klik disini untuk dapatkan dollar secara gratis!

Thursday 18 December 2014

Kisah Nabi dan Anak-Anak




Oleh Arif Saifudin Y*)

            Sore bertabur hujan yang tak mau berhenti, aku bertekad menulis!. Setelah jalan sehat bersama guru-guru se-Sukoharjo, aku lelah, tertidur habis makan bakso. Aku menghabiskan buku Sahabat-Sahabat Cilik Rasululloh (2011) karya Nizar Abazhah. Penulis ini kukenal melalui buku-buku terbitan Zaman. Buku ini adalah kisah anak-anak semasa Rasululloh dan sikapnya terhadpap mereka. Membaca buku ini seperti diajak untuk mengerti, memahami dan memasuki dunia anak-anak. Anak-anak bila diperlakukan dengan baik, dengan santun, diajari dan dididik dengan baik, ia akan mengingat apa yang kita lakukan terhadapnya, dan membekas. Setidaknya hal itu yang disampaikan oleh anak-anak yang mengelilingi kehidupan Rasul. Salah satunya Aisyah isteri Rasul sendiri, yang mengingat ketika Rasul memperlakukannya layaknya orang dewasa. Dalam suatu permainan balapan, Rasulullah mengajaknya untuk balapan lari, dan Aisyah menang. Tetapi di lain waktu, ketika Aisyah kalah, Aisyah pun cemberut. Saat itu pula Rasul hanya mengatakan “ Impas “ sambil tersenyum. Meskipun Aisyah anak perempuan, balapan lari bukan hal yang asing bagi anak perempuan. Apalagi di kalangan masyarakat kita, adat istiadat demikian sering dianggap masih tabu. Padahal islam tak membedakan antara lelaki dan perempuan. Namun demikian, dalam urusan perlakuan terhadap anak, anak perempuan seperti mendapatkan posisi tersendiri di mata Rasululloh. Saya menemukan hal ini dari Al-Sunan al-Kubra karangan al-Baihaqi : “Jangan beda-bedakan soal pemberian untuk anak-anakmu. Bila kau ingin member lebih, lakukan kepada anakmu yang perempuan “ (h.202). meski demikian, kita tak bisa menafikkan bahwa perlakuaan Rasulullah selalu adil terhadap anak-anak di sekeliling mereka. Sebagaimana yang diriwayatkan oleh Tirmidzi : “Bertakwalah kepada Alloh dan bersikaplah adil kepada putra-putri kalian”.
            Di buku ini kita akan menemukan tak hanya kisah Aisyah yang begitu manjanya kepada Rasulullah. Juga kisah anak yang pemberani yang dalam usia puluhan tahun sudah ingin ikut perang seperti Samurah Ibnu Jundab. Juga para anak-anak yang penyayang binatang sampai dijuluki “Si pemilik burung pipit”  Abu Umair. Sikap Rasul kepada anak-anak tak hanya mendoakan, menghibur dan menjadi teman bagi dunianya. Ia mengerti dan memahami dunia anak. Barangkali karena itu pula, kenangan anak-anak itu membekas sampai dewasa. Kita mengetahui betapa sabar dan mengertinya Rasul ketika melihat sang cucu kesayangannya menungganginya ketika shalat. Kita juga akan disuguhi kisah para alon cendekiawan muslim dunia melalui buku ini. Abdullah Ibnu Abbas, Zaid Bin Tsabit, Anas Ibn Malik. Mereka adalah orang yang semasa kecilnya boleh mengikuti majelis Rasul dan menyimak apa yang disampaikan nabi. Disini bisa kita lihat bahwa anak-anak begitu cepat menyerap dan memahami ilmu bila ia diasah dan didukung oleh kita. Mendidik anak perlu ketegasan, tetapi juga perlu kesabaran. Di buku ini, kita akan menemukan pengalaman anak-anak yang ada di sekitar Rasul memperoleh perlakuan yang halus. Rasul mendidik Anas Ibn Malik misalnya, ia menuturkan bahwa ia belum pernah ditegur dengan cara yang kasar, bila ia lalai ia juga belum pernah dibentak apalagi dengan kata-kata keras. Anas adalah pelayan Rasul, ia sering dikomentari oleh banyak orang, namun Rasul memberinya dukungan dan kepercayaan. Tak pelak Anas justru semakin mengerti banyak hal dari kehidupan Rasul dan meriwayatkan banyak hadist. Rasulullah juga menyuruh kita mengajari anak-anak kita tak hanya keterampilan ragawi, tetapi juga ilmu pengetahuan. Dalam Kanz al-Ummal dituliskan bahwa kewajiban orangtua kepada anaknya adalah mengajarkan Al-qur’an, berburu, memanah, dan memberi rezeki yang halal”. Bila nabi sedang bermain dengan anak-anak, ia akan menyenangkannya, menggendongnya sampai si anak merasa puas. Hal ini menjadi pelajaran bagi saya selaku guru. Dari kisah ini, saya mengerti bahwa anak-anak memiliki hati dan perasaan serta jiwa yang halus, mereka sangat peka dan begitu sensitive. Bila ia dibentak, ia akan merasa takut. Pernah saya membentak anak karena keterlaluan dalam bermain. Barangkali karena usil adalah bagian dari sifat khas anak. Sandal saya diumpetin sampai tak ketemu selama dua hari, gara-gara peristiwa itu, si anak jadi membenci saya. Tidak mudah mengingatkan anak-anak kita dengan cara yang halus. Tidak hanya dalam urusan bermain, Rasul pun mendidik anak untuk berani. Kita menyimak kisah Samurah Ibnu Jundab yang bersikukuh ikut perang uhud. Samurah diuji untuk bertarung dengan temannya dan Samurah memenangkan pertarungan itu. Pertarungan itu untuk mendidik dan membuktikan bahwa anak memiliki tanggungjawab. Ternyata Samurah benar membuktikan perkataannya bahwa ia mampu mengalahkan temannya dan diberi kesempatan ikut perang uhud. Meski Samurah usianya masih puluhan tahun, Samurah diberi kesempatan untuk ikut membantu dalam perang. Itulah perlakuaan Rasul mendidik anak-anak nya untuk berani bertanggungjawab dan berani melawan musuh.
            Buku ini menambah khazanah dan kisah anak-anak di masa lampau yang hidup di sekitar Rasul. Buku ini patut dijadikan sebagai rujukan agar kita belajar banyak dari cara dan sikap Rasul dalam mendidik anak. Tak hanya kesabaran, pengasih, dan penuh keceriaan. Rasul mendidik anak-anak mereka dengan cita kasih dan ketulusan. Dari didikannya itulah lahir ilmuwan, cendekiawan, panglima perang, sampai perawi hadist. Karena itulah, mendidik anak adalah hal penting bagi kita untuk menciptakan generasi yang lebih baik. Dari cara mendidik anak itu pula kita akan tahu wajah anak-anak kita puluhan tahun ke depan.

*) Penulis adalah Peminat Pendidikan Dan Sastra Anak, Pengelola doeniaboekoe.blogspot.com

1 comment:

  1. Mohon ijin meminta copy bukunya sahabat cilik rasulullah dr nizar abazah.trims sebelumnya

    ReplyDelete