Oleh Arif Saifudin Y*)
Belajar dan mengerti Psikologi melalui
buku ini mendjadi lebih praktis, dan ringkas. Psikologi penting untuk tahu
bagaimana karakter, watak dan sifat manusia. Dengan mengetahui psikologi, kita
bisa menyesuaikan dengan sikap dan watak seseorang. Sehingga kita bisa lebih
mudah bergaul dan diterima dalam lingkungan masyarakat. Psikologi juga penting
untuk mengetahui masalah-masalah kejiwaan kita dan cara menyelesaikannya. Buku ini
adalah sepintas bacaan untuk mengetahui psikologi
Sebelum masuk kuliah, aku sebenarnya
tertarik sekali dengan psikologi. Jurusan psikologi menjadi undangan dan rayuan
untuk mengerti manusia lebih dalam. Maklum, semasa aku SMA, semenjak kelas satu
sampai kelas dua aku selalu jadi konsultan bagi anak-anak perempuan di
sekolahku. Konon, kata mereka, aku dianggap mengerti dan mampu dalam soal
‘masalah mereka’ terutama urusan agama. Aneh, padahal aku bukan ustadz, mungkin
bibit ustadz ada dalam diriku, bahkan sewaktu kuliah aku di bilang sama cak nun
: “koe pantes dadi ustadz” (kamu pantas dadi ustadz) sewaktu Maiyahan di
Jogjakarta, waktu itu Busro hadir di Maiyahan. Ah, lupakan saja mimpi aku jadi
psikolog, sewaktu melihat brosus kuliah di UMS pertama kali, aku merinding,
mahal sekali biaya masuk psikologi. Kuurungkan niatku menjadi psikolog, tapi
tak boleh berhenti belajar psikologi kataku dalam hati. Benar saja, setelah aku
memutuskan memasuki fakultas FKIP jurusan Bahasa Inggris, justru jiwaku yang
perlu aku sembuhkan. Aku trauma, shok, dan kaget mengikuti pembelajaran di
kuliah. Aku sedikit stress, dan pelan-pelan aku mencoba mengatur tubuhku untuk
belajar di ruang penuh teralis besi dan LCD. Tak perlu waktu lama, meski dengan
tergopoh-gopoh dan IP yang cukup jongkok 2,6 aduh…menyedihkan. Iseng-iseng
untuk melepaskan kepenatan aku justru belajar jadi psikolog dengan menyebar
pamphlet aku beri judul “Cancer Boy” menerima konsultasi masalah
keluarga dan belajar, gratis, hubungi nomer berikut bla-bla bla. Aneh, ternyata
banyak orang yang terganggu jiwanya seperti saya, saya mendapat sepuluh cewek
dan empat cewek yang berani berkonsultasi langsung dengan saya. Ada yang merasa
tak bisa membagi waktu kuliah, ada juga yang dikejar-kejar dijodohin sama cowok
yang tidak dia suka. Aduh....ruwet juga jadi psikolog pikirku. Setelah memasuki
semester lima, aku mulai ada mata kuliah psikolinguistik, sedikit-sedikit aku
berkenalan dengan Freud melalui id, ego,
super ego. Sayang aku belum punya buku babon Freud yang The Interpretation
of Dream.
Kini, keinginanku belajar psikologi
belum surut. Aku berlagak bisa, meski belum banyak yang kupelajari dari
psikologi.Dan betapa bahagianya aku mendapat buku lawas berjudul “Ilmu Djiwa
Sederhana Psychologie, Penganyar, Sederhana, Praktis”. Buku ini ditulis oleh
Amir Hamzah Nasution, nama ini tak asing ditelingaku. Mungkin, sama dengan A.H.
Nasution. Ia adalah Inspektur Pendidikan Masjarakat (Jogja). Aku belum banyak
tentang struktur organisasi kependidikan di masa lampau. Tapi yang membuat aku
heran, ada penerbit yang hebat dengan nama “Usaha penerbit Tagore Medan”. Buku ini
diterbitkan di tahun 50-an. Aku hanya yakin, sebagaimana yang dibilang temanku Budiawan,
Herbert Feith pernah mengatakan masa tahun 50-an adalah masa lahirnya dan
tumbuhnya intelektual di indonesia. Buku ini adalah bagian dari buku yang ditulis
intelektuil indonesia. Psikologi menurut buku ini tak serumit yang kita
bayangkan. Menurut AH.Nasution “Djiwa adalah sesuatu jang abstrakt, jang
menjadi penggerak dan pengatur bagi sekalian laku, fikiran, perasaan, dan
kemauan seseorang dan jang memberi tjorak (stempel) kepadanja”. Berarti ilmu
psikologi adalah ilmu yang mempelajari djiwa manusia, baik berupa perasaan,
laku, fikiran, dan kemauan seseorang. Aristoteles membagi 3 matjam jiwa : djiwa
vegetatif, djiwa animal, dan noes. Djiwa
vegetatif adalah djiwa yang hanya untuk hidup dan melandjutkan hidup, djiwa animal adalah djiwa untuk menerima
kesan2 untuk gerakan dan laku, sedang noes adalah djiwa seorang intellek. Penulis juga menguraikan
pengertian djiwa menurut pemikir –pemikir masa lampau. Menurut Homerus misalnya
djiwa itu bersarang dalam hati atau pinggang tengah manusia. Menurut Plato,
bagian djiwa dapat dicari dalam bagian2 tubuh pikiran letaknja di
kepala, kemauan di dada, keinginan di dada bagian bawah. Sehingga ahli2
psikologi menyimpulkan bahwa Djiwa adalah kesatuan yang bisa mengontrol,
mengatur tindakan manusia, perasaan, dan kemauan manusia. Nasution juga membagi
manusia berdasarkan wataknya menjadi empat macam yakni :
1.
Manusia choleris : manusia yang lekas marah dan
ribut
2.
Manusia melankolis : muram, pesimist, selalu bersusah
hati, dan memandang berat
3.
Manusia flegmatis : tenang, tetap dan lambat
4.
Manusia sanguinis : gembira, dan selalu bertingkah
Di bagian akhir buku ini, A.H. Nasution mengutip Prof. E.
Spranger yang membagi merebut kuasa manusia menjadi enam macam :
1.
Manusia teoritis : mementingkan ilmu pengetahuan
2.
Manusia ekonomis : jang penting ekonomi, bekerdja,
tjari wang.
3.
Manusia seni : hidupnja
mentjipta untuk seni dan merasai kenikmatannja
4.
Manusia kuasa : mementingkan kuasa dan
berdjuang dalam politik untuk
5.
Manusia religius : hidup ini hanja untuk berbakti
kepada agama dan Tuhannya
6.
Manusia sosial : Menjediakan tenaga dan
hidupnja untuk kepentingan dan usaha sosial.
Belajar dan mengerti Psikologi melalui buku ini mendjadi
lebih praktis, dan ringkas. Psikologi penting untuk tahu bagaimana karakter,
watak dan sifat manusia. Dengan mengetahui psikologi, kita bisa menyesuaikan
dengan sikap dan watak seseorang. Sehingga kita bisa lebih mudah bergaul dan
diterima dalam lingkungan masyarakat. Psikologi juga penting untuk mengetahui
masalah-masalah kejiwaan kita dan cara menyelesaikannya. Buku ini adalah
sepintas bacaan untuk mengetahui psikologi.
No comments:
Post a Comment