klik disini untuk dapatkan dollar secara gratis!

Friday 14 November 2014

Mengembangkan Diri




Buku seperti ini penting ditulis, sebab jaman sekarang orang memerlukan bacaan santai, sekaligus membuat mereka menjadi makhluk yang sadar dan kembali terketuk, bahwa peran mereka ada, dan mereka ada untuk berperan


Oleh Arif Saifudin Yudistira*)

            Semenjak aku memasuki kuliah entah mengapa setidaknya aku diberkati dengan kemampuan bicara yang lumayan. Kemampuan bicara ini tak hanya kelak berguna dalam urusan kecakapan hidup, pelan-pelan kemampuan bicara itu menuntunku untuk jadi provokator buku-buku bagus atau provokator demonstrasi sekaligus. Tak heran, ketika aku semester 5 aku justru sering ditunjuk untuk menjadi coordinator lapangan. Pernah, pengalaman menyakitkan saat ditunjuk jadi korlap demonstrasi di kota, saya justru ditinggal pergi massa, hahaha lucu, korlapnya teriak-teriak sendiri. Menjelang semester atas, aku mulai diundang untuk mengisi acara, bersama-sama mengobrolkan tema-tema penting. Tak hanya teman-teman dari kalangan pers, tapi juga dari kalangan gerakan mahasiswa. Ah, itu memori saat jadi mahasiswa. Aku tak mau terlalu panjang mengisahkannya. Rabu, 12 november 2014 adalah hari yang menyenangkan bagiku. Aku mengobrol dengan ibu penjual buku di Gladag. Dulu aku punya hutang 85, cukup lama belum kubayar karena tak sempat aku kesana, tapi kini aku senang punya hari rabu untuk menyambanginya, menyentuhi buku-bukunya dan membelinya kembali. Ibu ini selalu ramah dan senyum padaku, ia selalu menawarkan buku-buku yang menurutnya bagus untukku. Pagi itu, ibu penjual buku belum dating, aku melihat suaminya menata buku dan mengeluarkannya. Ia hanya berkata sambil senyum : “ mruput men Rip” (Pagi benar Rif…), iya pak, iki aku ngajare awan (aku ngajar anak-anaknya siang).
            Selama hampir setengah jam aku memilih-milih tumpukan buku di kiosnya. Aku beruntung sekali dapat buku-buku anak lagi yang langka-langka. Aku dapat buku sekitar sepuluhan buku, totalnya aku habis 60 ribu, harga yang murah meriah. Sebelum aku pulang ibu pemilik kios datang, aku pun dengan senang hati ngomong padanya : “Bu, ninggal dulu ya dua pulu ribu” (alias utang dulu 20 ribu). Dan ibu seperti biasanya, ya gakpapa Rif, kok kamu sekarang banyak membaca buku tentang anak?. Iya bu, ini saya lagi belajar tentang anak. Saya memang bertekad membuat buku yang mengulas pendidikan, anak, juga remaja sampai dewasa. Aku terkadang jengkel dan risih mendengar komentar professor,doctor, atau komnas anak komentar anak, tapi aku belum tahu dan mendengar karyanya. Aku sering bilang ke temanku, aku berharap bisa menyelesaikan magnum opus tentang “ANAK”. Disana aku mendapat buku bagus karangan tokoh Jesuit. Aneh, yang mengarang buku-buku semacam ini yang sering saya temui justru para Serikat Jesuit. Barangkali Serikat Jesuit juga menemukan banyak orang (pemuda-pemudi) masa kini yang memiliki banyak masalah. Buku itu berjudul : 60 Cara Pengembangan Diri(1986), karya Martha Mary McGaw,CSJ. Aku jadi teringat Romo Magniz, belum lama ini saya juga membaca karya murid-muridnya yang mengisahkan gurunya itu di buku Sesudah Filsafat terbitan kanisius pula. Saya sering membicarakan ini dengan teman saya, mengapa orang-orang katolik begitu maju dalam urusan mengembangkan filsafat. Saya pikir umat islam juga perlu mengkaji kembali khazanah Islam dan kajian filsafat Islam lebih dalam. Sebab di tahun 50-an saya sering menemui buku lawas bertajuk filsafat islam dan pelbagai cerita kemajuan islam di masa lampau dikarang oleh orang-orang Indonesia seperti Hamka, Sidi Gazalba, Sayyed Hussein Nashr, Sayyed Qutb, Ali shariati dan para penulis lain yang menulis soal filsafat Islam. Kini yang sering aku temui justru Qomaruddin Hidayat yang menulis buku islam kontemporer, berbau remaja, renyah dan enak. Saya pikir Qomarudin Hidayat adalah salah satu tokoh penting yang mengembangkan gaya berbicara islam popular di kalangan generasi muda. Buku-bukunya kini diterbitkan oleh Noura Book sebut saja buku Psikologi Kematian, Ungkapan Hikmah. Bagiku buku bang Komarudin ini tak sekadar motivasi picisan, tapi sekadar jadi bacaan untuk mengusik generasi muda untuk menyadari posisi dan mengatasi dari persoalan psikologis mereka, untuk merenungi hidup lebih hidup.
            Hal itu pula yang saya temui di buku 60 cara Pengembangan Diri . Hidup kita tulis Martha penulis buku ini, bukanlah tiruan manusia lain, maka kita adalah kita. Jadilah diri sendiri, itu hal yang pertama ditulis untuk mengembangkan diri. Setidaknya, meski kita tahu dan belajar kepada banyak orang, kita tak berubah dan merubah siapa diri kita. Yang khas dari buku ini adalah cara dia menyajikan renungan kecil, singkat dan padat tentang kehidupan yang pernah dijalani penulis dan pembacaan penulis agar menjadi pribadi yang berarti dalam hidup. Misalnya dalam urusan persahabatan, untuk mengembangkan diri, kita memerlukan sahabat sebagai tempat kita untuk menuangkan keluh kesah dan membantu kesusahan kita dalam hidup. Ia menuliskan bahwa ada tiga hal utama dalam membangun persahabatan : Iman, Harapan dan Cinta. Tanpa ini persahabatan lebih merupakan sesuatu yang singkat dan tak kekal. Hal lain adalah saran menanam pohon, membuat pohon keluarga dan membuat buku harian dan menulis surat untuk sahabat kita. Saya menemukan satu paragraf penting tentang membaca. Salah satu cara mengembangkan diri di buku ini ditulis adalah membaca. “Pada waktu kita membaca kita menemukan apa arti hidup ini bagi orang lain. Kita ikut mengambil bagian dalam pengetahuan dan pandangan hidup orang lain. Kita dapat mengetahui banyak hal yang kita ingin ketahui” (36).
            Mengembangkan diri tak hanya memerlukan membaca ternyata, agar fisik dan tubuh kita sehat, serta jiwa kita sehat kita memerlukan bernyanyi. Kadang orang sering menganggap menyanyi adalah hal gila. Menurut buku ini, menyanyi merupakan cara kita menjadi berkembang. “kita tidak pernah akan tahu berapa jumlah lagu yang kita kuasai sebelum kita nyanyikan untuk “seluruh dunia”. Selain itu, bernyanyi juga membuat kita awet muda dan mempercepat perubahan sel-sel tubuh kita bila kita bahagia. Di akhir buku ini saya justru terkaget-kaget, penulis meski dari Serikat Jesuit justru menempatkan urusan Tuhan di bagian akhir. Penulis berpesan agar kita berkembang, kita harus menghormati Tuhan. “Sang pencipta kita sungguh mengagumkan, imajinatif, menarik, hidup dan fantastis dan penuh cinta”. Bagiku kalimat ini seperti semacam kata kunci sekaligus penutup bahwa bagi seorang yang beriman, Tuhan adalah kunci sekaligus penentu. Aku menyelesaikan buku ini di sela-sela menunggu antrian nabung di bank untuk ambil uang di ATM. Duitku menipis, tinggal 63 ribu di ATM, sehingga tak bisa diambil, untuk ambil uang 50 ribuan, aku perlu menambahkan saldo sampai minimal 70 ribu. Agar bersisa 20 ribu di ATM. Aku puas menunggu antrian sampai aku lupa kalau nomer panggilanku 144, ternyata yang aku bawa nomer 141. Efek baca buku terlalu khusyuk kadang mengganggu, bisa membuat kita sedikit terlihat pikun, hehe. Buku seperti ini penting ditulis, sebab jaman sekarang orang memerlukan bacaan santai, sekaligus membuat mereka menjadi makhluk yang sadar dan kembali terketuk, bahwa peran mereka ada, dan mereka ada untuk berperan. Buku 60 cara Pengembangan diri  garapan Martha Mary Mc Gaw,CSJ ini membuat gairah saya untuk menulis buku serupa berdasarkan pengalaman saya sendiri.



*) Penulis adalah Pengelola www.doeniaboekoe.blogspot.com





No comments:

Post a Comment