Oleh
Arif Saifudin Yudistira*)
Muhammad adalah meminjam istilah
Neitzhe –manusia unggul-, manusia
terdepan yang diakui dunia. Pengakuan dunia tak hanya hadir dari kalangan
muslim melainkan juga dari kalangan non muslim. Nama Muhammad tak hanya
dipandang sebagai tokoh teladan bagi seluruh ummat, melainkan ia juga ikut
meletakkan fondasi moralitas, fondasi sosial dan fondasi bernegara. Dunia
mengakui bahwa ia tak hanya dijunjung karena ia seorang utusan, lebih dari itu,
ia menunjukkan kepada dunia bahwa segala tingkah perilakunya adalah kisah
keteladanan dan kesempurnaan akhlak. Muhammad kecil lahir dari keluarga yang
sederhana, Muhammad kecil lahir ditinggalkan Ayah, menyusul Ibu, menyusul
kakeknya, pada akhirnya Muhammad harus ikut pamannya. Di usia remajanya, ia pun
sensitive dan penuh pengertian dengan kehidupan pamannya, ia tak ingin menjadi
seseorang yang menyusahkan bagi pamannya.
Di masa itu pula, tanda-tanda
keistimewaannya mulai muncul dibanding anak-anak lainnya. Teman-temannya
melihat semacam cahaya yang menyelimutinya, ia pun menjadi penggembala ternak
yang bertanggungjawab. Sang paman senang dan mencintai Muhammad sebagaimana
anaknya sendiri, yang menyakitinya berarti menyakitinya pula. Karena dari suku
Quraisy terpandang, sang paman menjaga nabi dengan sangat baik. Ketika ia sudah
beranjak dewasa, Muhammad tak mau menjadi beban bagi pamannya semata. Ia pun
ikut bertualang berdagang bersama pamannya di Syam. Mengikuti kebiasaan di
sukunya, Muhammad pun terlatih dengan mengetahui peta dan alam gurun yang kelak
berguna bagi kehidupannya di masa-masa mendatang.
Buku
karya Dr.Abazhah ini mengurai bagaimana kehidupan Nabi bersama isterinya,
bersama anaknya, dan perlakuan nabi terhadap sesama sahabat dan kaum mukmin.
Rosululloh pandai menempatkan ketika ia sebagai sosok Ayah, suami, hingga
pemimpin ummat. Ia adalah teladan dan pemimpin rumah tangga yang bijak, baik
dalam mengurus isteri dan anak-anaknya, tapi juga memberi teladan bagi umat manusia. Dalam kehidupan Rosul yang
di awal kenabian, Rosul begitu dekat dan tak bisa melupakan kenang-kenangannya
bersama Khotidjah yang menguatkan dan menemani perjuangan Rosul di masa-masa
awal dakwahnya. Nabi dibantu Khotidjah hidup bahagia hingga akhirnya ditinggal
wafat oleh isteri tercintanya. Lama sekali nabi tak beristeri lagi,hingga para
sahabat menawarkan isteri baginya. Aisyah pun datang ditawarkan kepada nabi,
meski masih remaja, Rosululloh mendidiknya hingga ia siap dan mengerti keadaan
nabi. Aisyah diangkat kedudukannya diantara isteri-isteri nabi lainnya, ia
sekaligus sangat pencemburu. Sifat cemburunya inilah yang kadang membuat nabi
marah. Hal ini karena nabi juga memiliki isteri yang lain yang harus ia
tanggung karena menjanda dan iba terhadap nasib anak-anaknya yang ditinggalkan
suaminya karena berjihad di jalan Alloh.
Meski marah dan kesal, nabi tak
pernah memukul, tak pernah kasar terhadap isterinya. Ia lebih sering
mendiamkan, meninggalkannya daripada memukul atau bersikap kasar terhadapnya.
Dalam rumah tangga nabi, nabi sangat penyayang kepada anak-anak, ia penyayang
kepada anak-anak dan cucu-cucunya, tak heran ketika ia sangat terpukul ketika
ia harus kehilangan anak-anaknya. Melalui buku ini, kita diajak melihat rumah
tangga nabi dari dekat. Nabi dengan segala kesederhanannya, mencoba menjaga dan
selalu bersikap pengasih dan penyayang kepada keluarganya, menunjukkan cintanya
dan bersikap adil terhadap mereka. Nabi menunjukkan posisinya sebagai manusia
biasa pula, yang kadang marah, kadang emosinya keluar. Tetapi nabi tidaklah
seperti yang dituduhkan oleh kaum orientalis selama ini. Nabi bersikap adil
terhadap isteri-isteri mereka, tidaklah nabi berbuat dzalim kepada mereka.
Mereka merasa tenang dan tenteram bersama nabi.
Nabi juga dikenal sebagai seorang
pembebas. Bahkan semasa sebelum wafat, ia membebaskan tak lebih dari enam puluh
budak, ia menyayangi anak yatim, ia memberikan sedekah kepada mereka yang
membutuhkannya. Harta dan kedudukannya ia berikan kepada umat yang membutuhkan.
Sebagai manusia biasa, nabi pun memiliki nafsu dan kesalahan sebagaimana
manusia lainnya, bedanya ia selalu ditegur dan diingatkan oleh Alloh melalui
Jibril. Di akhir hayatnya pun, nabi meninggal dengan tenang, dengan
membahagiakan. Di akhir hayatnya, ia menyebut ummati, ummati, ummati, nabi masih
saja khawatir akan umatnya, bukan keluarga atau kerabat dan sahabatnya. Dari
kecintaannya kepada ummatnya itulah, hidupnya adalah persembahan dan
pengorbanan untuk agamanya, untuk kita.
Dalam jiwa dan kehidupan beliau, ia
menampilkan kesederhanaan dan keteladanan. Dari keteladanannya itulah kita akan
menemukan kedamaian dan kebahagiaan. Membaca buku ini, kita diajak untuk
menyelami lebih dalam dan lebih dekat, kehidupan rumah tangga nabi di masa
lalu. Kita seperti menyimak kisah yang menyejukkan jiwa hingga akhir membaca
buku ini. Dari membaca buku ini, kita akan menemukan bahwa kehidupan nabi yang
penuh dengan tawa, kebahagiaan, juga kesabaran dan ketabahan saat menghadapi
pelbagai ujian. Nabi dalam buku ini, digambarkan sebagai sosok yang manusiawi,
dan sempurna akhlaknya. Semoga kita bisa mengambil teladan dari sikap dan
tingkah laku beliau ke dalam kehidupan kita sehari-hari. Begitu.
*)Penulis adalah Peserta Tadarus Buku BILIK
LITERASI SOLO
No comments:
Post a Comment