Oleh Arif Saifudin Yudistira*)
Pada
akhirnya, untuk belajar dan terus belajar, aku harus menaruh daftar prioritas
pada buku, bersama buku itulah aku menemukan ketentaraman jiwa, ketenangan
hati, sekaligus harapan bahwa Tuhan masih memenuhi janjinya dengan rejeki yang
tak disangka-sangka. Meski hutang menumpuk, dompet kosong, aku masih bisa
tersenyum, tersenyum, sembari menulis dan membaca buku
Siang itu, di hari Sabtu, 8 November 2014, di Sekolahanku ada workshop motivasi . Rencana, workshop itu mau diisi dari SD Muhammadiyah Sapen Yogyakarta. Pagi itu aku memulai aktifitas game bersama guru-guru di sekolahku. Gamenya yaitu memindahkan aqua botol yang dikerjakan bersama 5 orang. Setelah jam delapan pagi kami mulai berkeringat, aku mulai siap-siap izin. Loh….Bersamaan dengan itu ada seminar nasional di UMS yang rencananya akan dihadiri Jokowi, Dahlan Iskan dan Andar Nubowo. Tokoh-tokoh ini aku kenali, lewat tulisan, berita dan juga tulisan mereka. Andar nubowo sendiri aku tunggu karena konon ia habis menyelesaikan studinya di perancis. Aku menunggu Bus way tak sampai lima menit, setelah aku memasuki di depan auditorium tempat seminar, tiba-tiba aku melihat suasana di sekitar seminar begitu sepi. Aku bertanya kepada satpam kampus, ternyata seminar diundur tanggal 29 november, aduh…., aku memutuskan untuk mampir ke kantin UMS. Disana aku bertemu Alip, aku pinjam motornya, setelah itu aku bawa ke Gladag. Di sinilah aku bertemu Enthis, penjual buku murah bin super murah. Karena saking murahnya aku dapat buku empat seharga lima ribuan, totalnya habis Rp.20.000,00. Meski dikantongku tinggal sepuluh ribu rupiah, aku tekadkan untuk membeli buku lagi karena tawaran kios buku yang paling depan. Aku mendapat buku lucu berjudul ukurlah iq anak anda dan beruntunglah aku, harganya Cuma Rp. 5 ribu rupiah, dan buku mengajak menulis bersama anak-anak, terbitan tiga serangkai. Kalau tidak di toko buku bekas Rp. 23.000,00, tetapi karena di toko buku bekas harganya Rp.5.000,00. Aku sumringah, pulang bersama sekeresek buku, sekeresek makanan ringan oleh-oleh dari donor darah.
Aku mendapati buku lawas bagus di toko
buku Entis, buku itu berjudul Pribadi dan
Pekerjaanmu(1950),buku ini diterjemahkan dari buku aslinya yang berjudul Your Personality and Your Job garapan
Chicago, Illinois, U.S.A. aku bahagia, sebab serial sebelumnya sudah kudapat
dan kuulas. Buku-buku ini seperti serangkaian buku yang mengulas dan mengupas
urusan jiwa dan pendidikan. Berbeda dari buku sebelumnya, buku ini lebih
mengurusi tentang kepribadian dan pekerjaan. Ah, teringat tentang pekerjaan,
aku masih bertanya-tanya tentang hakikat kerja. Kerja sebagai manusia, apakah
kerja makin memanusiakan manusia?. Saya kira ini penting, yang saya rasakan,
rasa terkekang, tak betah, sampai pada tekanan psikis justru tanda-tanda
pekerjaan tak semakin memanusiakan manusia. Manusia modern tak merasakan kerja
sebagai bagian peningkatan kualitas diri, orang lebih menganggap kerja sebagai
cara agar memenuhi kebutuhan semata. Setelah manusia bekerja, mereka justru
mengalami penurunan kualitas diri. Apakah saya juga demikian?, mungkin….
Saya merasai waktu untuk membaca,
menulis, mesti dibatasi, tetapi lebih dari itu, saya lebih belajar banyak
tentang dunia anak dari realitas. Dari anak itulah saya belajar tentang makhluk
hidup, bernama :manusia. Buku bersampul wagu, juga lugu ini ternyata membuka
pengetahuanku tentang pekerjaan. Pekerjaan bukan sekadar usaha memenuhi
kebutuhan, lebih dari itu ia membutuhkan lingkungan yang sesuai, dan memberi
kepuasan bagi jiwa. Urusan jiwa ini penting, sebab percuma kita bekerja, bila
jiwa kita tak puas. Sebagaimana yang disebut di buku ini, ternyata banyak orang
tak puas secara jiwa meski mereka bekerja. “Pekerdjaan jang tak member kepuasan
djauh lebih banjak terdapat daripada jang kamu sangka. Begitu banjak sehingga
djanganlah pertjaja kamu setjara kebetulan akan mendapat pekerdjaan jang
senantiasa akan memuaskan bagimu”, lebih lanjut Daniel Sinick (1950) menuliskan
: Menurut Karl Menninger, seorang tokoh dalam bidang psychiatri (tjabang ilmu
kedokteran jang mengobati penjakit djiwa) banyak pasien2 jang pergi
ke ahli penjakit djiwa adalah mereka jang tidak tjukup mendapat kepuasan dari
pekerdjaannja”(h.4). Syukurlah, saya lebih sering pergi ke sahabat-sahabat saya
dari pada ke dokter psikiatri.
Pekerjaan akan membawa kepuasan, bila factor
berikut ini terpenuhi. Penulis menilai kepuasan kerja terpenuhi bila isi
pekerjaannya memuaskan dan situasi pekerjaannya nyaman. Pekerjaan akan berjalan
dengan lancar, tanpa suatu gangguan apapun bila memenuhi kebutuhan-kebutuhan
berikut ini. Diantaranya : mengalami kasih sayang, kebutuhan untuk diterima
orang lain, kebutuhan kehormatan diri, kebutuhan rasa hormat pada orang lain,
kebutuhan akan keindahan, dan terakhir kebutuhan untuk mewujudkan bakat-bakat
kita setinggi mungkin (h.33-34). Kebanyakan orang mengalami tidak betah
terhadap pekerjaan karena kebutuhan-kebutuhan diatas tadi tidak terpenuhi. Orang
tak hanya memerlukan penghargaan terhadap diri sendiri, tetapi orang juga perlu
memperhatikan bahwa dirinya juga diperhatikan oleh orang lain.
Bagiku, aku merasa belum sepenuhnya
menjadi manusia pekerja yang nyaman dan aman. Bagiku, menciptakan karya yang
lebih besar menjadi tantangan dan semangat sendiri bagiku dalam bekerja. Mengajar
adalah caraku untuk sebanyak-banyaknya belajar, banyak hal yang belum
kupelajari, banyak hal yang belum kutahu, karena itulah aku masih membaca,
membaca, dan menulis. Pada akhirnya, untuk belajar dan terus belajar, aku harus
menaruh daftar prioritas pada buku, bersama buku itulah aku menemukan
ketentaraman jiwa, ketenangan hati, sekaligus harapan bahwa Tuhan masih
memenuhi janjinya dengan rejeki yang tak disangka-sangka. Meski hutang
menumpuk, dompet kosong, aku masih bisa tersenyum, tersenyum, sembari menulis
dan membaca buku. Ah…pekerjaan, menurutku bekerja adalah berkarya, saya rasa
inilah alasanku mengapa aku bekerja, dari bekerja itulah aku bisa belajar lebih
banyak tentang banyak hal melalui buku-buku yang aku punya.
No comments:
Post a Comment