klik disini untuk dapatkan dollar secara gratis!

Monday 21 July 2014

Sebaris Sajak Pendek



Judul buku   “Cinta, Kenangan, dan Hal-Hal Yang Tak Selesai”
Penerbit        Gramedia Pustaka Utama
Tahun            2011
Tebal             235 halaman
Harga            Rp.41.225,00
ISBN              978-979-22-7653-4


Oleh Arif saifudin yudistira*)

Puisi adalah pesta,itulah pesta yang bertahan melawan musim,di tempat-tempat yang jarang dikunjungi orang-sebuah keriangan pesta bawah tanah(oktavio Paz)

      Kumpulan sajak ini adalah pesta anak muda, anak muda yang sering tak mampu menuangkan hasrat, rasa, juga kelu lidah yang akhirnya mereka tuangkan dalam bentuk sajak. Pesta tak sekadar menghadirkan senyum, tawa atau pun mabuk yang tak tertahankan. Anak-anak muda dalam puisi ini, para penyair dalam kumpulan sajak ini tak hanya mabuk cinta, tetapi juga mabuk kata. Buku kumpulan ini adalah pesta kata, yang ingin mengungkap cinta dengan berjuta kata-kata. Cinta tak habis dengan kata-kata, cinta tak habis pula diperistiwa. Kumpulan sajak ini tak salah jika diberi tajuk”Cinta, kenangan, dan Hal yang tak selesai”. Kumpulan sajak ini tak seperti yang kita kira, berhenti pada hand-phone kita, kemudian di kirim kepada kekasih kita, tapi ia akan melekat pada hati kita, peristiwa kita, karena sajak ini adalah gambaran manusia kasmaran, gambaran kita yang tak sempat memendam angan ketika dilanda kerinduan.Bandingkan dengan pepatah jawa yang mengatakan : “Witing tresno jalaran soko kulino”(cinta itu berawal dari kebiasaan). Kebiasaan-kebiasaan kita mengungkapkan kata cinta seringkali hanya berdiam dicatatan keseharian kita, berhenti di memori handphone kita. Oleh karena itu, ketekunan pengumpul dalam sajak-sajak ini bukan hanya memberikan bukti bahwa kata-kata cinta patut diabadikan, patut dikabarkan, dan juga dikabarkan ,melainkan cinta itu tak pernah selesai dalam beribu zaman.
         Zaman modernitas mengajak kita hadir dengan beribu riuh peristiwa, beribu riuh manipulasi, tapi modernitas juga menghadirkan ribuan kata-kata yang hadir sebagai ekspresi manusia yang mutakhir,cepat dan sekelebat. Media social yang hadir pun digunakan manusia untuk menuangkan ekspresi, rasa, juga berbagai peristiwa dihadirkan disana. Kumpulan sajak ini membuktikan, bahwa sastra cyber, tak kalah dengan sastra yang ada di media-media lain. Maka itulah, buku kumpulan puisi ini patut dihadirkan untuk merayakan dan mengabarkan cybernet tak beda dengan yang di Koran-koran, majalah-majalah dan lain-lain.

Sihir Kata Dan Pesta 

“Sebagai pengarang saya masih lebih percaya kepada kekuatan kata daripada kekuatan peluru yang gaungnya hanya akan berlangsung sekian bagian dari menit, bahkan detik”(pramudya). Beberapa penyair dalam sajak-sajak cinta yang dihimpun dalam buku ini percaya, cinta bukan perkara remeh dan hilang dalam sekejap mata. Pengarang dalam buku ini pun menyadari kekuatan kata sebagaimana pramudya berujar. Ia akan melesat kemudian hari, tak berhenti untuk menyapa, memanggil-manggil, ada cinta dalam buku yang kecil tapi berjuta makna ini.Buku kumpulan sajak Cinta, Kenangan, Dan Hal Yang Tak Selesai,adalah sihir kata. Kata-kata dalam buku ini memberikan sihir, seolah-olah kita diajak melakukan perjalanan, peristiwa, hingga kita merasai ada imajinasi yang tak berhenti ketika-kata-kata tersebut dihadirkan. “cinta adalah lengan-lengan Tuhan, yang memelukkan kebahagiaan”(@sekedar kata). Dari kata-kata sederhana itu, tentu kita tak hanya akan berhenti pada satu tafsir,tapi seolah kita diajak berimajinasi dalam ruang yang luas, cinta memelukkan kebahagiaan. Para penyair adalah denyut arus ritmis generasi-generasi. Para penyair ini berhak bersajak, berhak menyalurkan kata-kata mereka, perasaan mereka. Dan sajak-sajak ini berbeda dengan sajak-sajak penyair kenamaan. Penyair-penyair kenamaan cenderung menghadirkan sajak-sajak mereka buta, karena mereka tak peduli pada pembaca. Pembaca cenderung diajak bersusah payah, berkerut kening, dan melupakan sajak-sajaknya sendiri. Dari para penyair-penyair inilah, ritmis generasi modern dihadirkan, dan lebih menyapa pembaca dengan sajak-sajak sederhana. Singkat, padat, jelas, dan menyapa pembaca dengan imajinasi yang berguguran, peristiwa, juga makna yang tak sembarang. Para penyair dalam buku ini berpesta, bukan untuk dirinya saja, tapi mencoba mengajak teman-teman, kekasih, rekan-rekan sejawat, karena dihadirkan dalam media social(twitter) dan kali ini pesta mereka menemui pembaca lain yang dihadirkan bersamaan hadirnya buku ini. Sajak-sajak ini pendek, tapi tak pendek usia, ia bisa jadi teman tidur, teman santai, sambil menerawang dan menerka-nerka makna cinta.
      Cinta memang bukan hanya kata, tapi juga peristiwa yang tak lekang dimakan usia,sebagaimana buku ini dihadirkan, cinta pun demikian halnya. Buku kumpulan puisi ini adalah kata-kata sederhana, sesederhana cinta yang tulus tak meminta balas pada pencintanya. Maka sajak ini tak lain dan tak bukan adalah kumpulan sajak cinta yang meski diungkapkan dalam sebait kata-kata tapi ia tak lekang dimakan usia. Terakhir kali, sajak-sajak ini memang pendek, tapi ia tak meluncur begitu saja, di dalamnya tersimpan peristiwa, menyimpan rasa, dan menyimpan duka. Sebagaimana Gunawan Muhammad berujar : “Puisi mengembalikan kata pada peristiwa”. Buku kumpulan sajak ini dihadirkan tentu dengan maksud mengekalkan cinta, yang meskipun berhenti dalam dua tiga kata, tapi tidak akan berhenti meski manusia dan yang dicintai mati meninggalkan kata cintanya.

*) Peresensi adalah Alumnus UMS , bergiat di komunitas tanda Tanya dan Pengajian Puisi. 


          

No comments:

Post a Comment