Oleh Arif Saifudin Yudistira*)
Siang itu mendung, bertepatan dengan acara
sekaten di keraton solo. Aku pergi ke Gladag, niat ke Gladag sudah bulat, aku
berbekal uang Rp.40.000,00 sebelumnya aku ke Gramed membeli buku kumcer Seno Gumira Adji Darma bertajuk
“Penembak Misterius” terbitan Galang Press. Sesampai di Gladag, aku
membuka-buka lapak buku dari depan sampai belakang. Di lapak depan, aku
buka-buka lapak milik pak Bambang. Pak Bambang ini sebenarnya tak patut
dipanggil “pak”, meski sudah punya anak, wajah putihnya bikin gemas orang,
haha, tapi aku gemas dengan bukunya yang murah-murah, bukan sama orangnya.
Benar saja aku menemukan buku J.Khisnamurti terbitan yayasan Khrisnamurti, buku
itu kubuka-buka isinya dialog dan tanya jawab. Saya tak mengerti kenapa
pemikiran justru disampaikan dengan dialog, tanya jawab. Barangkali memang
seperti itulah keilmuan di masa lalu ditemukan, dengan tanya jawab, tentu kita
tahu dialog Sokrates yang terkenal itu. Aku tak membeli buku itu, barangkali
karena sampulnya yang sudah rusak jadi tak menarik. Aku lanjutkan pencarianku,
dapatlah buku seri psikologi populer, buku ini terbitan Rajawali Press. Buku
wagu, berwarna putih berjudul “Bagaimana mengatasi Stress?”. Buku ini memang
mengundang minatku mengurusi psikologi, sekolah, anak. Tiga hal ini menarik
minatku untuk sinau lebih lanjut tentang pendidikan dari aspek psikologi dan
masalah anak. Buku itu kubayar, harganya murah meriah, Rp.4.000,00 ah, saya
jadi senang bin bahagia. Hujan pun turun, para penjual buku siap-siap menutup
lapak bukunya dengan plastik putih.
Perjalanan kulanjutkan untuk membuka-buka dan
memilih buku di lapak seorang ibu langgananku. Tapi tak ada buku yang menarik
buatku, aku pun pindah di lapak buku paling belakang. Di lapak paling belakang
ini jarang kubeli karena di lapak ini seringnya buku-buku bahasa inggris dan
buku soal-soal ujian. Tapi hari ini lain, aku menemukan buku menarik. Buku
karangan Anjar Any pengarang ampuh yang telah menulis banyak buku berbahasa
jawa dari cerita anak sampai seri biografi. Salah satu buku Anjar Any yang
kupunya adalah buku tentang Ranggawarsita,
Apa Yang Akan Terjadi?, buku ini dicetak di penerbitan solo, semasa itu
masih percetakan. Di lapak buku ini aku menemukan buku Anjar Any yang berjudul Misteri Mistik Bung Karno dan buku
menarik berjudul Gadis Remaja karya
Dr.SIS HEYTER diterjemahkan oleh Nj.S.Darmawan buku diberi tagline Ilmu Jiwa Gadis Dari Masa Sekolahnja Jang
Terachir Sampai Masa Dewasa. Buku menarik, lama sekali aku tertarik
mempelajari psikologi remaja utamanya psikologi sang gadis. Bukan hanya
persoalan rayuan, persoalan mode, fashion, tetapi juga soal puberitas
setidaknya itulah beberapa soal gadis masa kini yang aku amati. Buku ini
diterbitkan di tahun 1961, dinas penerbitan Balai Pustaka Djakarta. Aku jadi
ingat Soekarno, buku ini terbit di rezim Soekarno. Soekarno memang melek buku,
barangkali terjemahan ini untuk bacaan para kaum ibu, kaum pendidik dan kaum
remaja di masa itu. Di daftar isi aku melihat topik-topik menarik. Seperti sifat hakiki wanita, remaja puteri ke arah
tudjuannya, kelakuan sosial, type gadis, kepribadian pendidik, sampai pada bab
gerakan pemuda puteri. Aku membuka dan membaca di halaman 185, aku
menemukan bab yang menarik yakni bab pendidikan
di asrama. Ada kalimat menarik di dalam buku ini : “Teranglah di masa
pubertet ini, pakaian seragam amat dibentji gadis-gadis ini”(h.187). Aku jadi
ingat di kampusku justru mereka banyak mengenakan seragam terutama di PGSD. Ini
seperti bertentangan dengan gadis-gadis remaja di masa lampau. Mungkin karena
mereka tak berani menyatakan pendapatnya soal seragam. Hal yang perlu
diperhatikan dalam pendidikan asrama seperti diungkap dalam buku ini yakni
“Orangtua maupun pendidik-pendidik asrama itu akan menginsjafi bahwa perlu
sekali adanja hubungan jang erat dan tetap terpelihara antara anak dan
keluarganja : hubungan jang banjak, waktu menengok jang banjakdan liburan di
keluarga sendiri” (h.191). Hal ini karena hubungan anak gadis dibanding dengan
lelaki, lebih erat hubungan emosionalitas gadis dengan keluarganya. Karena
itulah, mereka memerlukan waktu lama untuk menyesuaikan diri bisa hidup mandiri
di asrama. Intensitas menengok orangtua, pendidik dan keluarga adalah cara kita
untuk tak hanya menjalin kominikasi, tetapi juga sekaligus sebagai sarana untuk
mengatasi problema dan mengetahui lingkungan hidup si gadis. Di masa sekarang
apalagi, pergaulan bebas sering mengakibatkan gadis remaja tumbuh dengan
pergaulan luas tanpa menjaga batas-batas (etiket)nya.
Persoalan gadis remaja memang kompleks, tak
hanya persoalan dirinya menghadapi masa pubernya, tetapi juga hubungannya
dengan lawan jenis, hubungannya dengan sahabat, dan hubungannya dalam menambah
kepercayaan dirinya. Amat jarang dan langka di masa sekarang gadis remaja yang
berani mengungkapkan gagasannya di depan umum. Mereka lebih sering
mengungkapkan apa yang mereka rasakan di balik layar. Karena itulah, mereka
sering dijuluki bigos “biang gosip”,
apalagi di masa sekarang, amat sering gadis remaja kita menjadi tukang gosip
sekaligus penggemar infotainment berbau gosip. Kita bisa simak berapa fans page
acara-acara gosip dan infotainment itu yang begitu membludak. Bahkan mereka
sering memuat ulang berita gosip dan acara gosip di media sosial mereka. Aku
bersyukur setidaknya melalui buku Dr.Sis Heyster aku bisa belajar lebih banyak
tentang Gadis Remaja dan dunia mereka. Aku beruntung sekali mendapat buku ini. Ternyata buku
ini buku langka, ku cari covernya tak ada, adanya buku itu kutemukan di
perpustakaan Monash University dan perpustakaan Malaysia. Oh, memperoleh buku
langka seperti memperoleh gadis cantik.
Solo, Rabu, 24 November 2014
*)Penulis
adalah Peminat Pendidikan dan Sastra Anak, Guru MIM Pk Kartasura
Santri Tadarus Buku Bilik Literasi
No comments:
Post a Comment