Judul
buku :
Mengislamkan Jawa ; Sejarah Islamisasi di Jawa dan Penentangnya dari
1930-sekarang
Penulis
:
M.c.Ricklefs
Tahun : November
2013
ISBN :
978-979-024-408-5
Halaman : 890 halaman
Harga :
Rp.120.000,00
Oleh Arif Saifudin Yudistira*)
Buku karya sejarawan M.C.Ricklefs
ini melengkapi daftar buku sejarah Islam Jawa yang pernah ada. Bila Clifford
Geertz pernah menulis buku tentang sejarah Islam di Jawa yakni bertajuk The religion of Java yang menyoroti
bagaimana klasifikasi masyarakat islam di Jawa, utamanya di wilayah mojokuto. Bachtiar
effendi menulis buku bertajuk Islamic and
the state in Indonesia, yang menyoroti bagaimana peran Negara dan islam
dalam periode orde baru, maka buku M.C.ricklefs ini memotret bagaimana sejarah
panjang dan potret masyarakat islam yang ada di Jawa ini sejak kemunculannya
utamanya (1930-an) atau masa sebelum kemerdekaan hingga paska kemerdekaan
bahkan hingga sekarang. Kajian Ricklefs menunjukkan bahwa di masa 1930-an islam
berjuang keras untuk menunjukkan kemenangannya diantara sekian ribu masyarakat
hindu-buddha di tanah Jawa ini. Ricklefs menunjukkan bagaimana islamisasi
ditempuh dengan hibridisasi antara kedua kebudayaan islam dan Jawa. Kita
mendengar kisah bagaimana dalam kitab Usulbiyah yang mengisahkan bahwasannya
Nabi Muhammad digambarkan mengenakan mahkota dari emas dari Majapahit, dan
dengan demikian gambaran tersebut mempersatukan symbol kekuasaan yang besar :
Islam dan Jawa (h.33).
Dengan keberlimpahan data dan
sumber utama, Ricklefs mengamati di tahun-tahun sebelum kemerdekaan, Islam
ditempuh dengan cara-cara kebudayaan. Di masa-masa kerajaan-kerajaan Islam
masih berdiri di tanah Jawa, mulailah pula bagaimana kemudian kebudayaan Islam
melebur dan menyatukan diri dengan kebudayaan Jawa. Sinkretisme itulah yang
kemudian dilakukan oleh raja-raja Islam dengan menerbitkan karya-karya dan
menuliskan buku-buku yang bernuansakan kebudayaan Islam baik buku sejarah
maupun sastra. Karya-karya sastra bisa berupa serat dan naskah anggitan para
raja-raja Jawa berisi nasehat dan penuntun hidup bagi anak-anaknya, ataupun
seperti karya sastra yang monumental yang ditulis abad ke-19 yakni Serat Centhini yang berisi khazanah dan
penuh dengan filsafat Jawa. Ricklefs menunjukkan bahwa islam di tahun-tahun
1930-an masih kental dengan tradisi local, mistisisme yang erat dengan
kebudayaan Hindhu-Buddha. Di masa-masa ini pula, masyarakat Islam Jawa tidak
hanya kental dengan mitologi Ratu Kidul yang dianggap sebagai penguasa dalam jagad halus di dalam masyarakat Jawa. Di
tahun-tahun ini pula, muncul harapan dan impian masyarakat Jawa akan hadirnya
sosok euracakra atau Ratu Adil yang
kelak diharapkan membawa perubahan dan memimpin mereka ke arah yang lebih baik.
Kisah Ratu Adil pernah mewarnai dalam sejarah perjuangan sebelum kemerdekaan.
Tidak hanya pangeran Diponegoro pemimpin perang Jawa yang diyakini masyarakat
islam sebagai Ratu Adil, tapi juga Tjokroaminoto yang juga diyakini sebagai
Euracakra bagi masyarakat Jawa.
Kemudian, sebagaimana Ricklefs
menyebutkan masa polarisasi Islam, masyarakat Islam Jawa mulai menunjukkan
variasi yang cukup beragam. Masyarakat Islam Jawa kemudian terbagi ke dalam
kelompok Islam sesuai dengan organisasi maupun gerakan Islam yang lahir di masa
itu. Seperti Sarekat Islam, Persis, Muhammadiyah, maupun NU. Meski demikian, di
masa-masa revolusi, Islam kemudian mampu menjadi pemersatu dalam perjuangan
melawan penjajah. Spirit Islam menjadi symbol dan lambang bagi perlawanan
terhadap kolonialisme. Hal ini tidak hanya dipicu oleh penindasan dan
penjajahan yang dilakukan oleh kaum kolonial, tetapi juga dipicu karena adanya
misi kristenisasi dari kalangan penjajah. Hal itulah yang semakin mendorong
bagi persatuan islam di masa revolusi. Pangeran Diponegoro dijadikan symbol dan
penyemangat dalam perjuangan, hingga kisah heroisme Bung Tomo yang memimpin
perang melawan Inggris di Surabaya dengan semangat perang sabil.
Ricklefs membagi fase perkembangan
Islam di Jawa menjadi beberapa fase penting. Pertama, ia menunjukkan bagaimana kemunculan dan sejarah
hibridisasi islam di tanah Jawa. Kedua,
ia menunjukkan bagaimana eksperimen kebebasan pertama yang dilakukan oleh kaum komunis di masa 1950-66.
Ketiga, Eksperimen totalitarian (I)
yang dilakukan oleh kalangan kebatinan, Kristen, hingga pemerintah dari
1966-80-an. Keempat, Eksperimen
totalitarian (II) yang dilakukan oleh Negara melalui agen-agennya antara tahun
1980-an hingga 98. Kelima, adanya
keseimbangan santri-abangan dan juga dinamisasi masyarakat islam yang kian
stabil dan mencoba membendung dari gerakan radikal. Di bagian penutup Ricklefs
menunjukkan bagaimana relevansi kajiannya dalam tiga konteks utama. Pertama, di dalam sejarah agama, kedua
di dalam dunia islam kontemporer, dan terakhir dalam mengupayakan hidup yang
lebih baik.
Poin utama kajian Riklefs dalam
buku ini adalah gambaran yang dia tunjukkan bahwa di masa sekarang,
Islam di tanah Jawa sudah kian menunjukkan perubahan dan kemajuan yang sepertinya sulit untuk berbalik ke arah belakang. Selain tidak relevannya dikotomi masyarakat Islam baik santri, abangan, maupun priyayi.
Alih-alih demikian, kalangan Islam
sudah lebih memikirkan bagaimana kemudian Islamisasi dipayungi oleh Negara dan
dipimpin oleh khilafah. Disamping dengan gerakan dakwahisme dan juga Islamis
yang tetap menjaga dan menjadi payung bagi bangsa yang diusung oleh kalangan
Muhammadiyah dan NU. Disamping itu, islam di Jawa juga menunjukkan
perlawanannya kepada gerakan ekstremis dan terror yang dilakukan oleh
sekelompok orang yang mengusung panji islam. Berbagai catatan dan dinamika
Islam yang dihimpun Ricklefs ini pun disertai dengan pembacaan Rickelfs
terhadap perkembangan Islam di masa mendatang menyusul berkembangnya islamisasi
di kalangan pendidikan yang hadir di sekolah-sekolah dari tingkat dasar hingga
perguruan tinggi. Selain itu, Ricklefs juga tak meninggalkan pengamatannya
kepada peran dan gerakan dakwahisme sebagaimana yang gencar dan massif
dilakukan oleh organisasi islam akar rumput seperti MTA, HTI, hingga gerakan
dan kelompok islam lainnya. Buku ini seolah menunjukkan bahwa kemenangan
Islamisasi di tanah Jawa ini kelak akan menimbulkan peran besar dalam
perkembangan islam bila dihadapkan pada posisi kebangsaan dan keindonesiaan
pada khususnya, serta pengaruhnya pada dunia pada umumnya.
*)Penulis adalah Santri BILIK LITERASI
SOLO, Pengasuh MIM PK KARTASURA
*)Pernah di muat di SOLO POS
No comments:
Post a Comment