klik disini untuk dapatkan dollar secara gratis!

Monday 21 July 2014

Stephen Hawking dan Keajaiban Pengetahuan


Judul buku                             : My Brief History
Penulis                                    : Stephen Hawking
Tahun                                     : 2014
Penerbit                                 : Gramedia Pustaka Utama
Halaman                                 : 152 Halaman
ISBN                                        : 978-602-03-0006-1


Oleh Arif Saifudin Yudistira*)

           Hawking telah menunjukkan kepada kita bahwa dalam waktu yang singkat dan tidak pernah terbayangkan sebelumnya, ia justru melakukan perubahan di saat-saat ia hampir jatuh di usia mudanya. Ia telah menjalani hidup yang bernas dan memuaskan

         Pengetahuan akan mengantarkan kita kepada kebijaksanaan. Begitulah para filsuf berujar, bahwa semakin tinggi pengetahuan, maka seseorang akan lebih bijak dalam menghadapi hidup. Hal seperti itulah yang dialami Stephen Hawking. Ilmuwan yang tak berhenti untuk menanyakan dan mencari tahu bagaimana cara kerja alam. Stephen Hawking lahir dari keluarga petani penggarap di Yorkshire, Inggris. Ayah Hawking adalah seorang peneliti, ia mewarisi semangat yang diwariskan dari Ayahnya. Ayahnya melakukan penelitian di tahun 1937 tentang penyakit tropis di Afrika Timur.  Ia dilahirkan pada tanggal yang unik, keunikannya tentu berkait dengan sejarah astronomi. Ia dilahirkan tanggal 8 januari 1942 tepat tiga ratus tahun sesudah kematian Galileo. Tanda-tanda bahwa ia memiliki ketertarikan dengan hal yang berbau sains sudah nampak di masa kecilnya. Bila Einstein sangat tertarik dengan kompas, maka Hawking kecil sangat suka dengan mainan kereta api. Di masa kecilnya ia bahkan memilih kereta api listrik. Waktu itu, ia berusaha memperbaiki keretanya yang rusak, meski gagal. Ketertarikannya kepada ilmu alam dimulai saat ia jatuh cinta dan menyukai fisika. Ketika di St. Albans School, ia memperoleh bea siswa, hal ini diakibatkan karena kondisi keluarganya yang pas-pasan. Ia menuliskan pemahamannya mengenai kesukaannya itu : “Dalam fisika, tidak penting dari mana asal sekolah kita, atau siapa kerabat kita. Yang penting adalah apa yang kita lakukan”. Hal inilah yang membuat ia menyukai eksperimen dan pengamatan berbau sains. Ia mendapat julukan Einstein oleh teman-temannya, meski demikian tulisan tangannya membuat gurunya pusing dan tidak rapi (h.29). Dalam buku ini, Hawking menuliskan bagaimana evolusi pemikirannya memecahkan misteri alam.

Buku setebal 152 halaman ini berkisah tentang bagaimana Hawking yang sebelumnya mengalami kesulitan dalam bersosial dan tidak begitu pandai yang berubah menjadi pribadi yang memiliki keyakinan kuat dan ketekunan luar biasa. Sebelum ia menemukan jiwanya dan kecintaannya pada astronomi, ia belajar bersama Ayahnya tentang matematika hingga melampaui pengetahuan yang dimiliki Ayahnya. Ia mengatakan mengenai pilihan dan ketertarikannya pada Fisika dan Astronomi : “ Fisika dan Astronomi menawarkan harapan memahami dari mana kita datang  dan mengapa kita ada disini”. Ia ingin merenungi alam semesta ini dan memecahkan misteri-misterinya melalui penelitian-penelitiannya. Perjuangannya mengantarkan ia kepada universitas Oxford. Disanalah ia kelak memulai penelitian dan karir panjangnya sebagai ilmuwan. Meski demikian, saat ia berusia 21 tahun, ia divonis menderita ALS (Amyothropic lateral sclerosis) penyakit syaraf motorik  yang menyerang sel syaraf pengendali otot yang menyebabkan tubuh secara bertahap lumpuh dan otot mengalami kejang-kejang. Hawking justru menemukan sesuatu alasan bahwa ketika ia menghadapi kemungkinan mati muda, ia justru membuat hidup menjadi layak dijalani dan ada banyak hal yang ingin dilakukan. Hal itu dibuktikan dengan bagaimana ia kuat dan mulai menghadapi hidup dengan memanfaatkan segala yang ia miliki. Ketika jatuh dari tangga, ia mengalami masa-masa kesepian dan hampir putus asa. Tetapi kemudian, ia menemukan semangat bersama Jane, yang kelak bersamanya menjadi isterinya. Setelah menikah dengan Jane, dan hidup bersama anak-anaknya, ia mencoba terus berkarya sampai akhirnya ia lulus Ph.D.  Untuk membiayai hidup keluarganya ia berusaha memperoleh beasiswa riset. Saat itulah ia memulai penelitian tentang berbagai teori dan melakukan penyelidikan ulang tentang teori Ledakan Besar dan Lubang Hitam. Pencariannya tentang misteri penciptaan kemudian ikut pula membawa ia merumuskan teori tentang waktu khayal.        Saat-saat ia menderita ALS ia manfaatkan sedemikian rupa untuk melakukan sesuatu sebaik mungkin. Meskipun akhirnya isterinya tak kuat dan akhirnya bercerai dengannya. Hawking kemudian tetap bangkit dan melakukan penemuan-penemuan pentingnya di bidang sains. Di bagian akhir buku ini kita akan menemukan bahwa Hawking merasa puas dengan hidupnya. Ia mencoba kursi roda listrik yang sangat langka yang diciptakan khusus untuknya hingga kursi roda itu tak diproduksi lagi. Ia menemukan keajaiban bagaimana suara sangat mempengaruhi manusia. Ia mengatakan : “ketika suaramu tidak jelas, maka kau akan dikira orang yang cacat mental”. Ia pun telah berhasil dalam karier sains yakni mengenai teorinya tentang emisi kuantum lubang hitam. Ia memperoleh Fundamental Physics Prize. Meski belum mendapatkan nobel, karena apa yang ia temukan sukar sekali dibuktikan dengan percobaan.
            Stephen Hawking adalah satu dari sekian ilmuwan fisika yang dikenal selain Einstein. Meski demikian, Hawking telah menunjukkan kepada kita bahwa dalam waktu yang singkat dan tidak pernah terbayangkan sebelumnya, ia justru melakukan perubahan di saat-saat ia hampir jatuh di usia mudanya. Ia telah menjalani hidup yang bernas dan memuaskanIa sudah melakukan pelbagai hal dengan segala keterbatasannya. Melihat Hawking kita diajak untuk mengerti bagaimana sebenarnya alam mengajarkan kita tentang banyak hal. Dan dari pengetahuan dan semangat kita untuk mengenali alam, dan memperhatikan gejalanya, kita bisa menaklukkannya. Hawking telah menemukan keajaiban pengetahuan dengan penemuannya, sekaligus ia mampu menaklukkan alam dengan modal yang ia miliki meski dengan segala keterbatasannya.


*) Penulis adalah Pengasuh MIM PK Kartasura, Santri Bilik Literasi SOLO
*) Dimuat di HARIAN SOLO POS 

            

No comments:

Post a Comment