klik disini untuk dapatkan dollar secara gratis!

Monday 21 July 2014

Sejarah Panjang Islamisasi di Tanah Jawa



Judul buku                             : Mengislamkan Jawa ; Sejarah Islamisasi di Jawa dan Penentangnya dari 1930-sekarang
Penulis                                    : M.c.Ricklefs
Tahun                                     : November 2013
ISBN                                        : 978-979-024-408-5
Halaman                                 : 890 halaman
Harga                                      : Rp.120.000,00

Oleh Arif Saifudin Yudistira*)

              Buku karya sejarawan M.C.Ricklefs ini melengkapi daftar buku sejarah Islam Jawa yang pernah ada. Bila Clifford Geertz pernah menulis buku tentang sejarah Islam di Jawa yakni bertajuk The religion of Java yang menyoroti bagaimana klasifikasi masyarakat islam di Jawa, utamanya di wilayah mojokuto. Bachtiar effendi menulis buku bertajuk Islamic and the state in Indonesia, yang menyoroti bagaimana peran Negara dan islam dalam periode orde baru, maka buku M.C.ricklefs ini memotret bagaimana sejarah panjang dan potret masyarakat islam yang ada di Jawa ini sejak kemunculannya utamanya (1930-an) atau masa sebelum kemerdekaan hingga paska kemerdekaan bahkan hingga sekarang. Kajian Ricklefs menunjukkan bahwa di masa 1930-an islam berjuang keras untuk menunjukkan kemenangannya diantara sekian ribu masyarakat hindu-buddha di tanah Jawa ini. Ricklefs menunjukkan bagaimana islamisasi ditempuh dengan hibridisasi antara kedua kebudayaan islam dan Jawa. Kita mendengar kisah bagaimana dalam kitab Usulbiyah yang mengisahkan bahwasannya Nabi Muhammad digambarkan mengenakan mahkota dari emas dari Majapahit, dan dengan demikian gambaran tersebut mempersatukan symbol kekuasaan yang besar : Islam dan Jawa (h.33).  
              Dengan keberlimpahan data dan sumber utama, Ricklefs mengamati di tahun-tahun sebelum kemerdekaan, Islam ditempuh dengan cara-cara kebudayaan. Di masa-masa kerajaan-kerajaan Islam masih berdiri di tanah Jawa, mulailah pula bagaimana kemudian kebudayaan Islam melebur dan menyatukan diri dengan kebudayaan Jawa. Sinkretisme itulah yang kemudian dilakukan oleh raja-raja Islam dengan menerbitkan karya-karya dan menuliskan buku-buku yang bernuansakan kebudayaan Islam baik buku sejarah maupun sastra. Karya-karya sastra bisa berupa serat dan naskah anggitan para raja-raja Jawa berisi nasehat dan penuntun hidup bagi anak-anaknya, ataupun seperti karya sastra yang monumental yang ditulis abad ke-19 yakni Serat Centhini yang berisi khazanah dan penuh dengan filsafat Jawa. Ricklefs menunjukkan bahwa islam di tahun-tahun 1930-an masih kental dengan tradisi local, mistisisme yang erat dengan kebudayaan Hindhu-Buddha. Di masa-masa ini pula, masyarakat Islam Jawa tidak hanya kental dengan mitologi Ratu Kidul yang dianggap sebagai penguasa dalam  jagad halus di dalam masyarakat Jawa. Di tahun-tahun ini pula, muncul harapan dan impian masyarakat Jawa akan hadirnya sosok euracakra atau Ratu Adil yang kelak diharapkan membawa perubahan dan memimpin mereka ke arah yang lebih baik. Kisah Ratu Adil pernah mewarnai dalam sejarah perjuangan sebelum kemerdekaan. Tidak hanya pangeran Diponegoro pemimpin perang Jawa yang diyakini masyarakat islam sebagai Ratu Adil, tapi juga Tjokroaminoto yang juga diyakini sebagai Euracakra bagi masyarakat Jawa.
              Kemudian, sebagaimana Ricklefs menyebutkan masa polarisasi Islam, masyarakat Islam Jawa mulai menunjukkan variasi yang cukup beragam. Masyarakat Islam Jawa kemudian terbagi ke dalam kelompok Islam sesuai dengan organisasi maupun gerakan Islam yang lahir di masa itu. Seperti Sarekat Islam, Persis, Muhammadiyah, maupun NU. Meski demikian, di masa-masa revolusi, Islam kemudian mampu menjadi pemersatu dalam perjuangan melawan penjajah. Spirit Islam menjadi symbol dan lambang bagi perlawanan terhadap kolonialisme. Hal ini tidak hanya dipicu oleh penindasan dan penjajahan yang dilakukan oleh kaum kolonial, tetapi juga dipicu karena adanya misi kristenisasi dari kalangan penjajah. Hal itulah yang semakin mendorong bagi persatuan islam di masa revolusi. Pangeran Diponegoro dijadikan symbol dan penyemangat dalam perjuangan, hingga kisah heroisme Bung Tomo yang memimpin perang melawan Inggris di Surabaya dengan semangat perang sabil.
              Ricklefs membagi fase perkembangan Islam di Jawa menjadi beberapa fase penting. Pertama, ia menunjukkan bagaimana kemunculan dan sejarah hibridisasi islam di tanah Jawa. Kedua, ia menunjukkan bagaimana eksperimen kebebasan pertama  yang dilakukan oleh kaum komunis di masa 1950-66. Ketiga, Eksperimen totalitarian (I) yang dilakukan oleh kalangan kebatinan, Kristen, hingga pemerintah dari 1966-80-an. Keempat, Eksperimen totalitarian (II) yang dilakukan oleh Negara melalui agen-agennya antara tahun 1980-an hingga 98. Kelima, adanya keseimbangan santri-abangan dan juga dinamisasi masyarakat islam yang kian stabil dan mencoba membendung dari gerakan radikal. Di bagian penutup Ricklefs menunjukkan bagaimana relevansi kajiannya dalam tiga konteks utama. Pertama, di dalam sejarah agama, kedua di dalam dunia islam kontemporer, dan terakhir dalam mengupayakan hidup yang lebih baik.
              Poin utama kajian Riklefs dalam buku ini adalah gambaran yang dia tunjukkan bahwa di masa sekarang, 
Islam di tanah Jawa sudah kian menunjukkan perubahan dan kemajuan yang sepertinya sulit untuk berbalik ke arah belakang. Selain tidak relevannya dikotomi masyarakat Islam baik santri, abangan, maupun priyayi. 
Alih-alih demikian, kalangan Islam sudah lebih memikirkan bagaimana kemudian Islamisasi dipayungi oleh Negara dan dipimpin oleh khilafah. Disamping dengan gerakan dakwahisme dan juga Islamis yang tetap menjaga dan menjadi payung bagi bangsa yang diusung oleh kalangan Muhammadiyah dan NU. Disamping itu, islam di Jawa juga menunjukkan perlawanannya kepada gerakan ekstremis dan terror yang dilakukan oleh sekelompok orang yang mengusung panji islam. Berbagai catatan dan dinamika Islam yang dihimpun Ricklefs ini pun disertai dengan pembacaan Rickelfs terhadap perkembangan Islam di masa mendatang menyusul berkembangnya islamisasi di kalangan pendidikan yang hadir di sekolah-sekolah dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi. Selain itu, Ricklefs juga tak meninggalkan pengamatannya kepada peran dan gerakan dakwahisme sebagaimana yang gencar dan massif dilakukan oleh organisasi islam akar rumput seperti MTA, HTI, hingga gerakan dan kelompok islam lainnya. Buku ini seolah menunjukkan bahwa kemenangan Islamisasi di tanah Jawa ini kelak akan menimbulkan peran besar dalam perkembangan islam bila dihadapkan pada posisi kebangsaan dan keindonesiaan pada khususnya, serta pengaruhnya pada dunia pada umumnya.



*)Penulis adalah Santri BILIK LITERASI SOLO, Pengasuh MIM PK KARTASURA
 *)Pernah di muat di SOLO POS 

No comments:

Post a Comment