klik disini untuk dapatkan dollar secara gratis!

Tuesday 23 December 2014

Natal






Oleh Arif Saifudin Yudistira*)

            Ini musim hujan, desember yang basah, desember yang dingin. Selesai makan siang bersama kekasih, aku ambil majalah sekolah yang kukelola bersama guru-guru waras, yang sadar tugasnya tak hanya mencerdaskan bangsa, tapi mendidik bangsa dan mendidik bangsa tak hanya mengajar. Sedikit lega, tapi belum puas sepenuhnya, mungkin karena aku baru pertama mengelola majalah sekolah, atau mungkin karena alasan lain. Tapi aku sedikit gembira, menyungging senyum di bibirku, aku lega, setidaknya karyaku bersama murid-muridku, dan guru-guru ada di sini. Majalah ceria sesuai dengan namanya, majalah ini benar-benar menampilkan kesan “ceria”. Di hari senin sore (22 Desember 2014) sewaktu hari ibu, aku justru menghabiskan buku tentang natal. Aku membaca buku garapan Karl May bertajuk Malam Natal Di Rocky Mountains (2001), terbitan KPG. Konon penerbitan Karl May dimulai sejak 1950-an, aku merasa beruntung punya presiden melek literasi, dari itulah penerjemahan buku-buku dan karya penulis dunia bisa kita kenal. Aku memang berniat mempelajari Karl May. Tapi tak punya banyak buku tentang nya, aku beruntung dipinjami Setianingsih, esais perempuan yang tekun. Seperti di pembukaan, petualangan Winnetou dan Old Shatterhand begitu memikat. Tak hanya karena ia memperjuangkan nilai-nilai keadilan, perdamaian, anti ras. Tapi petualangan sang tokoh begitu menarik, kisah ini mirip kisah-kisah pendekar. Hanya saja karena Shatterhand pendekar dari Amerika, jadi mereka mirip koboy yang punya senjata kuda dan pistol. Saya tak banyak bisa memasuki suasana yang dihadirkan oleh sang tokoh. Agak samar-samar dan belum membekas membaca cerita ini. Tapi cerita ini akan menjadi menarik kalau dibaca anak-anak penyuka petualangan. Disana ada intrik, ada pertarungan, ada cek-cok, semacam kisah berbau detektif. Disini dikisahkan sang tokoh utama Old Shatterhand harus menghadapi pengkhotbah palsu macam Frenk Sheppard. Yang di sangkanya temannya sendiri. Aku tertarik dengan penyajian kisah natal yang mencoba dihadirkan di cerita ini. Di sinilah mungkin inti ceritanya, Carpio  teman Old Shatterhand  harus menerima akibat dari perburuan emas di pegunungan yang dingin. Carpio meninggal dengan dibacakan puisi natal gubahan Old Shatterland. Ia dikuburkan di malam menjelang natal dengan diterangi pohon natal. Pohon terang itu menyala, Carpio mati di pangkuan Old Shatterhand. Di tengah intrik, perang dan perselisihan, kisah Natal Carpio dihadirkan untuk menutup kisah petualangan Old Shatterhand. Ingat kisah ini, aku jadi ingat kisah-kisah yang dibangun didasarkan oleh mitos pembangunan patung bunda maria di daerah-daerah di pedesaan. Aku memang tak tahu persis bagaimana muncul patung-patung itu. Konon patung-patung itu dikaitkan dengan mitos setempat dan air suci disana yang diserbu banyak orang karena diyakini membawa berkah. Pada hari yang sama aku justru membaca kabar kalau NU dan Muhammadiyah tak haramkan ucapan natal. Natal memang seharusnya damai, tak seperti yang ada di kisah Karl May yang sampai mengakibatkan kematian.
            Buku cerita ini adalah buku untuk remaja, tapi dikemas dengan gambar dan ilustrasi untuk membantu kita memahami alur cerita. Aku pun merasa kalau tak ada ilustrasi, aku tak begitu memahami jalannya cerita ini. Aku justru lebih ingat tentang cerita-cerita dari daerahku sendiri. Seperti kisah Joko Bodo, kisah terjadinya candi prambanan, atau kisah Jaka Tarub. Sayangnya, kisah-kisah yang erat dan lekat dengan dunia di sekitar kita itu. Mungkin suburnya penulis cerita anak memang tak sesubur masa di tahun 50-an sampai 70-an. Aku merasakan terbitan cerita anak di tahun 70-an justru hadir dari orang-orang pinggir. Misi untuk mengenalkan kisah daerah kental disana. Sebagaimana buku kisah anak yang berjudul Si KIDAL  garapan Satmowi. Biografi penulis justru jarang dihadirkan detail. Kita tak menemui kisah biografis pengarang dan kiprahnya. Kita hanya disuguhi kisah bacaan anak ini. Kisah ini terbit di tahun 1977 oleh penerbit Pustaka Jaya. Kita menemui di tahun yang sama di Solo, penerbit Tiga Serangkai menerbitkan buku Si Sombong Bertekuk Lutut, pengarang buku ini pun tak menuliskan riwayat singkatnya. Buku ini dikarang oleh Sutarno AP dan Sudopo. Ada yang khusus dari sampul buku ini. Di sampul halaman depan kita menemui tulisan “Bacaan Anak-Anak Sekolah Dasar”. Saya semakin mengerti, bacaan anak-anak untuk sekolah dasar semakin lama semakin minim di masa sekarang. Konon tiga serangkai membangun gerakan untuk menghidupkan kembali melalui kelompok penulis anak-anak yang akan diterbitkan karyanya. Buku ini mulai marak di pasaran di tahun 20-an ke atas. Tetapi sekarang, saya merasakan ada yang berkurang dari greget penerbit-penerbit untuk mengurusi masalah bacaan anak. Selain mereka tak optimis terbitan mereka akan laku, barangkali memang penulis cerita anak jarang mendapat perhatian dari public pembaca maupun pengamat pendidikan anak. Ini sekadar kesimpulan sementa yang perlu ditelusuri lebih lanjut, setidaknya aku masih mau belajar tentang anak dan sastra anak. Beberapa waktu yang lalu ketika aku ngobrol dengan Fanny Chotimah, ia pun merasakan ada ruang yang kosong dalam urusan sastra anak. Bila dahulu sastrawan sekaliber Arswendo Atmowiloto, Gerson Poyk, mereka menulis cerita anak melalui terbitan GPK. Kini, hal itu serasa minim, hanya saja di tahun 2014 muncul lagi karya Arswendo atmowiloto melalui penerbit Plot Point menerbitkan buku Detektif Cilik-Imung. Dulu, memang banyak sastrawan menulis cerita anak, bahkan Leila S Chudori pun demikian halnya. Entah barangkali karena cerita anak sangat amat lama untuk membuat penulisnya terkenal. Belum lagi kalau cerita anak yang diterbitkan tak banyak yang laku. Ah… persoalan cerita anak memang kompleks menurutku. Sore menjelang natal aku tak ingin mengakhiri nasib seperti Carpio. Tapi aku ingin menulis tentang natal yang berhubungan dengan kisah anak. Sebagaimana GM menulis Natal di caping, aku jadi ingat Santa Claus tokoh yang dinanti-nanti anak-anak dan semua orang menjelang natal. Aku pun ingin santa memberi hadiah special kepadaku hehehe mengkhayal saja….


Selasa, 23 Desember 2014
*) Penulis adalah Peminat pendidikan dan sastra anak


No comments:

Post a Comment