orang-orang dari berbagai karakter dan kisahnya, ia melihat dan mendengar kisah seorangtua yang dulu dijebak, ada yang masuk penjara karena melakukan kriminalitas, ada juga seorangtua yang hobi catur sekaligus pengusaha sukses. Ia menuliskan pertemuannya dengan Ompung Tua :72 tahun umurmu Ompung/Kenyang betul berjalan bersama waktu/Masih tergambar jelas kebesaran itu/Di kerutan yang mengotori wajahmu/Mata yang hanya terbuka sedikit itu menyaksikan beribu cerita. Ariel yang saat itu dikenal public sebagai vokalis pada mulanya adalah seorang yang memiliki hobi menggambar. Ia masuk di jurusan arsitektur di universitas Katolik Parahyangan. 

Di buku ini pun kita bisa menemukan sketsa-sketsa Ariel yang menarik, bahkan ia membuat Kaligrafi yang indah.
Kaligrafi yang dibuat Ariel

 Di Rutan Bareskrim ini, Ariel bertemu Abu Bakar Baasyir pula. Ustad Abu pun pernah berpesan padanya yang ia ingat di kepalanya : “jangan berkecil hati, manusia diciptakan di dunia ini memang untuk bikin kesalahan, lalu memperbaiki diri. Kalau semua orang sudah tidak bikin kesalahan lagi, maka semua ini akan dimatikan oleh Tuhan, karena tidak ada lagi tujuan kehidupan “ (h.19). Kenangan kepada ustad Abu ini pun ditulisnya dalam sebaris sajak : Baasyir tua,berlari kecil di gang yang bergema/ larut dalam dunianya sendiri/ dia tidak menoleransi dunia/ sehingga dunia pun tidak menoleransinya/ kerasa memang, tapi apalah arti pendirian jika tidak keras/ hitam atau putih, tapi tidak abu-abu/ kerasa memang… andai saja dunia melihat kebenaran yang dia lihat.
            Nampak di buku ini, Ariel ingin berkisah, bahwa music yang ia dirikan bersama teman-temannya adalah music yang berawal dari kesederhanaan. Hampir dari setiap kisah dari Ariel, Uki, Reza,Lukman adalah musisi yang belajar autodidak. Mereka belajar sendiri dari band kesukaan mereka. Grup music kecintaan mereka itulah kurang lebih yang mempengaruhi mereka bermusik, selain itu tentu pengalaman dan saling belajar dari masing-masing personel menguatkan mereka dan band mereka. Di akhir menjelang Peterpan redup, masuklah David sebagai pianist handal. David inilah yang memiliki kemampuan pianis yang lumayan bahkan sampai lulus mendapatkan sertifikat dari Belanda. Music di buku ini tak hanya menyatukan, sekaligus membuat mereka mampu membuktikan kepada keluarga, dan semua orang, bahwa mereka bisa menjadi orang yang berguna melalui music. Soal lirik dan lagu-lagu Peterpan yang kini menjadi NOAH yang popular dan mudah diingat oleh penggemar, kita merasakan ada sentuhan emosi antara music dan liriknya. Hal ini tak hanya diakui oleh personel mereka sendiri, kita juga merasakan hal serupa ketika mendengar dan menikmati music dari NOAH ini. Lagu-lagu itu seperti kisah dari mereka sendiri, misal saja lagu Separuh Aku, Terbangun Sendiri, atau Dara. Kental sekali bagaimana emosi dan perasaan-perasaan sang vokalis yang kebanyakan juga pencipta lagunya menyanyikan dengan perasaannya. Music dan lagu-lagu NOAH sendiri memang terkesan dengan kesederhanaanya dan lirik yang simple dan mudah diingat. Di buku ini kita akan menemukan bagaimana bermusik tak sekadar untuk menaruh urusan uang dan popularitas. Kesemua personel band ini pada akhirnya sadar bahwa apa yang mereka dapatkan harus dibagi dan diberikan kepada keluarga dan sesamanya. Jatuh bangun band ini terasa sekali tatkala Ariel vokalis yang mendapat sorotan dan daya tarik public harus mendekam di ruang tahanan (penjara). Kita bisa dengan cepat menangkap dan merasakan apa yang ada pada lagu-lagu NOAH sebab musiknya seolah bukan hanya untuk dirinya melainkan dibagi bersama kita, yang ikut mendengar dan pernah mengalami pengalaman (emosi) serupa. Di selingi lagu-lagu NOAH pula aku menyelesaikan tulisan ini. Aku tak menyesal membeli buku ini, aku membacanya, mendengarkan kisahmu, kisah lainnya….


*) Penulis adalah pembaca buku, tinggal di Sukoharjo




No comments:

Post a Comment