klik disini untuk dapatkan dollar secara gratis!

Monday 21 July 2014

Metamorfosa PKS dan Kemenangan Demokrasi



Judul                           : PKS dan KEMBARANNYA  
Penulis                        : Anthony Bubalo,dkk
Penerbit                     : Komunitas Bambu
Tahun                         : 2012
Tebal                          : 122 halaman
ISBN                            : 978  602 9402 05 6

Oleh Arif Saifudin Yudistira *)

"Buku ini juga menunjukkan bagaimana PKS merubah strategi politiknya demi menyikapi perkembangan demokratisasi di Indonesia bila ia ingin besar dan memperoleh simpatik dari masyarakat Indonesia mengingat masyarakat kita sudah jauh mentolerir syariaisasi negara semenjak proklamasi kemerdekaan kita"

          
            Masa depan partai PKS ditentukan oleh sikap dan kecerdasan kepemimpinannya menanggapi dan beradaptasi dengan iklim demokratisasi di negeri ini. Thesis inilah yang hendak disampaikan dalam buku ini. Bukan hanya itu saja, buku ini juga memberikan gambaran detail bagaimana “demokrasi mempengaruhi kaum islamis”. Kajian tentang partai islam di negeri ini menjadi sangat menarik ketika ia dikaitkan dengan kajian historis bagaimana negeri ini sempat mengalami perdebatan sengit tentang masa depan negara yang akan di bangun di negeri ini. Kerelaan Umat islam mengganti sila pancasila menjadi “ketuhanan yang maha esa” tidak serta merta berhenti pada tataran tekstual saja. Tapi masyarakat islam Indonesia lebih memilih bagaimana kemudian islamisasi berlangsung dalam kehidupan sehari-hari sebagaimana yang dilakukan oleh ormas seperti Muhammadiyah hingga Nahdlatul ulama, dan ada yang memilih jalan lain meminjam istilah Deny indrayana “syariahisasi konstitusi”. Cara yang ditempuh ala Mao –desa mengepung kota ini, setidaknya efektif hingga berhasil mengesahkan UU pornografi dan syariaisasi undang-undang lain seperti dalam hal pernikahan.
            Kajian dalam buku ini mengangkat tema PKS sebagai tema sentral partai islam yang disoroti begitu tajam. Meskipun partai-partai islam lain penting, tapi kajian PKS begitu memikat karena dianggap simetris dengan bagaimana partai AKP di turki dan gerakan al-ikhwanul muslimin di mesir. Kajian dalam buku ini masih menggambarkan bagaimana ketakutan barat terhadap berkembangnya islamisme yang memimpin perubahan baik di timur tengah maupun di asia khususnya Indonesia. Ada semacam kesimpulan yang dianggap simetris antara berkuasanya islamisme dengan kecenderungan otoritarianisme. Ketakutan ini diungkapkan dengan contoh di mesir, dan turki yang memiliki kecenderungan ke arah sana, dan ini tak diharapkan di Indonesia.  
            Di mesir, sebagaimana di gambarkan dalam buku ini, mesir setelah Gamal abdul nasher, ketika dipimpin oleh anwar sadat yang menggunakan prinsip “otokrasi-liberal”, dan berakhir mengerikan dengan pembunuhan sadat yang dilakukan islamis militant 6 oktober 1981(hal.19). Begitupun pengganti sadat, Husni Mubarak yang berakhir dengan mengundurkan diri. Kita pun masih ingat ketika seorang Moammar khadafi yang berakhir mengenaskan dibunuh oleh para pejuang demokrasi di Libya. Melihat akhira dari otoritarian itulah, amerika dan barat begitu terpikat untuk mengkampanyekan demokrasi kepada negara timur tengah hingga asia utamanya Indonesia.
            Kita tak asing dan mengingat bagaimana peristiwa tifatul sembiring salah satu menteri sekaligus petinggi PKS yang bersalaman dengan menteri luar negeri amerika ketika berkunjung ke negeri ini. Keterlibatan partai ini sudah sedemikian hebat dalam soal dan urusan demokrasi dan ham yang sering digelontorkan oleh barat sehingga menlu amerika langsung yang mengkampanyekan ini. Sedangkan di negeri mesir dan turki kita bisa menilik lebih jauh bagaimana amerika dan kampanye demokrasinya memberikan pengaruh terhadap negara timur tengah ini. Marilah kita simak petilan pidato Edward P.Djerejian, seorang asisten sekretaris amerika untuk urusan negara timur dekat dan asia selatan. Di dalam buku ini ia menuliskan : “mereka yang berupaya memperluas partisipasi politik di timur tengah akan memandang kami sebagai pendukung, seabgaimana posisi kami sebelumnya di dunia lainnya. Di saat yang bersamaan, kami mencurigai mereka yang menunggangi proses demokrasi untuk meraih kekuasaan dengan tujuan menghancurkan proses tersebut demi melanggengkan kekuasaan dan dominasi politik. Walaupun kami mempercayai prinsip “satu orang, satu suara”, kami tidak mendukung “satu orang satu suara, satu kali”.

Phobia islam

            Melalui buku ini, seolah barat ingin menegaskan kembali bahwa ada ketakutan atas kekuatan islam ketika ia mengusung satu konsep besar tentang islamisasi(negara) yang jelas membawa implikasi terhadap system pemerintahan yang mengarah pada khilafah -model pimpinan dengan konsep ummah. Islam akan jadi kekuatan besar yang akan menyaingi imperium barat yang dibangun amerika. Kekhawatiran ini di usung dengan dalih bahwa apa yang dibawa oleh islamisasi ternyata belum cukup mampu mengalahkan konsep demokratisasi. Barat seolah mengatakan di dalam konsepsi para kaum islamis tak ada kamus demokratisasi.
            Maka dengan buku ini, barat seolah membalik, tak ada pengaruh islamisasi kepada prinsip-prinsip demokrasi, tetapi sebaliknya ada pengaruh yang bisa dilihat secara kentara pada bagaimana demokrasi menyumbang perubahan pada kaum islamis. Sebagaimana dilihat di negara turki, mesir dan Indonesia. Melalui tiga contoh negeri ini, seolah barat ingin menunjukkan bahwa demokrasi sudah membawa perubahan kepada ketiga negara tersebut. Di mesir misalnya kita melihat bagaimana al-ikhwanul muslimin sudah mengalami pelunakan dari konsep “syariaisasi negara” kepada penerapan syariat di masyarakat. Hal ini dilakukan dengan focus partisipasi politik masyarakat ketimbang tercapainya revolusi-syariaisasi negara. Begitupun ketika kita melihat di turki dengan berkembangnya partai AKP yang berkuasa juli 2007 yang membawa prinsip-prinsip demokrasi sebagaimana yang dikatakan Erdogan : “kita menginginkan konstitusi yang akan menyediakan dan melindungi negara yang demokratis,sekuler, dan negara social yang menjunjung hukum(social state of law).”(hal.88).
            Pada bagian akhir buku ini, menyimpulkan dengan gamblang bagaimana “demokrasi” mengalami kemenangan di tiga arena yang disinggung dalam buku ini yakni di turki, mesir hingga Indonesia yang dicontohkan melalui partai PKS. Kemenangan demokrasi ini juga ditunjukkan dengan bagaimana PKS telah merubah kebijakan politiknya untuk mensiasati perkembangan dirinya untuk tidak lagi mengutamakan “syariaisasi negara”,tapi lebih pada isu-isu populis seperti partai bersih, partai jujur dan partai yang mengangkat kesejahteraan rakyat. Dengan kemenangan demokrasi itulah, maka barat melalui buku ini mengambil kesimpulan dengan bahasa yang sangat politis. “ buku ini tidak berusaha untuk membuktikan atau membantah apakah kaum islamis dapat menjadi ‘democrat yang gigih’ tetapi memahami bagaimana konteks politik membentuk respon kaum islamis, dan aktifisme kaum islamis. Dengan kata lain buku ini menjawab “apa yang demokrasi perbuat terhadap kaum islamis”?.
            Maka dengan konklusi itulah, dengan sendirinya barat melalui buku ini seolah ingin menunjukkan bagaimana kemenangan dan kampanye demokratisasi di dunia ini melalui amerika sebagai gerbongnya. Selain itu, buku ini juga menunjukkan bagaimana PKS merubah strategi politiknya demi menyikapi perkembangan demokratisasi di Indonesia bila ia ingin besar dan memperoleh simpatik dari masyarakat Indonesia mengingat masyarakat kita sudah jauh mentolerir syariaisasi negara semenjak proklamasi kemerdekaan kita.



*)Penulis adalah Alumnus  Universitas Muhammadiyah Surakarta, Pegiat Di bilik Literasi SOLO

No comments:

Post a Comment