klik disini untuk dapatkan dollar secara gratis!

Friday 12 February 2016

Kisah Teladan Rumah Tangga Nabi



Oleh Arif Saifudin Yudistira*)

            Muhammad adalah meminjam istilah Neitzhe –manusia unggul-, manusia terdepan yang diakui dunia. Pengakuan dunia tak hanya hadir dari kalangan muslim melainkan juga dari kalangan non muslim. Nama Muhammad tak hanya dipandang sebagai tokoh teladan bagi seluruh ummat, melainkan ia juga ikut meletakkan fondasi moralitas, fondasi sosial dan fondasi bernegara. Dunia mengakui bahwa ia tak hanya dijunjung karena ia seorang utusan, lebih dari itu, ia menunjukkan kepada dunia bahwa segala tingkah perilakunya adalah kisah keteladanan dan kesempurnaan akhlak. Muhammad kecil lahir dari keluarga yang sederhana, Muhammad kecil lahir ditinggalkan Ayah, menyusul Ibu, menyusul kakeknya, pada akhirnya Muhammad harus ikut pamannya. Di usia remajanya, ia pun sensitive dan penuh pengertian dengan kehidupan pamannya, ia tak ingin menjadi seseorang yang menyusahkan bagi pamannya.
            Di masa itu pula, tanda-tanda keistimewaannya mulai muncul dibanding anak-anak lainnya. Teman-temannya melihat semacam cahaya yang menyelimutinya, ia pun menjadi penggembala ternak yang bertanggungjawab. Sang paman senang dan mencintai Muhammad sebagaimana anaknya sendiri, yang menyakitinya berarti menyakitinya pula. Karena dari suku Quraisy terpandang, sang paman menjaga nabi dengan sangat baik. Ketika ia sudah beranjak dewasa, Muhammad tak mau menjadi beban bagi pamannya semata. Ia pun ikut bertualang berdagang bersama pamannya di Syam. Mengikuti kebiasaan di sukunya, Muhammad pun terlatih dengan mengetahui peta dan alam gurun yang kelak berguna bagi kehidupannya di masa-masa mendatang.
            Buku karya Dr.Abazhah ini mengurai bagaimana kehidupan Nabi bersama isterinya, bersama anaknya, dan perlakuan nabi terhadap sesama sahabat dan kaum mukmin. Rosululloh pandai menempatkan ketika ia sebagai sosok Ayah, suami, hingga pemimpin ummat. Ia adalah teladan dan pemimpin rumah tangga yang bijak, baik dalam mengurus isteri dan anak-anaknya, tapi juga memberi teladan  bagi umat manusia. Dalam kehidupan Rosul yang di awal kenabian, Rosul begitu dekat dan tak bisa melupakan kenang-kenangannya bersama Khotidjah yang menguatkan dan menemani perjuangan Rosul di masa-masa awal dakwahnya. Nabi dibantu Khotidjah hidup bahagia hingga akhirnya ditinggal wafat oleh isteri tercintanya. Lama sekali nabi tak beristeri lagi,hingga para sahabat menawarkan isteri baginya. Aisyah pun datang ditawarkan kepada nabi, meski masih remaja, Rosululloh mendidiknya hingga ia siap dan mengerti keadaan nabi. Aisyah diangkat kedudukannya diantara isteri-isteri nabi lainnya, ia sekaligus sangat pencemburu. Sifat cemburunya inilah yang kadang membuat nabi marah. Hal ini karena nabi juga memiliki isteri yang lain yang harus ia tanggung karena menjanda dan iba terhadap nasib anak-anaknya yang ditinggalkan suaminya karena berjihad di jalan Alloh.
            Meski marah dan kesal, nabi tak pernah memukul, tak pernah kasar terhadap isterinya. Ia lebih sering mendiamkan, meninggalkannya daripada memukul atau bersikap kasar terhadapnya. Dalam rumah tangga nabi, nabi sangat penyayang kepada anak-anak, ia penyayang kepada anak-anak dan cucu-cucunya, tak heran ketika ia sangat terpukul ketika ia harus kehilangan anak-anaknya. Melalui buku ini, kita diajak melihat rumah tangga nabi dari dekat. Nabi dengan segala kesederhanannya, mencoba menjaga dan selalu bersikap pengasih dan penyayang kepada keluarganya, menunjukkan cintanya dan bersikap adil terhadap mereka. Nabi menunjukkan posisinya sebagai manusia biasa pula, yang kadang marah, kadang emosinya keluar. Tetapi nabi tidaklah seperti yang dituduhkan oleh kaum orientalis selama ini. Nabi bersikap adil terhadap isteri-isteri mereka, tidaklah nabi berbuat dzalim kepada mereka. Mereka merasa tenang dan tenteram bersama nabi.
            Nabi juga dikenal sebagai seorang pembebas. Bahkan semasa sebelum wafat, ia membebaskan tak lebih dari enam puluh budak, ia menyayangi anak yatim, ia memberikan sedekah kepada mereka yang membutuhkannya. Harta dan kedudukannya ia berikan kepada umat yang membutuhkan. Sebagai manusia biasa, nabi pun memiliki nafsu dan kesalahan sebagaimana manusia lainnya, bedanya ia selalu ditegur dan diingatkan oleh Alloh melalui Jibril. Di akhir hayatnya pun, nabi meninggal dengan tenang, dengan membahagiakan. Di akhir hayatnya, ia menyebut ummati, ummati, ummati, nabi masih saja khawatir akan umatnya, bukan keluarga atau kerabat dan sahabatnya. Dari kecintaannya kepada ummatnya itulah, hidupnya adalah persembahan dan pengorbanan untuk agamanya, untuk kita.
            Dalam jiwa dan kehidupan beliau, ia menampilkan kesederhanaan dan keteladanan. Dari keteladanannya itulah kita akan menemukan kedamaian dan kebahagiaan. Membaca buku ini, kita diajak untuk menyelami lebih dalam dan lebih dekat, kehidupan rumah tangga nabi di masa lalu. Kita seperti menyimak kisah yang menyejukkan jiwa hingga akhir membaca buku ini. Dari membaca buku ini, kita akan menemukan bahwa kehidupan nabi yang penuh dengan tawa, kebahagiaan, juga kesabaran dan ketabahan saat menghadapi pelbagai ujian. Nabi dalam buku ini, digambarkan sebagai sosok yang manusiawi, dan sempurna akhlaknya. Semoga kita bisa mengambil teladan dari sikap dan tingkah laku beliau ke dalam kehidupan kita sehari-hari. Begitu.


*)Penulis adalah Peserta Tadarus Buku BILIK LITERASI SOLO

No comments:

Post a Comment