klik disini untuk dapatkan dollar secara gratis!

Sunday 2 November 2014

Sinau Psikologi




Oleh Arif Saifudin Y*)

Belajar dan mengerti Psikologi melalui buku ini mendjadi lebih praktis, dan ringkas. Psikologi penting untuk tahu bagaimana karakter, watak dan sifat manusia. Dengan mengetahui psikologi, kita bisa menyesuaikan dengan sikap dan watak seseorang. Sehingga kita bisa lebih mudah bergaul dan diterima dalam lingkungan masyarakat. Psikologi juga penting untuk mengetahui masalah-masalah kejiwaan kita dan cara menyelesaikannya. Buku ini adalah sepintas bacaan untuk mengetahui psikologi

          Sebelum masuk kuliah, aku sebenarnya tertarik sekali dengan psikologi. Jurusan psikologi menjadi undangan dan rayuan untuk mengerti manusia lebih dalam. Maklum, semasa aku SMA, semenjak kelas satu sampai kelas dua aku selalu jadi konsultan bagi anak-anak perempuan di sekolahku. Konon, kata mereka, aku dianggap mengerti dan mampu dalam soal ‘masalah mereka’ terutama urusan agama. Aneh, padahal aku bukan ustadz, mungkin bibit ustadz ada dalam diriku, bahkan sewaktu kuliah aku di bilang sama cak nun : “koe pantes dadi ustadz” (kamu pantas dadi ustadz) sewaktu Maiyahan di Jogjakarta, waktu itu Busro hadir di Maiyahan. Ah, lupakan saja mimpi aku jadi psikolog, sewaktu melihat brosus kuliah di UMS pertama kali, aku merinding, mahal sekali biaya masuk psikologi. Kuurungkan niatku menjadi psikolog, tapi tak boleh berhenti belajar psikologi kataku dalam hati. Benar saja, setelah aku memutuskan memasuki fakultas FKIP jurusan Bahasa Inggris, justru jiwaku yang perlu aku sembuhkan. Aku trauma, shok, dan kaget mengikuti pembelajaran di kuliah. Aku sedikit stress, dan pelan-pelan aku mencoba mengatur tubuhku untuk belajar di ruang penuh teralis besi dan LCD. Tak perlu waktu lama, meski dengan tergopoh-gopoh dan IP yang cukup jongkok 2,6 aduh…menyedihkan. Iseng-iseng untuk melepaskan kepenatan aku justru belajar jadi psikolog dengan menyebar pamphlet aku beri judul “Cancer Boy” menerima konsultasi masalah keluarga dan belajar, gratis, hubungi nomer berikut bla-bla bla. Aneh, ternyata banyak orang yang terganggu jiwanya seperti saya, saya mendapat sepuluh cewek dan empat cewek yang berani berkonsultasi langsung dengan saya. Ada yang merasa tak bisa membagi waktu kuliah, ada juga yang dikejar-kejar dijodohin sama cowok yang tidak dia suka. Aduh....ruwet juga jadi psikolog pikirku. Setelah memasuki semester lima, aku mulai ada mata kuliah psikolinguistik, sedikit-sedikit aku berkenalan dengan Freud melalui id, ego, super ego. Sayang aku belum punya buku babon Freud yang The Interpretation of Dream.
          Kini, keinginanku belajar psikologi belum surut. Aku berlagak bisa, meski belum banyak yang kupelajari dari psikologi.Dan betapa bahagianya aku mendapat buku lawas berjudul “Ilmu Djiwa Sederhana Psychologie, Penganyar, Sederhana, Praktis”. Buku ini ditulis oleh Amir Hamzah Nasution, nama ini tak asing ditelingaku. Mungkin, sama dengan A.H. Nasution. Ia adalah Inspektur Pendidikan Masjarakat (Jogja). Aku belum banyak tentang struktur organisasi kependidikan di masa lampau. Tapi yang membuat aku heran, ada penerbit yang hebat dengan nama “Usaha penerbit Tagore Medan”. Buku ini diterbitkan di tahun 50-an. Aku hanya yakin, sebagaimana yang dibilang temanku Budiawan, Herbert Feith pernah mengatakan masa tahun 50-an adalah masa lahirnya dan tumbuhnya intelektual di indonesia. Buku ini adalah bagian dari buku yang ditulis intelektuil indonesia. Psikologi menurut buku ini tak serumit yang kita bayangkan. Menurut AH.Nasution “Djiwa adalah sesuatu jang abstrakt, jang menjadi penggerak dan pengatur bagi sekalian laku, fikiran, perasaan, dan kemauan seseorang dan jang memberi tjorak (stempel) kepadanja”. Berarti ilmu psikologi adalah ilmu yang mempelajari djiwa manusia, baik berupa perasaan, laku, fikiran, dan kemauan seseorang. Aristoteles membagi 3 matjam jiwa : djiwa vegetatif, djiwa animal, dan noes. Djiwa vegetatif adalah djiwa yang hanya untuk hidup dan melandjutkan hidup, djiwa animal adalah djiwa untuk menerima kesan2 untuk gerakan dan laku, sedang noes adalah djiwa seorang intellek. Penulis juga menguraikan pengertian djiwa menurut pemikir –pemikir masa lampau. Menurut Homerus misalnya djiwa itu bersarang dalam hati atau pinggang tengah manusia. Menurut Plato, bagian djiwa dapat dicari dalam bagian2 tubuh pikiran letaknja di kepala, kemauan di dada, keinginan di dada bagian bawah. Sehingga ahli2 psikologi menyimpulkan bahwa Djiwa adalah kesatuan yang bisa mengontrol, mengatur tindakan manusia, perasaan, dan kemauan manusia. Nasution juga membagi manusia berdasarkan wataknya menjadi empat macam yakni :
1.      Manusia choleris              : manusia yang lekas marah dan ribut
2.      Manusia melankolis                   : muram, pesimist, selalu bersusah hati, dan memandang berat
3.      Manusia flegmatis            : tenang, tetap dan lambat
4.      Manusia sanguinis           : gembira, dan selalu bertingkah
Di bagian akhir buku ini, A.H. Nasution mengutip Prof. E. Spranger yang membagi merebut kuasa manusia menjadi enam macam :
1.      Manusia teoritis               : mementingkan ilmu pengetahuan
2.      Manusia ekonomis          : jang penting ekonomi, bekerdja, tjari wang.
3.      Manusia seni                             : hidupnja mentjipta untuk seni dan merasai kenikmatannja
4.      Manusia kuasa                 : mementingkan kuasa dan berdjuang dalam politik untuk
5.      Manusia religius               : hidup ini hanja untuk berbakti kepada agama dan Tuhannya
6.      Manusia sosial                 : Menjediakan tenaga dan hidupnja untuk kepentingan dan usaha sosial.
Belajar dan mengerti Psikologi melalui buku ini mendjadi lebih praktis, dan ringkas. Psikologi penting untuk tahu bagaimana karakter, watak dan sifat manusia. Dengan mengetahui psikologi, kita bisa menyesuaikan dengan sikap dan watak seseorang. Sehingga kita bisa lebih mudah bergaul dan diterima dalam lingkungan masyarakat. Psikologi juga penting untuk mengetahui masalah-masalah kejiwaan kita dan cara menyelesaikannya. Buku ini adalah sepintas bacaan untuk mengetahui psikologi.



           
            


No comments:

Post a Comment