Judul
buku : My
Brief History
Penulis : Stephen
Hawking
Tahun : 2014
Penerbit : Gramedia
Pustaka Utama
Halaman
: 152
Halaman
ISBN :
978-602-03-0006-1
Oleh Arif Saifudin Yudistira*)
Hawking telah menunjukkan kepada kita bahwa dalam waktu yang singkat dan tidak pernah terbayangkan sebelumnya, ia justru melakukan perubahan di saat-saat ia hampir jatuh di usia mudanya. Ia telah menjalani hidup yang bernas dan memuaskan.
Pengetahuan
akan mengantarkan kita kepada kebijaksanaan. Begitulah para filsuf berujar,
bahwa semakin tinggi pengetahuan, maka seseorang akan lebih bijak dalam
menghadapi hidup. Hal seperti itulah yang dialami Stephen Hawking. Ilmuwan yang
tak berhenti untuk menanyakan dan mencari tahu bagaimana cara kerja alam. Stephen
Hawking lahir dari keluarga petani penggarap di Yorkshire, Inggris. Ayah
Hawking adalah seorang peneliti, ia mewarisi semangat yang diwariskan dari
Ayahnya. Ayahnya melakukan penelitian di tahun 1937 tentang penyakit tropis di
Afrika Timur. Ia dilahirkan pada tanggal
yang unik, keunikannya tentu berkait dengan sejarah astronomi. Ia dilahirkan
tanggal 8 januari 1942 tepat tiga ratus tahun sesudah kematian Galileo.
Tanda-tanda bahwa ia memiliki ketertarikan dengan hal yang berbau sains sudah
nampak di masa kecilnya. Bila Einstein sangat tertarik dengan kompas, maka
Hawking kecil sangat suka dengan mainan kereta api. Di masa kecilnya ia bahkan
memilih kereta api listrik. Waktu itu, ia berusaha memperbaiki keretanya yang
rusak, meski gagal. Ketertarikannya kepada ilmu alam dimulai saat ia jatuh
cinta dan menyukai fisika. Ketika di St. Albans School, ia memperoleh bea
siswa, hal ini diakibatkan karena kondisi keluarganya yang pas-pasan. Ia
menuliskan pemahamannya mengenai kesukaannya itu : “Dalam fisika, tidak penting
dari mana asal sekolah kita, atau siapa kerabat kita. Yang penting adalah apa
yang kita lakukan”. Hal inilah yang membuat ia menyukai eksperimen dan
pengamatan berbau sains. Ia mendapat julukan Einstein oleh teman-temannya,
meski demikian tulisan tangannya membuat gurunya pusing dan tidak rapi (h.29). Dalam
buku ini, Hawking menuliskan bagaimana evolusi pemikirannya memecahkan misteri
alam.
Buku setebal 152 halaman ini berkisah tentang
bagaimana Hawking yang sebelumnya mengalami kesulitan dalam bersosial dan tidak
begitu pandai yang berubah menjadi pribadi yang memiliki keyakinan kuat dan
ketekunan luar biasa. Sebelum ia menemukan jiwanya dan kecintaannya pada
astronomi, ia belajar bersama Ayahnya tentang matematika hingga melampaui
pengetahuan yang dimiliki Ayahnya. Ia mengatakan mengenai pilihan dan
ketertarikannya pada Fisika dan Astronomi : “ Fisika dan Astronomi menawarkan
harapan memahami dari mana kita datang
dan mengapa kita ada disini”. Ia ingin merenungi alam semesta ini dan
memecahkan misteri-misterinya melalui penelitian-penelitiannya. Perjuangannya
mengantarkan ia kepada universitas Oxford. Disanalah ia kelak memulai
penelitian dan karir panjangnya sebagai ilmuwan. Meski demikian, saat ia
berusia 21 tahun, ia divonis menderita ALS (Amyothropic lateral sclerosis)
penyakit syaraf motorik yang menyerang
sel syaraf pengendali otot yang menyebabkan tubuh secara bertahap lumpuh dan
otot mengalami kejang-kejang. Hawking justru menemukan sesuatu alasan bahwa ketika
ia menghadapi kemungkinan mati muda, ia justru membuat hidup menjadi layak
dijalani dan ada banyak hal yang ingin dilakukan. Hal itu dibuktikan dengan
bagaimana ia kuat dan mulai menghadapi hidup dengan memanfaatkan segala yang ia
miliki. Ketika jatuh dari tangga, ia mengalami masa-masa kesepian dan hampir
putus asa. Tetapi kemudian, ia menemukan semangat bersama Jane, yang kelak
bersamanya menjadi isterinya. Setelah menikah dengan Jane, dan hidup bersama
anak-anaknya, ia mencoba terus berkarya sampai akhirnya ia lulus Ph.D. Untuk membiayai hidup keluarganya ia berusaha
memperoleh beasiswa riset. Saat itulah ia memulai penelitian tentang berbagai
teori dan melakukan penyelidikan ulang tentang teori Ledakan Besar dan Lubang
Hitam. Pencariannya tentang misteri penciptaan kemudian ikut pula membawa ia
merumuskan teori tentang waktu khayal. Saat-saat
ia menderita ALS ia manfaatkan sedemikian rupa untuk melakukan sesuatu sebaik
mungkin. Meskipun akhirnya isterinya tak kuat dan akhirnya bercerai dengannya.
Hawking kemudian tetap bangkit dan melakukan penemuan-penemuan pentingnya di
bidang sains. Di bagian akhir buku ini kita akan menemukan bahwa Hawking merasa
puas dengan hidupnya. Ia mencoba kursi roda listrik yang sangat langka yang
diciptakan khusus untuknya hingga kursi roda itu tak diproduksi lagi. Ia
menemukan keajaiban bagaimana suara sangat mempengaruhi manusia. Ia mengatakan
: “ketika suaramu tidak jelas, maka kau akan dikira orang yang cacat mental”.
Ia pun telah berhasil dalam karier sains yakni mengenai teorinya tentang emisi
kuantum lubang hitam. Ia memperoleh Fundamental Physics Prize. Meski belum
mendapatkan nobel, karena apa yang ia temukan sukar sekali dibuktikan dengan
percobaan.
Stephen
Hawking adalah satu dari sekian ilmuwan fisika yang dikenal selain Einstein.
Meski demikian, Hawking telah menunjukkan kepada kita bahwa dalam waktu yang
singkat dan tidak pernah terbayangkan sebelumnya, ia justru melakukan perubahan
di saat-saat ia hampir jatuh di usia mudanya. Ia telah menjalani hidup yang
bernas dan memuaskan. Ia sudah melakukan pelbagai hal dengan segala
keterbatasannya. Melihat Hawking kita diajak untuk mengerti bagaimana
sebenarnya alam mengajarkan kita tentang banyak hal. Dan dari pengetahuan dan
semangat kita untuk mengenali alam, dan memperhatikan gejalanya, kita bisa
menaklukkannya. Hawking telah menemukan keajaiban pengetahuan dengan
penemuannya, sekaligus ia mampu menaklukkan alam dengan modal yang ia miliki
meski dengan segala keterbatasannya.
*) Penulis adalah Pengasuh
MIM PK Kartasura, Santri Bilik Literasi SOLO
*) Dimuat di HARIAN SOLO POS
No comments:
Post a Comment